Elbara : Melts The Coldest Heart

Menghampiri Nusa



Menghampiri Nusa

0El berjalan menelusuri koridor karena saat ini niatnya ingin mengunjungi Nusa yang sudah beberapa menit ini belum kembali lagi ke parkiran.     
0

Ia melangkahkan kaki, lalu berbelok karena memang sudah sampai di kelasnya.     

Melihat Nusa yang tengah berjongkok seperti merogoh-rogoh bagian laci pun menjadikan El menaikkan sebelah alis, ia menghampiri cewek tersebut dengan langkah kaki yang perlahan.     

Bingung, ia ikutan berjongkok di samping Nusa tanpa cewek itu sadari akan kehadirannya saat ini. "Lo ngapain, Sa? Kan piket, kok rogoh-rogoh laci?" tanyanya, ia menatap Nusa dengan hembusan napas perlahan. Karena ia tau alasan cewek ini yang lama menghampiri dikarenakan ternyata juga sedang mencati sesuatu yang dirinya tidak ketahui?     

Mendengar suara bariton yang tiba-tiba menyapa indra pendengarannya menjadikan Nusa terperanjak karena kaget. Ia mengelus dada dengan perlahan, lalu menolehkan kepala ke sumber suara. Ternyata, di sampingnya sudah ada El yang kini menatap dirinta dengan tatapan polos seperti anak bayi.     

Nusa pun terkekeh. "Ini aku baru sadar banget kalau pulpen kelinci aku yang warna pink hilang, kamu lihat apa gak, El?" balasnya sambil menggaruk tengkuk dengan perlahan karena apa yang dicarinta yidak ketemu.     

Menghembuskan napas pelan, lalu El terkekeh kecil karena mendapati alasan tersebut. "Ohhh yang pulpen kelinci itu punya lo, kan? Tadi kebetulan gue liat ada di atas meja, terus gue pikir itu punya lo lah, emangnya siapa lagi yang suka banget sama warna pink selain lo di kelas ini?"     

Nusa mendengarkan perkataan El dengan seksama. "Terus, terus? Kemana sekarang nih pulpen aku? Kamu taruh mana?" tanyanya yang panik. Bagaimana tidak? Itu adalah pulpen kesayangan yang baru dibelikan Rehan untuknya. Katanya, hanya sebagai hadiah karena tidak sengaja sang kakak melewati toko buku yang sangat lengkap bahkan menyediakan berderet pulpen yang unik.     

El terkekeh melihat wajah Nusa, lay menjulurkan tangan untuk mengacak-acak rambut cewek tersebut dengan perlahan dan penuh dengan kasih sayang. "Ada kok sayang, pulpennya gue taruh di tempat pensil lo. Tersimpan rapi, jangan khawatir."     

Hembusan napas lega terdengar keluar dari mulut Nusa, lalu tatapannya berubah kesal saat menatap El dengan pipi yang menggembung lucu. "Kenapa gak bilang daritadi?! Kan jadinya aku gak perlu mengulur waktu, huh!" serunya, lalu beranjak berdiri sampai pada akhirnya elusan kepada El kepadanya terlepas.     

Melihat Nusa yang beranjak dari jongkok, menjadikan El juga mengikuti cewek tersebut. Kini, ia sudah berdiri di sebelah sang pacar. "Kenapa jadinya kesel sama gue? Kan yang penting pulpen lo aman berkat gue. Urusan yang kenapa gue gak bilang sama lo, gue kan gak tau kalau lo lagi nyari."     

Mendengar ucapan El membuat Nusa bersalah karena telah memaki cowok tersebut, ya walaupun hanya berseru dengan nada yang tidak terlalu tinggi. Tapi tetap saja, baginya itu terasa habis memaki sang pacar.     

"Iya maaf." Cicit Nusa dengan perlahan. Setelah itu menatap El dengan sorot mata yang berkaca-kaca, ia menekuk senyuman karena saat ini merasa bodoh dengan apa yang dikatakannya beberapa saat yang lalu. "Aku gak bermaksud nyalahin kamu, maaf." sambungnya, lalu menundukkan kepala pertanda kalau dirinya benar-benar menyesal.     

