Elbara : Melts The Coldest Heart

Salah Sasaran



Salah Sasaran

0Jam pulang sekolah sudah berbunyi. Kini, El, Reza, dan Mario ah serta Alvira dan juga Priska yang berada di samping cowok ya. Mereka sudah berada di parkiran, berdiri tepat di hadapan mobil El.     
0

"Nusa kemana?"     

Pertanyaan itu keluar dari dalam mulut Alvira sambil menaikkan sebelah alisnya, tidak melihat cewek yang di maksud.     

"Dia lagi ada piket kelas, lagi nyapu. Tadi sih udah selesai, tapi di pertengahan jalan mau ke parkiran katanya ada barang yang ketinggalan. Jadi, dia balik lagi ke kelas tapi gak ngebolehin kita bahkan El ikut sama dia." balas Mario yang menjelaskan aecara detail.     

El sudah duduk di bagian depan mobil, sama sekali tidak takut jika mobilnya lecet atau terjadi hal lain yang merugiikan.     

Alvira juga ikutan duduk di sebelah El, hanya dirinya saja yang berani melakukan hal serupa dengan cowok itu. "Oh ya udah, berarti ini artinya kita nungguin, ya?"     

"Yup." ucap El, lalu merangkul bahu adiknya.     

Hujan sudah berhenti sejak tiga satu jam yang lalu. El tadi sudah mengelap mobilnya, namun nanti sepertinya akan ia bawa ke pencucian mobil untuk membersihkan bercak air hujan yang membekas.     

Mario menatap ke arah Priska yang sejak tadi sangat menempel pada tubuh Reza, cewek itu terlihat memeluk lengan sahabatnya seperti tidak membiarkan Reza untuk pergi kemana-mana. "Kayak ulet bulu lo nempel aja ke Reza," komentarnya.     

Priska yang mendengar itu pun langsung menjulurkan lidah ke arah Mario. "Bodo amat, wle! Iri? Bilang bos." balasnya yang dengan nada bicara menyebalkan.     

Ya pantas saja sih sejak dulu Reza dan Mario kesal dengan segala tingkah laku Priska. Toh kan memang cewek tersebut terlalu menyebalkan dan pantas sekali untuk di perlakukan sama menyebalkannta juga.     

Mario mengernyitkan dahi. "Dih? Demi langit, bumi, udara, tanah, lautan, dan demi makhluk hidup di dunia ini. Gue juga gak bakalan mau iri sama lo, huek huek." balasnya yang sewot sambil berpura-pura seperti layaknya mual.     

El seperti biasa hanya menjadi penonton bisu yang tidak ingin ikutan berkomentar. Pada akhirnya, ia memutuskan untuk turun dari atas mobil. "Gue mau nyamperin Nusa dulu, lo berempat jangan berantem." ucapnya yang memberikan nasehat, lalu pergi begitu saja tanpa mengatakan sepatah dua patah kata lagi.     

Mumpung El sudah pergi, kini saatnya Mario beraksi. Ia menggantikan posisi El sebelumnya, duduk di samping Alvira yang dalam artian menduduki mobil El. Setelah itu, pandangannya tertuju pada Priska yang kini sudah tidak menempel lagi pada Reza.     

"Yah tuh kan udah gak nempel-nempel lagi. Pantesan aja jauhan dari Reza, yang di bikin cemburu aja udah pergi plus gak peduli sama apa yang lo lakuin, Ka." ucap Mario yang menyadari kalau semua tingkah Priska juga memiliki maksud dan tujuan yang seperti berharap kalau El akan cemburu dengan cewek tersebut dan Reza.     

Reza pun yang sudah tau hanya diam saja, lalu bersandar di mobil El, di samping Alvira yang menjadikan cewek ini berada di tengah-tengah antara dirinya dan Mario. Ia tidak merespon, namun hanya menikmati ucapan Mario yang saat ini sepertinya akan adu mulut dengan El.     

Priska menyilangkan kedua tangan di depan dada, lalu berdecih kecil. "Sok tau, gue jauh-jauh dari Reza itu karna gue pegel senderan terus."     

"Yeh boong banget, tadi pas gue suruh lepas lo nyolot gak mau dan malahan bilang kalau gue iri sama hubungan lo. Idiw, najis." balas Mario, ia menunjukkan wajah menjijikan.     

