Elbara : Melts The Coldest Heart

Menjadi Apa Adanya



Menjadi Apa Adanya

0"Makasih banyak ya udah bayarin aku banyak barang, jadi gaenak sama kamu."     
0

Kini, Nusa sudah sampai di rumahnya dengan selamat. Ia menatap El yang masih berada di dalam mobil, tapi kaca mobil di turunkan sehingga mereka bisa berinteraksi.     

El menganggukkan kepala sambil tersenyum. "Sama-sama, Nusa. Sekali lagi, jangan ngerasa gak enakan sama gue, oke?" balasnya, wajahnya masih sangat tampan meskipun sudah berada berjam-jam di luar rumah.     

"Gak janji." ucap Nusa sambil terkekeh, lalu menjulurkan lidah untuk meledek cowok terdebut.     

El hanya tertawa, setelah itu menganggukkan kepala. "Dah ya gue pulang, gak kenapa-napa, kan? Gue ngantuk banget, janji gue gak bohong sama lo. Kalau mau, kita nanti VC-an aja di jalan sampai gue sampai di rumah dengan selamat."     

Mendengar perkataan El yang menunjukkan pembuktian yang besar menjadikan Nusa terkekeh. "Iya aku percaya kok. Ya udah sana pulang, aku juga mau istirahat nih capek. Mumpung hari ini gak di kasih tugas rumah,"     

"Ya udah, sini dulu dong majuan." ucap El, lalu memberikan perintah pada cewek tersebut.     

Nusa menganggukkan kepala, lalu melangkahkan kaki mendekati mobil El, lalu membungkukkan tubuh sampai wajahnya berhadapan dengan wajah cowoknya. "Mau apa?" tanyanya, mengerjapkan kedua bola mata dengan lugu.     

Cup     

Sampai pada akhirnya, satu kecupan manis pun mendarat di kening Nusa. Hanya kecupan singkat dan hangat, namun seperti menunjukkan seberapa besarnya rasa sayang El untuk Nusa.     

Semburat merah jambu tercetak jelas di kedua pipi Nusa, ia mengulum senyuman. "Ya udah, hati-hati di jalan, ya." ucapnya sambil kembali menegakkan tubuh, lalu melambaikan tangan ke arah El, senyuman merekah karena hatinya merasa bahagia dan penuh dengan perasaan senang.     

El membalas lambaian tangan Nusa. "Sampai jumpa besok ya, sayang. Gue balik dulu, nanti gue VC buat bukti."     

"Siap bos ganteng!" seru Nusa sambil hormat ke arah El dengan senyuman yang kini sangat lebar sehingga deretan gigi rapinya terlihat.     

El merasa gemas, kalau ia posisinya dekat dengan Nusa, sudah di pastikan akan mengusal-usal pipi cewek tersebut. Ia tidak lagi berbicara, lalu menutup kaca mobil dan segera meninggalakn halaman rumah Nusa.     

Sedangkan Nusa? Merasa El yang bisa membua dan menutup gerbang sendiri, ia pada akhirnya bergerak untuk masuk ke rumah.     

Kembali menutup pintu, setelah itu melepaskan sepatu yang menjadi alas kakinya saat ini.     

"Huh, pegel juga ya. Perasaan di sekolah gak ngapa-ngapain deh, cuma duduk-duduk santai doang."     

Akhirnya, Nusa sudah memasuki rumah dan kini tujuan utama tentu saja langsung ke kamarnya. Ia berkeinginan mandi di bawah siraman air shower, sampai pada akhirnya rasa segar menghadiri di setiap sudut tubuhnya.     

Nusa masuk ke kamar, menutup lagi pintunya. Ia melepaskan tas yang tadinya berada di punggung, meletakkan dengan lembut di atas meja belajar.     

Ia mengusap rambutnya yang terdapat beberapa peluh keringat, lalu lebih dulu mendaratkan bokong di tepian kasur. Mengambil ponsel di saku baju, lalu melihat bertepatan dengan panggilan masuk dari El yang ternyata cowok tersebut menepati janji kepadanya.     

Senyuman mengembang, Nusa benar-benar bahagia mendapatkan cowok seperti El. Walaupun terkesan bar-bar, ia masih bisa memiliki sifat penuh kelembutan yang ada.     

