Elbara : Melts The Coldest Heart

Genggaman Tangan



Genggaman Tangan

0Duduk di tepi lapangan bukanlah hal yang baru lagi bagi Nusa dan El yang memang terkadang duduk di sana untuk menikmati setiap hembusan angin. Cahaya matahari tertutup awan, sehingga sinar mentari tidak membakar permukaan kulit.     
0

Bahkan, kini udaranya dominan dingin karena bisa saja di prediksi kalau sebentar lagi akan turun hujan.     

"Lo nanti pulang sama gue, gue masih bawa mobil karna belum berani bawa motor."     

Ucapan El menjadikan Nusa yang tadinya tengah menatap langit pun menolehkan kepala ke arah El, lalu menganggukkan kepala. "Iya sama kamu aja, kan Kak Rehan kerja. Kalau kamu sekiranya belum kuat ngendarain motor, ya gak masalah." balasnya sambil menunjukkan senyuman yang sangat manis.     

Mendengar itu, El mengerucutkan bibir karena merasa tidak setuju dengan apa yang dikatakan oleh Nusa. "Enggak enak dong, jadinya gak bisa mesra-mesraan. Gue gak bisa di peluk lo dari belakang, nanti kalau mau romantis-romantisan males banget ada Reza dan Mario."     

Nusa tau alasan 'malas' El kepada Reza dan Mario. Tanpa dikatakan pun dirinya sudah tau kalau kedua cowok itu memang selalu ikut campur pembicaraan, bahkan tak ayal ikut-ikutan menggoda.     

"Iya juga sih, ya udah emangnya mau gimana lagi? Ya kan kita juga masih ada banyak waktu buat nebar kasih sayang,"     

"Iya juga sih, tapi gue niatnya nanti mau langsung tidur, Sa. Gak apa-apa, kan? Jadi, abis nganter lo pulang, niatnya gue mau tidur."     

"Iya gak apa-apa kok, lagian juga kan aku gak minta temenin kamu di rumah."     

El tersenyum, melihat wajah Nusa yang berseri dan cantik menjadikan dirinya merasa berkecukupan dengan cewek tersebut. Ia menjulurkan tangan, lalu mengelus puncak kepala cewek tersebut dengan perlahan-lahan dan penuh kelembutan.     

Tatapan mata seorang yang sayang dengan kita itu terlihat sangatlah tulus, iya kan? Seperti apa yang ditampilkan El untuk Nusa, sungguh.     

Mungkin, dari sekian banyak cewek, memang benar yang terbaik di mata El adalah Nusa. Si cewek yang dari awal telah merebut rasa penasaran yang membingkai di hatinya.     

Nusa tersenyum malu, semburat merah jambu kini tercetak jelas di kedua pipinya. Ia mengerjapkan kedua bola mata dengan perlahan. "Kamu mau gak nanti temenin aku ke toko buku dulu? Gak apa-apa bareng Reza dan Mario, biar sekalian jalan."     

Permintaan Nusa tidak pernah di tolak oleh El, selau cowok tersebut menganggukkan kepala seperti sekarang. "Boleh dong, cantik. Kamu mau kemana aja juga aku temenin walupun harus bawa-bawa dua kutu kupret, kasihan mereka berdua kalau gue suruh naik kendaraan online."     

Nusa menganggukkan kepala. Lagipula, dalam kamus hidupnya pun tidak keberatan jika ada sahabat dari pacarnya —asalkan sahabat cowok— yang ikut di saat ia pergi berdua dengan sang kekasih. Justru, supaya menambah keseruan dan membangkitkan suasana saja.     

"Iya gak kenapa-napa. Emangnya selama ini aku keberatan kalau ada Reza dan Mario? Kan gak pernah ada perasaan kayak gitu, jadi santai aja." balasnya dengan nada lembut yang terdengar manis saat dirinya yang berucap.     

El selalu tau dengan kebaikan dan perasaan yang Nusa miliki, berbeda dengan cewek lain yang ada beberapa cewek merasa terganggu bahkan risih karena ada seseorang yang merusak waktu kebersamaan mereka. "Tapi tuh gue maunya, lo jawab gak keberatan itu jangan gara-gara terpaksa Reza dan Mario sahabat gue. Kalau lo mau ada waktu berduaan sama gue, ya bilang aja." Ia berucap sambil menaik turunkan alis, menggoda cewek yang ada di sampingnya.     

