Elbara : Melts The Coldest Heart

Bahagia Di Atas Penderitaan



Bahagia Di Atas Penderitaan

0"Eh itu tuh cowok kamu mau kesini, Sa. Langsung deh jadi sorootan murid-murid, terpesona."     
0

Ucapan Moli membuat Nusa mengalihkan pandangan ke sumber suara. Ia dapat melihat dengan jelas saat menolehkan kepala ke pintu kantin ada El, Reza, dan Mario. Ah, serta Alvira yang ternyata berjalan di belakang mereka. Tidak terlihat karena tertutup tubuh tinggi ketiga cowok yang berada di depannya.     

Nusa menganggukkan kepala, ia menopang dagu dengan tangan sambil menatap El yang juga menatapnya, tidak melupakan senyuman yang terbingkai manis tepat di wajahnya pada saat ini.     

Moli menyenggol Nusa, ia terkikik karena melihat raut wajah temannyang yang terlihat menggemaskan. "Padahal setiap hari ketemu, iya kan? Emang rasanya masih beda aja, gitu? Kamu jadinya masih ngerasa malu atau gimana?" tanyanya.     

Mendengar itu, Nusa tanpa menolehkan kepala ke arah Moli pun langsung menganggukkan kepala. "Iya, masih malu-malu aku-nya. El romantis banget, sungguh." balasnya, dadanya bahkan terasa sangat sesak mengingat perumpamaan yang terdapat berjuta-juta kupu-kupu yang berdesakkan di dalam rongga dadanya pada saat ini.     

"Iya lah romantis, kan baru kamu doang pacarnya. Jadi, kamu cewek spesial yang menurut aku juga kamu pantes banget dapat perlakuan yang baik." Moli menjawab dengan tulus, ia sayangnya tidak tertarik dengan genk El yang tampaknya ia pikir terlalu banyak penggemar. Bukan, bukan maksudnya iri, tapi… entahlah seperti tidak bisa untuk di jelaskan.     

Nusa tau. Ia sangat paham kalau dirinya adalah yang pertama jika dibandingkan dengan cewek-cewek yang hanya bisa mengejar-ngejar El dan sekarang malah ngenes karena idola mereka sudah memiliki pacar.     

"Eh eh Neng cantik berdua-duaan aja disini, ada banyak yang gangguin ya?" tanya Mario yang langsung mengambil tempat duduk yang berhadapan dengan Moli.     

El duduk di hadapan Nusa, tentu saja. Alvira duduk di samping kanan Nusa yang memang cewek tersebut duduk di tengah-tengah, sedangkan Reza tentu mau tidak mau duduk bersebrangan dengan Alvira.     

"Enggak, gak ada yang godain kita kok." balas Moli dengan anggukkan kepala Nusa sebagai pemanis.     

"Asik nih kayak triple date, tapi salah harusnya Bian ya yang disini bukan gue." ucap Mario lagi yang memang berhadapan dengan Moli hanya cengengesan saja.     

Reza menaikkan sebelah alisnya, sambil menatap Alvira dengan meneliti dan cukup tajam. "Alvira juga salah, kan harusnya Priska yang ada di hadapan gue."     

Tentu mereka mendengar apa yang Reza katakan. Bahkan, Alvira pun merasa ucapan cowok tersebut sangat dalam sehingga dapat muncul efek perasaan sesak tersendiri bagi dirinya.     

Tidak ada yang berbicara, bahkan kini dominan di kuasai oleh suara-suara murid lainnya yang tengah mengobrol mengenai banyak pembahasan di kantin sekolah ini.     

"Panas juga ya udara hari ini." Lagi dan lagi, Mario-lah yang mencairkan suasana sambil mengibas-ngibaskan tangan di depan wajah. Ia mengambil tisu, lalu menepuk-nepuk keningnya yang tidak berkeringat dengan pelan.     

El pun berdehem, lalu menatap Moli. "Lo udah di kabarin sama Bian?" tanyanya, lebih baik mengubah topik pembicaraan. Ia menjulurkan tangan untuk menggenggam tangan Nusa dan mengelus punggung tangan mulus milik pacarnya dengan penuh kasih sayang.     

Nusa pun menahan agar tidak tersenyum, namun tidak bisa dan pada akhirnya senyuman langsung membingkai di permukaan wajahnya dengan jelas.     