Ia mengangkat panggilan, lalu memposisikan ponsel di atas nakas dan bersandar si lampu meja supaya dirinya tidak perlu repot-repot memegang ponsel. Menatap ke arah kamera dengan senyuman yang mengembang, setelah itu melambaikan tangan. "Halo Bapak supir yang lagi on the way ke rumah." ucapnya sambil terkekeh kecil.     

Wajah El di permukaan ponsel Nusa terlihat sangat jelas, cowok tersebut menampilkan senyuman simpul. Tatapannya bukan menatap ke layar ponsel melainkan masih lurus ke jalan raya. "Halo sayangnya gue, biarin aja lo katain supir tapi kan gue pacar lo." balasnya.     

Nusa terkekeh kecil, setelah itu mengucek matanya yang terasa perih. "Hehe iya, kamu pacar aku. Emangnya kamu fokus berkendara sambil VC aku? Apalagi ponselnya di taruh lurus searah kamu, gak bahaya?" tanyanya, ia mulai khawatir karena takut karenanya, terjadi hal-hal yang tidak di inginkan, jangan sampai.     

Gelengan El pun terlihat. "Ini mah keliatannya doang di lo lurus, padahal mah di gue, ponselnya gue taruh agak ke kiri biar gak nutupin jalanan. Jangan takut gue kenapa-napa," balasnya.     

Tidak ada yang pernah menyangka kalau perjuangan Nusa akan berbuah manis, dan ini buktinya dengan El yang terlihat sudah sangat tulus mencintai seorang Nusa.     

"Oh begitu? Syukurlah."     

"Lo makan lagi sana, tadi cuma makan burger doang sama kentang goreng, apa kenyangnya?"     

Mendengar El yang menyuruh makan menjadikan Nusa menepuk kening, lalu buru-buru beranjak dari duduknya untuk mengambil tas yang di taruh di atas meja belajar tadi. Setelah itu, ia kembali mendaratkan bokong pada tepi kasur.     

"Untung kamu ingetin, kebab yang tadi kamu pesenin buat aku lupa di keluarin dari tas." ucap Nusa sambil membuka resleting, setelah itu mengeluarkan paper bag kecil dengan logo resto cepat saji yang menjadi tempat makan mereka beberapa menit lalu.     

El terkekeh kecil, sudah menduga kalau Nusa melupakannya. Kalau saja ia tidak membahas soal makanan, mungkin kebab itu akan berada di sana sampai menjelang pagi kembali. "Ya udah di makan, nanti basi kalau lo makannya kelamaan." balasnya.     

Sesekali melirik ke arah ponsel, wajah El dari ponsel Nusa terlihat tampan. Entahlah, harus serapa ribu kali Nusa mengatakan ketampanan El karena memah cowok tersebut benar-benar tanpan seperti apa yang dirinya katakan.     

Nusa mengerucutkan bibir sambil mendengus. "Sungguh deh, perut aku kenyang banget. Aku bukan Mario yang bisa makan besar sekali waktu, El." balasnya, menatap paper bag kecil di pangkuannya. Kini, ia sudah kembali menaruh tas namun kali ini di atas kasur.     

"Kamu gak laper? Masa gak makan nasi tapi kenyang? Ya kan daripada nanti rasa kebabnya gak enak, kamu lebih pilih mana?" El bertanya, untuk memastikan lagi supaya makanan tidak basi karena kelamaan di makan. Itu akan menjadi contoh membuang-buang makanan.     

"Iya juga sih ya…" mendengar ucapan El yang seperti itu tentu saja dapat membuat Nusa ragu.     

Nusa memang merasa kenyang, namun perutnya juga masih bersedia untuk menampung. "Ya udah deh aku makan." ucapnya lagi sambil mengambil kebab yang telah di bungkus dengan rapi agar tortilla-nya tidak terbuka dan berakhir berantakan.     

"Nah gitu dong di makan, kan nanti kalau gak di makan terus basi, kasihan makanannya bakalan nangis."     

"Kamu ngaco, El. Mana ada makanan bisa nangis?"     

"Ya itu hanya perumpamaan anak kecil saja, berhubung menurut gue, ya lo masih kecil."     