Nusa terkekeh kecil, setelah itu menghembuskan napas dengan perlahan. "Ya enggak atu El sayang, aku mah gak pernah ngerasa keberatan yang di buat-buat." balasnya sambil menggelengkan kepala, merasa tidak setuju dengan apa yang dikatakan oleh El mengenai dirinya yang hanya ingin egois memiliki waktu berdua. "Kan udah aku bilang kalau nambah personil itu tambah seru—"     

"Iya sayang, lo udah bilang berjuta-juta kali." potong El sambil menaruh jemari telunjuk di depan bibir Nusa sehingga otomatis cewek tersebut menghentikan perkataannya.     

Nusa mendengus kecil, lalu menyingkirkan jari El dengan pelan dari bibirnya. "Ish males banget deh, tangan kamu kan kotor. Kamu aja gak mau kalau wajahnya aku pegang, wle!" ucapnya yang diakhiran menjulurkan lidah ke arah sang pacar, lalu pipinya menggembung.     

"Hahahaha bodo amat, kan beda." balas El, lalu menjulurkan kedua tangan untuk mencubit kedua pipi cewek di hadapannya dengan pelan.     

Nusa terkekeh kecil, lalu berusaha menghindar.     

Kini, kebersamaan mereka menghadirkan tatapan iri dari para cewek-cewek yang ingin juga diperlakukan seperti yang Nusa dapatkan dari El. Dan yang cowok pun memiliki pemikiran, kalau saja bisa sebebas El dalam memperlihatkan perasaan, mungkin akan banyak yang mengantri pada mereka.     

"Udah ish kamu mah jahil." ucap Nusa sambil menangkap tangan El dengan kedua tangannya, dan akhirnya berhasil. "Aku gigi kamu nanti, rawrr!" sambungnya sambil bergaya wajah sepergi dinosaurus.     

El hanya terkekeh, membiarkan kedua tangannya di tangkap oleh Nusa. "Aduh Neng cantik, jangan penjarain saya dong. Saya kan ganteng gini, mendingan di jadiin pacar aja." ucapnya yang berpura-pura sebagai tahanan.     

"Gak mau, pacarnya bandel. Biarin aja tangannya aku tahan terus biar gak bisa iseng."     

"Ih lo modus ya mau pegang tangan gue?"     

Mendengar ucapan El serta melihat ekspresi wajah cowok tersebut yang tampak menyebalkan, membuat Nusa dengan cepat melepaskan tangan El dari genggamannya. "Ih enggak, ge'er! Siapa juga yang mau modus sama kamu? Huhhhhh!" ia berkata dengan nada sebal, namun ini bukanlah sebal yang seperti marah atau sebagainya. Namun, hanya sebal yang di buat-buat.     

"Gemes banget cewek gue." gumam El, ia menjulurkan tangan untuk menaruh helaian rambut Nusa yang turun dan menghelangi pandangan untuk di sampirkan pada belakang telinga.     

"Daritadi gombal mulu, gak ada habisnya. Emang kamu gak bosen, hm?"     

"Sekarang gue balik tanya, lo bosen atau gak kalau gue gombalin terus?"     

Pertanyaan yang seperti di putar balik.     

Nusa yang mendengar itu pun menggelengkan kepala dengan perlahan. "Enggak bosen lah. Tapi aku malu kalau berkali-kali,"     

"Ya emangnya gombal berefek besar?" Pertanyaan El pun terlontar dan justru terdengar suatu pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban.     

Nusa menganggukkan kepala dengan semangat. "Iya lah! Benar-benar berefek sangat besar sampai rasanya aku jatuh cinta banget sama kamu, sumpah."     

"Balik gombal, ya?" tanya El sambil terkekeh kecil. Menurutnya, Nusa sangat menggemaskan karena bisa melakukan apa yang dirinya katakan.     

Menghembuskan napas, lalu kali ini tidak bisa menghindar untuk berkata tidak. "Iya oke-oke, aku ngaku kalau aku belajar modus dan gombal dari cowok terganteng di sebelah aku."     