Moli menggelengkan kepala dengan perlahan, entah kenapa hari ini orang-orang banyak sekali yang menanyakan Bian kepadanya. Padahal, dirinya sendiri tidak tau menau kemana cowok itu pergi. Lalu, jawaban yang sama pun keluar dari dalam mulutnya. "Enggak, belum di kabarin. Lagian juga aku gak tau dia dimana,"     

Reza dan Mario saling bertatapan, mereka sudah membahas kalau keberadaan Bian sebaiknya juga di rahasiakan seperti mereka yang menutupi kebenaran kalau Alvira bolos ke luar dari area sekolah selama beberapa jam.     

"Oh ya udah." balas El yang tidak terlalu mementingkan hal itu. Ternyata, ia bisa menyimpulkan kalau perlakuan Bian ke Moli seperti tengah memainkan perasaan yang dalam artian dekat namun tidak bersungguh-sungguh.     

Bayangkan saja, untuk apa masih mau membolos bersama dengan mantan bahkan masih membela di hadapannya. Ya apalagi namanya kalau bukan masih sayang?     

"Emangnya kamu tau dimana Bian? Soalnya dari pagi juga gak ada kabar. Di spam juga percuma," ucap Moli yang balik menanyakan. Ya menurutnya, kali saja El dan yang lainnya tau, iya kan?     

Alvira yang mendengar itu pun berusaha untuk tidak terpancing mengatakannya. Ia lebih memilih untuk menikmati roti bakar yang dibuatnya tadi pagi, baru ia makan pada jam istirahat kedua karena jam istirahat pertama itu dirinya kan bolos.     

Nusa menatap lekat ke arah El, lalu menaikkan sebelah alisnya. "Kamu gak tau dimana Bian? Kalau tau, jawab aja, El. Kasihan daritadi Moli nungguin kabarnya," akhirnya ia angkat tangan.     

"Gak ada, daritadi kan El sama lo Sa pas istirahat pertama abis itu tadi kita bertiga juga kan sibuk nyari Alvira. Gak sempet tau dimana Bian," yang menjawab adalah Reza.     

Mario menganggukkan kepala, merasa setuju dengan apa yang dikatakan oleh sahabatnya. "Nah bener tuh, jadi urusan Bian ya gak tau. Siapa yang suruh punya cewek tapi gak di kasih kabar, iya kan?"     

El masih setia mengelus punggung tangan Nusa, pandangannya menatap cewek tersebut dengan sangat tulus. "Ya namanya juga Bian, mungkin lagi di kasih hukuman kali sama guru atau dia emang lagi rajin aja gitu makanya gak mau keliatan sama kita-kita," ucapnya yang malah terdengar lebih ngaco jika dibandingkan dengan Mario.     

Menghembuskan napas dengan perlahan, Molu sepertinya akan menyerah dan tidak terlalu banyak mencari seseorang yang tiba-tiba menghilang begitu saja.     

Oke katakan jika Alvira jahat karena saat ini ia mengulum senyuman saat mengetahui jika di bandingkan dengan Moli, dirinya-lah yang masih unggul di dalam kehidupan Bian. Buktinya, saat ia sampai sekolah karena di bawa El and the genk pun Bian mengirimkan pesan permohonan maaf padanya.     

Katakan memang ingin move on, namun ia masih merasa puas jika berada di situasi seperti ini.     

Nusa menjulurkan tangan kanan yang bebas tidak di genggam oleh El, lalu meletakkannya di bahu Moli untuk mengelusnya dengan lembut. "Yang sabar ya kamu, Moli. Nanti pasti ada kabar kok, semangat jangan sedih." Memang sifatnya sangat suportif, bahkan membuat keempat orang yang menyembunyikan hal ini menjadi merasa bersalah karena sudah membohongi Nusa.     

Moli menganggukkan kepala, lalu tersenyum manis. "Buat apa sedih? Kan cuma PDKT-an, yang berarti gak ada status apa-apa. Jadi, gak perlu bersikap berlebihan." balasnya. Ia berkata demikian, padahal saat ini hatinya tengah menjerit sangat kencang karena kesal dan rasanya ingin menangis karena bertemu dengan cowok menyebalkan layaknya Bian yang malah membuatnya merasa kalau cowok satu itu belum berubah.     