Nusa mendengus kala mengetahui kalau El menganggapnya anak kecil. Namun pada akhirnya ia tidak mempedulikan hal itu dan lebih memilih untuk memakan kebab dengan gigitan yang kecil-kecil supaya tidak cepat kenyang. "Kamu kenyang gak tadi makannya?"     

El menganggukkan kepala, terlihat melirik layar ponsel. "Kenyang dong. Nanti paling nih abis ini gue mandi, terus tidur deh. Bangun-bangun makan malam, nikmat dunia banget."     

"Kamu mah tidur mulu, tidurnya lama banget emang dasar."     

"Iya emang bawel, kenapa sih? Mau telponan sama gue terus gara-gara gak mau lepas ya, iya kan?"     

Nusa mengernyitkan dahi, lalu menjulurkan lidah yang sudah bersih dari makanan. "Enggak lah, emangnya kenapa? Kamu istirahat aja, aku cuma bilang tidur terus, itu kan kenyataan." balasnya, lalu menggigit kebab lagi.     

"Iya kan emang kenyataan gue tukang tidur. Ya itung-itung istirahat, mumpung Reza dan Mario gak main ke rumah gue jadinya bisa istirahat dengan tenang."     

Bukan maksud El kalau Reza dan Mario penghalang. Maksudnya, kan kalau ada kedua sahabatnya itu, pasti paling enak menghabiskan waktu bersama, iya kan? Gak mungkin teman main ke rumah tapi ia malah tidur. Ya pernah sih ia tidur karena memang kebetulan sedang ngantuk parah, namun tidak sering.     

Nusa terkekeh kecil, membayangkan pertemuan Reza dan Mario yang kalah di satukan pasti suara mereka yang paling dominan dengan topik pembicaraan yang benar-benar tidak penting untuk di bahas pada suatu obrolan.     

"Kalau ada mereka itu mau tidur aja mikir-mikir dulu ya, El? Soalnya seru banget ngobrol sama dia, aku aja ketawa mulu kalau denger pembahasan mereka."     

"Dulu, pas gue masih males ngomong panjang kayak gini, gue gak pernah ikut pembicaraan mereka. Cuma jadi pendengar doang, ketawa sesekali tapi cuma kayak terkekeh."     

"Iya emang, dulu mah kamu batu es, eh malah sekarang jadinya my boy."     

Mendengar gombalan Nusa, terlihat El yang tertawa di seberang sana. "Lagi dan lagi di ajarin Mario gombal, iya?" tanyanya. Tidak, ia tidak masalah kalau sahabatnya memberikan gombalan receh kepada Nusa yang pada akhirnya di terapkan oleh sang pacar.     

Nusa menganggukkan kepala dengan bangga. "Iya dong, gimana? Aku udah hebat apa belum nih? Biasa lah, kalau guru-nya itu Mario, pasti hebat anak muridnya kayak aku." ucapnya, bangga.     

"Ada-ada aja lo mah. Ya udah gak masalah, selagi lo gak sama gila-nya kayak Mario. Nanti gue pusing soalnya kalau lo kayak Mario," balas El dengan kekehan kecil yang menyusul di akhir kata.     

Nusa terkekeh, setelah itu menggelengkan kepalanya. "Enggak dong, Nusa akan tetap jadi diri sendiri. Karena yang El suka dari aku itu kan sifat aku yang apa adanya, bener gak?" balasnya, menyengir dengan sangat sampai kedua matanya terlihat menyipit.     

El menatap layar ponsel, namun hanya sekitar 3 detik saja setelah itu mengalihkan pandangan menatap jalanan. "Sorry ya gue gak natap ke arah lo, tapi serius gue ngomong ini tulus." ucapnya lebih dulu sebagai pembukaan. "Bener kok apa yang lo bilang, gue suka lo apa adanya. Jadi diri lo sendiri, dan kalau berubah ya berubah ke arah lebih baik supaya sama-sama nyaman."     

"Karena, lo gak perlu jadi orang lain buat gue cintai." ucapan El terdengar sangat tulus.     

Nusa yang mendengarnya pun sedikit terpaku karena… karena itu adalah ucapan El yang sangat manis yang pernah dirinya dengar.     

"Aku gak akan berubah jadi orang lain, karena aku tau jadi apa adanya jauh lebih baik untuk aku dan juga kamu."     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.