El lagi dan lagi terkekeh dengan jawaban Nusa. "Nah, katanya belajar dari Mario? Berarti yang ganteng itu bukan gue dong, iya kan?" tanyanya, pura-pura cemburu.     

"Ish enggak, kan Mario cuma guru doang. Kan kamu pacar yang lebih ahli di bidangnya."     

"Bidang apa?"     

"Gombal."     

Melihat Nusa yang menggemaskan, rasanya El ingin sekali memeluk tubuh cewek itu dengan sangat erat. Ia menyadari kalau ini adalah area sekolah yang tidak mungkin memperlihatkan sesuatu yang tidak baik walaupun pada dasarnya ia adalah cucu sang pemilik sekolah. Hei, bukan berarti dirinya bisa semena-mena dan melakukan hal yang tidak baik, bukan?     

"Emangnya kamu mau beli buku apa? Perasaan beli buku terus deh, emangnya di baca?" Pertanyaan ini keluar dari mulut El untuk mengubah topik pembicaraan yang lain.     

Nusa meraih tangan El dan mengelus punggung tangan cowok itu yang halus, ia mengelusnya dengan sangat lembut sambil memainkan kuku-kuku jari El. "Mau beli buku novel lagi, sekalian cari buku buat ujian sekolah. Di baca dong, masa beli buku mahal-mahal cuma di jadiin pajangan doang di rak buku sih?" balasnya.     

"Ya kan ada orang yang beli buku cuma karna tertarik cover-nya, atau bahkan yang tadinya penasaran mau beli eh pas sudah di beli malah gak niat baca, kan banyak tipenya,"     

"Tapi aku bukan salah satu dari yang kamu sebut,"     

Mendengar itu, El tertawa saja. "Iya iya kamu yang terbaik dan yang paling berbeda, sayang."     

Akhirnya, mereka menatap pandangan satu sama lain. Seperti tengah mengunci tatapan, melihat ketulusan masing-masing yang tercipta pada hati mereka dengan begitu banyaknya kejutan yang baru kali ini mereka berdua rasakan untuk pertama kalinya.     

Bagi Nusa, El adalah yang pertama. Dan juga Bagi El, Nusa adalah yang pertama. Jadi, dapat di simpulkan mereka adalah pasangan yang baru mengenal dunia pacaran namun salah satunya si cowok sudah lebih siap dengan urusan percintaan jika di bandingkan si cewek.     

Sampai pada akhirnya, mereka di sadarkan oleh tetesan air yang jatuh ke masing-masing wajah. Menjadikan Nusa mengerjapkan kedua bola mata, lalu mendongakkan kapala untuk menatap langit. Dan ternyata, benar saja kalau saat ini turun hujan.     

Akhirnya, El buru-buru beranjak dari duduk sambil meraih tangan Nusa supaya mengikuti langkah kakinya untuk kembali masuk ke koridor supaya dapat berlindung dari tetesan hujan.     

Nusa pun berlari kecil mengikuti langkah El yang dengan cepat langsung mengajaknya keluar dari area lapangan.     

Mereka sudah kembali berdiri di koridor lalu menatap ke arah lapangan yang langsung di basahi oleh air hujan.     

"Kamu gak kenapa-napa? Kepala kamu basah, ya?" tanya El dengan khawatir sambil mengelus lembut puncak kepala Nusa untuk memeriksa basah atau tidaknya akibat terkena air hujan.     

Nusa menggelengkan kepala, memberitahu El kalau dirinya baik-baik saja. "Enggak kok, paling cuma basah sedikit doang gak sampai kayak orang nyebur ke kolam renang." balasnya.     

"Syukur lah kalau gitu, yuk mendingan di kelas soalnya udara dingin takut kamu kedinginan. Nanti demam, sakit begitu siapa lagi yang khawatir? Gue, dan masih banyak lagi orang yang khawatir."     

Nusa merasakan jemarinya di genggam sangat erat oleh El, terasa hangat sampai saat ini mampu menghadirkan senyuman di permukaan wajahnya. Genggaman tangan El tidak pernah mengecewakan, dalam artian selalu bisa membuat dirinya nyaman.     

"Yuk."     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.