Elbara : Melts The Coldest Heart

Diperlakukan Seperti Ratu



Diperlakukan Seperti Ratu

0Kini, Nusa dan El sudah berada di toko buku.     
0

Mereka berdua menyusuri berbagai rak dengan penamaan penulisan yang berbeda. Ada yang untuk bagian novel dan berbagai macam genre pun di berikan spanduk, ada deretan komik, ada juga berbagai macam cerpen atau bahkan cerita anak, dan berbagai macam lagi yang lainnya.     

Kini, Nusa berada di rak novel ber-genre romance. Genre yang paling di sukai oleh Nusa jika di bandingkan yang lainnya, karena ia bisa sekalian belajar tentang apa arti cinta yang sesungguhnya dengan menarik garis kesimpulan dari apa yang dirinya baca.     

"Lo mau beli yang mana? Semua buku yang ada di rak ini?"     

Pertanyaan El menjadikan Nusa terbengong. Hei, mana sanggup Nusa memberi satu rak buku ber-genre romance? Ia terlalu tidak memiliki uang banyak untuk di habiskan untuk sekedar membeli banyak novel.     

Tentu saja Nusa menggelengkan kepala dengan perlahan. "Ya enggak, dong. Masa iya aku beli semuanya? Nanti aku malah kegoda buat baca novel terus, bukannta belajar atau ngapain gitu yang lebih bermanfaat." balasnya.     

Mengambil salah satu buku karya Raditya Dika yang selalu laku di pasaran, ia membalik bukunya untuk membaca sinopsis yang tertera. Karya penulis satu itu tidak pernah mengecewakan, bahkan kalau boleh di katakan, Nusa sangat menyukai semua karyanya.     

El memperhatikan itu, lalu ia ber-oh-ria. "Oh Raditya Dika? Lo suka?" tanyanya.     

Nusa mendongakkan kepala untuk menatap El yang tubuhnya lebih tinggi darinya, lalu ia menunjukkan senyuman. "Iya nih kece banget semua karyanya, aku suka." balasnya.     

"Mau beli yang itu?" tanya El sambil menunjuk bukunya yang di genggam oleh Nusa saat ini.     

"Enggak, udah punya di rumah. Aku liat lagi karena ini karyanya yang paling aku suka," balas Nusa sambil mengembalikan buku tersebut masuk ke dalam rak-nya kembali.     

El hanya diam, tidak tau ingin membalas apa. Sedaritadi, ia hanya menemani Nusa yang berkeliling. Cewek itu menjadi sedikit pendiam saat berada di toko buku karena terlalu fokus memilah milih buku, namun tak kunjung mendapatkan apa yang diinginkan.     

"Gue laper." ucap El. Ya terdengar bukan seperti keluhan sih, ia hanya mengatakan kalau saat ini perutnya sudah berbunyi.     

Nusa yang tadinya sibuk melihat satu persatu judul Novel pun menjadikan mengalihkan pandangan dan kini menatap El dengan kedua alis yang menurun. "Yah kamu kelaperan ya gara-gara aku? Maaf… yuk mendingan makan aja dulu, nanti kesini lagi." balasnya, lalu meraih tangan El yang besar namun pas di genggamannya.     

El menaikkan sebelah alisnya, merasa tidak setuju dengan apa yang dikatakan oleh Nusa. "Kalau begitu mah sama aja jalan dua kali, iya kan? Mendingan lo cari aja dulu mana buku yang mau lo beli, nanti habis itu makan."     

Merasa setuju juga dengan apa yang dikatakan El menjadikan Nusa menganggukkan kepala. "Oke." Namun di saat ia ingin melepaskan genggaman tangan pada cowok di sampingnya, tangannya di tahan seperti tidak diizinkan untuk melepaskannya.     

"Jangan di lepas, biarin aja begini. Lagipula, di tangan gue kan daritadi ada keranjang buat naruh buku yang mau lo beli." ucap El sambil tersenyum, ia memberikan senyuman terbaik hanya untuk orang terbaik seperti cewek yang kini di sampingnya.     

Nusa menganggukkan kepala dengan lucu. Lalu, ia mengambil sekitar dua buku novel ber-genre romance. "Oke, udah nih novelnya yang aku cari ketemu. Sekarang, kita ke bagian buku pelajaran, El." ucapnya yang memberikan perintah karena tempat ini adalah tujuannya, jadi dirinyalah yang mengatur.     