"Tapi kan wajar kalau sedih kok,"     

"Ya udah, ini aku mau ke toilet dulu ya. Duluan ya semuanya,"     

Melihat kepergian Moli yang tiba-tiba dan cukup cepat, apalagi cewek itu sekarang berlari kecil yang membuatnya cepat menghilang di balik pintu kantin. Nusa mengerjapkan kedua bola mata, lalu menatap El, Reza, dan Mario satu persatu. "Hayoooo kalian lagi bohong kan sama aku? Jujur!" Ia melayangkan tatapan penuh intimidasi kepada ketiga cowok yang berada di hadapannya.     

Reza dan Mario tampak saling menyenggol kaki, seperti tidak tau ingin membalas pertanyaan Nusa dengan kalimat yang seperti apa.     

"Oh ya, Kak Nusa udah makan?" Tiba-tiba, pertanyaan yang dilontarkan oleh Alvira seperti penyelamat bagi semuanya kecuali Nusa yang memang tidak tau apapun.     

Namanya juga Nusa, ia sangat mudah untuk di alihkan pembicaraannya. "Iya udah kok tadi makan soto, kamu kok makan roti doang?" balasnya yang diakhiri dengan pertanyaan juga.     

"Oh begitu, ya udah aku makan roti ya kalau mau bilang loh." ucapnya sambil terkekeh kecil.     

Nusa ikutan terkekeh, setelah itu menganggukkan kepala dengan pelan. "Oke, siap-siap."     

Merasa Alvira telah berhasil menghindari topik pembicaraan yang sekiranya akan terus dipertanyakan oleh Nusa membuat El langsung membawa tangan Nusa yang di genggamnya, lalu ia mencium punggung tangan cewek tersebut dengan penuh kelembutan. "Duduk di pinggir lapangan, yuk? Mumpung banget ini cuaca lagi berawan, jadinya gak ada cahaya matahari yang menyengat."     

Mendengar itu, Nusa menganggukkan kepala dengan penuh keantusiasan. "Ayo ih mau banget."     

Setelah itu, El beranjak dari duduk bersamaan dengan Nusa. Setelah itu, mereka memilih untuk meninggalkan kantin karena ingin memanfaatkan waktu istirahat yang masih tersisa dua puluh menit untuk menikmati udara terbuka.     

"Yah ikut El dan Nusa jadi nyamuk, kalau gue disini juga jadi nyamuk." Pada akhirnya, ia memutuskan untuk beranjak dari duduk. "Dah lah, gue mendingan godain mbak-mbak cireng yang hot. Siapa tau dapet cireng gratis," sambungnya yang memang mendambakan cireng setinggi langit.     

Reza memutar kedua bola matanya. "Yeeee idup lo yang gratisan mulu dasar," komentarnya.     

Mario menjulurkan lidah. "Bodo amat, iri aja dah gak bisa deket mbak-mbak kantin, bye!" Di akhir kalimat pun ia sambil melambaikan tangan dan berjalan meninggalkan Reza dan Alvira supaya bisa berduaan dengan kecanggungan.     

'Mario sialan malah ninggalin gue sama Alvira.' umpat kasar Reza di dalam hati.     

Mau tidak mau, kini Reza menatap ke arah Alvira yang ternyata sedaritadi menatap wajahnya. "Seneng lo bahagia di atas penderitaan orang lain?" tanyanya, nada bicaranya pun agak sinis.     

Alvira menaikkan sebelah alisnya. "Maksudnya bahagia kenapa, ya? Jelas-jelas daritadi aku lagi makan roti bakar, kamu gak liat apa gimana?"     

"Bukan itu." Reza menggelengkan kepala, Alvira salah pengartian. Ia menatap cewek tersebut dengan sorot mata yang lekat, menatap dengan serius karena ia sudah lama kenal Alvira yang tentu saja bisa menebak apa yang diekspresikan cewek satu itu.     

Alvira menaikkan sebelah alis, ia tidak paham karena memang tidak menyadari kalau sepertinya Reza sedaritadi tau gerak-geriknya. "Terus apaan?"     

"Gue tau, lo bahagia kan pas tau Moli gak dapet kabar dari Bian? Sedangkan tuh cowok tadi lagi asik-asikan sama lo, tapi cewek yang lagi deket sama dia gak dikabarin sama sekali. Ngerasa menang apa gimana nih?"     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.