El yang melihat itu pun terkekeh kecil, ia menjulurkan tangan untuk mengambil dagu Nusa untuk kembali menatap wajahnya. "Jangan nunduk, nanti cantiknya hilang." ucapnya begitu Nusa sudah kembali menatap wajahnya. "Lagian tuh ya gue sama sekali gak kenapa-napa kalau lo mau maki-maki juga gak masalah. Iya, kan emang gue yang salah gara-gara gak bilang ke lo."     

Nusa mengerjapkan kedua bola mata, merasa kalau El sedang mengalah dengannya. "Tapi—"     

"Udah gak ada tapi-tapian. Sekarang ayo kita pulang, sekolahan udah sepi. Dan nanti takutnya kamu malah kelupaan mau ke toko buku, iya kan?" El langsung memotong perkataan Nusa, ia melihat cewek tersebut lau memberikan senyuman yang sangat menawan.     

Seakan terbius, Nusa menganggukkan kepala sambil kembali memperlihatkan senyumannya yang manis. "Oke, Pak! Maaf ya udah bikin nunggu lama, pasti yang lain juga nungguin."     

"Iya gak kenapa-napa, sayang ku." balas El sambil meraih tangan Nusa untuk masuk ke dalam genggamannta dengan sempurna.     

Mereka sudah keluar kelas, dan kini berjalan berdua menyusuri koridor.     

"Nanti siapa aja yang ikut kita ke toko buku?" Nusa membuka pembicaraan sambil mendongakkan kepala untuk menatap wajah El dari samping, tingginya sangat jauh jika di bandingkan dengan cowok yang berada di sampingnya saat ini.     

Mendengar Nusa yang bertanya, El tidak mengalihkan pandangan ke arah cewek tersebut. Ia tetap menatap lurus ke arah tujuan berjalan untuk keluar dari area sekolah menuju area parkir. "Ya tadi sih katanya Reza gak ikut, soalnya dia mau ke rumah Priska. Soal Mario sama Alvira sih gue gak tau ya, kalau mereka mau ikut ya udah."     

"Oh oke, by the way ngapain Reza ke rumah Priska? Wih masa pendekatan yang sangat cepet," ucap Nusa yang merasa senang dengan kabar tersebut.     

El menganggukkan kepala sambil terkekeh kecil saat mendengar apa yang dikatakan oleh Nusa. "Lucu banget kamu, sumpah." ucapnya, baru saat ini ia menatap Nusa lalu merangkulnya.     

"Iya dong, Nusa gitu loh. Selalu lucu kayak bidadari,"     

"Bidadari itu cantik, bukan lucu."     

"Terus maksudnya aku gak jadi lucu?"     

El terbengong dengan perkataan Nusa, lalu ia tetap saja tidak mengerti. Tanpa banyak basa basi, ia akhrinya menggendong tubuh mungil Nusa ala bridal style. "Lucu lah, lo selalu lucu, cantik, dan tetap sempurna di mata gue, Sa."     

Mendapatkan perlakuan yang seperti itu oleh El, menjadikan Nusa yang terkejut langsung melingkarkan kedua tangan di leher. Namanya juga gerakan refleks, ia menjaga keseimbangan tubuhnya daripada terjatuh. "Ish kenapa aku di gendong?! Turunin ih cepetan, malu tau ini masih area sekolah." ucapnya dengan kedua pipi yang terlihat merah bersemu.     

El terkekeh saja, lalu menggelengkan kepala pertanda kalau dirinya tidak ingin menurunkan Nusa dari gendongannya. "Gak mau, lagipula ini kan udah pulang sekolah. Siapa yang mau liatin kita? Gak ada guru. Lagian kan gue cuma gendong lo, bukan ngelakuin tindakan yang tercela." balasnya dengan mada bicara yang ringan.     

"Tapi tuh tetep aja, kan di rekam sama CCTV."     

"CCTV mati kalau jam pulang sekolah, yang nyala cuma di beberapa titik doang. Dan kalau emang nyala semuanya juga gak kenapa-napa. Makanya lo jangan berontak, biar gue nanti punya alesan kalau di tegur bisa jawab kalau lo sakit dan gak kuat jalan."     

Mendengar kalimat penuh kebohongan yang sudah di susun El itu menjadikan Nusa terkekeh kecil. Mau bagaimanapun, ia sama sekali tidak pernah menolak apa yang dikatakan oleh El. "Oke, terserah kamu aja."     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.