El oke-oke saja, lalu melangkah mengikuti setiap langkah Nusa seperti anak ayam yang mengekor pada induknya.     

Nusa mengambil buku pelajaran berupa kisi-kisi target soal ujian kelulusan kelas 3 SMA tahun ini, setelah itu di masukkan ke dalam keranjang. Hanya satu buku, namun sangatlah tebal.     

"Udah, yuk ke kasir, El."     

"Udah itu aja? Ada lagi gak novel yang pengen kamu beli?"     

"Ada, tapi cukup dua dulu. Bacanya aja nyicil, yang ada nanti kelamaan baca sampai endingnya."     

"Gak apa-apa, yang mana yang mau lo beli?"     

"The Jerk Wants Me, karyanya Yessy Nut."     

El menganggukkan kepala, tentu ia tau karya tersebut. Langsung saja, tanpa basa basi, ia membawa Nusa ke salah satu rak novel best seller. Saat sampai di sana, terlihat karya yang di maksud oleh Nusa. Ia melepaskan genggaman tangan mereka, kalu mengambil buku tersebut dan memasukkannya ke keranjang.     

"Uangnya kurang ish, main masukin ke dalam keranjang aja deh." komentar Nusa sambil berdecak sebal. Ia hanya membawa uang empat ratus ribu, itu juga hasil menabungnya dua minggu mengumpulkan dari uang jajan sehari-hari. Tapi ia juga memiliki tabungan utama untuk masa depan, niatnya tidak ingin di utak-atik.     

Seolah tidak mendengar, El langsung saja ke arah kasir yang sepi lalu meletakkan keranjang tersebut ke atas meja kasir.     

Nusa yang melihat itu pun menghembuskan napas, lalu berjalan ke arah El. Sesampainya disana, ia melihat total seluruh buku yang di belinya.     

"Semuanya total empat ratus enam puluh ribu, Mas." ucap si cewek kasir.     

El menganggukkan kepala, lalu mengeluarkan dompet dari saku celana. Ia mengeluarkan kartu ATM, dan di berikan ke hadapan mbak kasir.     

Nusa yang melihat itu pun membelalakkan kedua bola matanya, merasa tidak habis pikir dengan El yang sangat entengnya membayarkan semua buku miliknya. Ia menyenggol lengan El, memberikan aba-aba untuk menegur cowok itu. "El." panggilnya dengan pelan.     

"Diem aja, Sa." ucap El dengan nada lembut, lalu mengelus-elus puncak kepala Nusa dengan gerakan yang penuh dengan kasih sayang.     

Pembayaran selesai, dan kini di tangan kiri El sudah memegang kantung belanja berisikan buku-buku milik Nusa. Mereka sudah keluar dari toko buku.     

"Ih El mah, ini nih aku bayar dulu empat ratus ribu. Sisahnya besok di sekolah," ucap Nusa yang merasa tidak enak dengan El.     

El menaikkan sebelah alisnya, lalu menggelengkan kepala pertanda kalau ia menolak apa yang dikatakan oleh cewek tersebut. "Ayo makan, gak usah di bahas lagi." ucapnya yang memperingatkan.     

"Ish ini aku mau gantiin uang kamu, El."     

"Gak usah, gue juga gak bakalan perhitungan sama lo. Jangan ngerasa gak enak. Bilang gantiin uang sekali lagi, seterusnya gue bakalan traktir lo."     

Mendengar itu, justru membuat Nusa membelalakkan kedua bola mata. Di traktir satu kali saja rasa gelisah bersarang di hati, apalagi kalau di traktir berkali-kali? "Enggak, oke-oke aku gak bakalan bilang kayak begitu lagi. Ya udah, makan kita hari ini aku yang traktir—"     

"Gak usah, simpen aja uang lo buat di tabungin. Makan juga pakai uang gue, gak usah bantah. Ini udah jadi kewajiban gue sebagai pacar lo buat bayarin lo ini dan itu, lo cuma tinggal nikmatin aja, oke?"     

'Jadi, ini rasanya di perlakukan kayak ratu sama pacar?' batin Nusa.     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.