Elbara : Melts The Coldest Heart

Hangout Bersama Bian



Hangout Bersama Bian

0Setelah kepulangan Reza yang tentu juga membawa pulang Mario, menjadikan Priska yang memang memiliki rencana dengan seseorang pun langsung menutup pintu utama rumah dengan senyuman yang mengembang.     
0

"Nah rencana gue berhasil buat usir Reza dari rumah gue tanpa ketauan kalau gue emang niatnya buat keluar dari rumah gue. Untungnya Mario gampang terpancing emosi, jadinya dia langsung nyamperin kesini."     

Gumamnya sambil berjalan lebih masuk ke rumah, kini ia mulai menaiki satu persatu anak tangga.     

Kebetulan sudah mandi, jadi kini masuk ke kamar dan langsung memilih pakaian yang setidaknya sangat cocok di gunakkan untuk hangout sampai dinner nanti.     

Kedua matanya melihat berbagai macam baju yang memang di gantung di lemari pakaian. Ia menimang-nimang akan memakai yang mana, bahkan ada yang langsung di cocokan pada tubuhnya dengan menatap ke arah pantulan kaca.     

"Pakai semua baju sih gue mah cantik-cantik aja, tapi yang cocok yang mana, ya?"     

Pada akhirnya, Priska memilih memakai crop top dengan celana jeans berwarna snow black lau mengambil kemeja kotak-kotak hitam putih sebagai outer. Ia menatap pilihan outfit-nya saat ini yang memang kece, lalu terakhir ia mengambil sepatu sneakers berwarna putih.     

"Dah sekarang waktunya pakai baju, habis itu dandan yang cantik."     

Priska mulai melepas seluruh pakaian di tubuhnya, kecuali pakaian dalam. Ia mulai menggantinya dengan pakaian yang telah ia pilih, dan selesai.     

Sekarang, cewek satu ini beralih untuk ke arah meja rias dan mulai duduk di sofa kecil yang tersedia. Ia menatap pantulan wajahnya di cermin, setelah itu tersenyum. "Cantik banget gue ya ampun, anugerah Tuhan yang paling indah."     

Ini bukan tentang rasa percaya diri yang terlalu besar, namun ini adalah tentang bagaimana Priska yang bersyukur atas apa yang berada di dirinya. Bahkan, ia termasuk cewek yang tidak pernah insecure dalam segi fisik ataupun materi. Biasalah, anak broken home hanya insecure mengenai keadaan keluarga yang harmonis, selebihnya kehidupan seorang Priska sangatlah terjamin.     

Priska mulai menyapu wajahnya dengan sapuan make-up yang menambah wajahnya lebih fresh. Apalagi, lip tint yang di pakai pada bibirnya dan tak lupa di tambahkan sapuan lip glos, memperlihatkan bibir yang sehat.     

Setelah merasa cukup dengan make up yang sudah di gunakkan di wajah, Priska tersenyum. Ia menjulurkan tangan untuk mengambil kunciran, lalu mulai menguncir rambutnya menjadi bentuk buntut kuda yang menjadikan leher jenjangnya pun terekspos dengan jelas, kesan kecantikannya pun bertambah menjadi berkali-kali lipat.     

Oke, kini Priska beranjak dari duduk. Ia meraih tas selempang yang sekiranya sudah berisikan dompet, parfum, dan lip tint untuk touch up, ah serta jangan lupakan ponselnya kini berada di genggaman.     

Sudah rapih dengan penampilannya, Priska kini melihat ke arah layar ponsel. Ia melihat sebuah notifikasi dari seseorang yang telah di tunggunya saat ini, dan di pesan tersebut, seseorang yang di tunggu-tunggu sudah sampai ke rumahnya dan kini berada di teras rumah.     

Mengetik balasan seperti, 'oke tunggu aku'. Lalu, dengan segera Priska melangkahkan kaki keluar dari kamar, ia cukup bosan mengenai beberapa hari ini tidak pergi keluar walaupun bertujuan hanya untuk hang-out.     

Dengan segera, menuruni setiap anak tangga dengan buru-buru. Entah kenapa, akhir-akhir ini memang lebih seru untuk keluar bersama orang yang saat ini juga mengajak dirinya keluar.     