Alvira menolehkan kepala ke arah Reza yang ada di sampingnya, menatap cowok tersebut dengan heran. Saat ini, tertampil Reza yang seperti menikmati tontonan gratis bahkan seperti ada senyuman yang tercetak di wajahnya. Oh atau ini hanya perasaan Alvira saja, ya?     

'Kenapa Reza gak melerai, ya?' Pertanyaan ini muncul di batin Alvira yang terheran-heran.     

Alvira mengembalikan titik pandangnya yang melihat Mario dan Priska. Ia pun juga tidak mampu melerai kok, soalnya takut terkena amukan Priska.     

Priska menatap Mario dengan sebal. "Berisik, ya suka-suka gue dong. Emangnya lo siapa yang bisa atur kalau gue harus begini dan begitu?" Padahal ia sendiri pun tau kalau dirinya yang salah, namun entah kenapa malah ia membuat pembelaan lain seolah-olah kesalahan itu tidak ada.     

Mario mencibir. "Nyenyenyenye, ngomong sana sama angin. Mentang-mentang Reza udah bungkam karna sekarang dia cowok lo, gue gak takut bos lawan omongan lo yang setinggi langit." Entah darimana rasa kesal ini berasal, namun yang pasti memang ia sudah menaruh perasaan ketidaksukaan saja.     

Mendengus, setelah itu Priska memilih untuk berbalik badan supaya tidak bisa melihat wajah Mario yang sangat membuat emosinya tersulut.     

"Yah balik badan, kalah omongan malah balik badan, huhhhhh." ucap Mario yang malah menyoraki Priska. Memang ia selalu mencari gara-gara saja kerjaannya.     

Mario merasa puas kalau dirinya yang menang berbicara, ya karena memang selalu dirinya yang menang dan Priska selalu menjadi bagian yang mengalah.     

Reza yang melihat itu hanya geleng-geleng kepala, apalagi melihat Priska sampai memutuskan kontak mata dengan Mario. "Yang, sini yang." ucapnya yang mungkin secara tidak sadar memanggil Priska dengan sebutan 'yang'.     

Alvira tentu mendengar dengan sangat jelas. Jantungnya memompa sedikit cepat, lalu napasnya seperti tercekat. Ia… ia belum pernah mendengar Reza memanggilnya dengan sebutan seperti itu di saat mereka menjalin hubungan PDKT.     

Priska mendengus, lalu membalikkan badan dan menatap Reza dengan sorot mata galak. "Apa?!" tanyanya, terbawa kesal sampai Reza.     

Reza tertawa, lalu mengibaskan tangan sebagai aba-aba untuk menyuruh Priska mendekat kepadanya. "Sini deketan, jangan marah-marah terus. Tuh lama-lama di muka lo ada banyak kerutan, kayak nenek-nenek."     

Ucapan Reza yang seperti itu menjadikan Priska membelalakkan kedua bola mata. Ia berjalan cepat ke arah cowok tersebut, lalu berhenti di hadapannya. Lalu, tanpa banyak basa-basi langsung memukuli tubuh Reza. "Ih ngeselin, ngeselin, ngeselin!!! Jadi cowok ngeselin banget sihhhhhh?!!!!" ucapnya yang gregetan.     

Mario tidak membahas hal itu. Lagipula ini mungkin termasuk persiapan Reza yang mengambil hati Priska, iya kan? Jadi dengan cermat ia lebih memilih untuk membungkam mulut.     

Alvira pun ingin berusaha menutup telinga dan juga matanya agar tidak bisa menyaksikan Priska dan Reza yang sialnya sangat berhasil membuat ia merasa iri setengah mati.     

Tidak ada yang bisa di lakukan kecuali menerima takdir yang menyesakkan, iya kan, Alvira?     

Reza mengaduh merasa tubuhnya di pukul-pukul oleh Priska dengan cukup keras. "Buset dah ini orang nyebelin banget anjir, woi sakit woi Priska." Akhirnya, ia menjadikan kedua tangannya sebagai tameng supaya pukulan Priska tidak terlalu mengenai anggota tubuhnya.     

Kini, niat Priska yang ingin membuat cemburu El malah Alvira yang merasakan kecemburuan itu seolah-olah salah sasaran yang ingin di buat cemburu olehnya.     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.