"Akhirnya bisa refreshing otak."     

Berjalan melewati ruang Tv dan juga ruang tamu, menjadikan Priska kini sudah membuka pintu utama rumah dan begitu sudah keluar ia kembali menutupnya dan melihat seseorang itu sudah duduk di kursi teras rumah dengan topi hitam di kepalanya.     

"Sorry, udah nunggu lama, ya?" ucap Priska sebagai basa-basi. Ia menatap sosok itu dengan sedikit menyesal karena memang kenyataannya ia lama berdandan juga berpakaian.     

Sosok yang di maksud pun menganggukkan kepala. "Iya nih anjir. Gue mau langsung masuk takutnya gak sopan, gue tunggu tapi lo gak selesai-selesai, gak bales chat gue juga."     

"Emang lo sampai jam berapa?" tanya Priska sambil menaikkan sebelah alisnya.     

(Penulis memang mempersingkat narasi, di penjelasan memang persiapan Priska hanya sebentar, namun sebenarnya memakan waktu lama.)     

Si lawan bicara pun tengah menimang-nimang, seperti tengah mengingat jam berapa dirinya sampai tadi. "Gak tau dah gue lupa, tadi gue chat lo jam berapa? Itu gue sampai di sini, langsung chat lo soalnya."     

Priska untung saja ingat jam berapa cowok tersebut mengirimkan pesan kepadanya. "Jam empat lewat sepuluh menit." balasnya sambil terkekeh kecil, setelah itu meringis sambil mengusap lengannya karena canggung.     

"Nah itu jam segitu gue sampai di rumah lo, akhirnya gabut dulu deh di teras. Untungnya cuaca gak panas, agak mendung begini."     

"Yah sorry deh, tadi emang gue gak megang hp. Namanya juga cewek, ya pasti kalau siap-siap itu lama, biar cantik."     

"Bawel, lo mah emang udah cantik. Emangnya mau cantik yang modelan kayak gimana lagi?"     

Priska yang mendengar itu pun menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, merasa kalau apa yang dikatakan oleh cowok tersebut ada benarnya juga. "Ya gak tau deh, gue pikir semua cewek juga kalau dandan lama kok, tanpa terkecuali."     

"Gue mau minum dong, aus nih sumpah. Gue tadi mau beli minum di jalan, males turunnya." ucap orang itu sambil menyapu lehernya pertanda kalau ia benar-benar merasa haus.     

"Ih ya udah nanti aja minumnya di tempat yang kita tuju, emangnya kenapa gak sekalian disana?" balas Priska, ia kebingungan bahkan kini menaikkan sebelah alisnya.     

Mau tidak mau, si cowok itu menganggukkan kepala saja. Lalu, ia beranjak dari duduknya. "Ayo, nanti kita berenti di jalan aja cari warung, soalnya gue tau lo males kalau gue suruh-suruh."     

"Iya lah, dasar lo kan punya kaki, tinggal masuk ke rumah gue aja apa susahnya." balas Priska dengan santai sambil memutar kedua bola matanya, lalu mendengus.     

"Gue nyuruh lo tapi lo malah nyuruh gue balik, belum pernah ya lo gue tampol?"     

"Tampol dong, emangnya gue takut sama lo? Lo cuma Bian, bukan El. Kalau El, baru tuh gue takut sama dia."     

Ya, sosok itu adalah Bian yang kini sudah rapih dengan kemeja sebagai outer. Bahkan outfit-nya saat ini seperti serupa dengan outfit milik Priska. "Bawel lo ngomongin El terus, gak ada bosennya. Udah di tolak, di maki-maki, bahkan sekarang tuh cowok udah punya pacar. Tapi masih aja bahas dia," balasnya dengan nada bicara bosan.     

Priska mengernyitkan dahi, setelah itu mencibir. "Ya emangnya kenapa sih? Suka-suka gue lah kalau emang semisalnya gue masih stuck sama El."     

"Bawel lo ngomong terus, ayo berangkat."     

…     

Bian memang sudah memesan kursi untuk dirinya dengan Priska. Yang kini tepat berada di lantai atas, di temani oleh live music yang memutar lagu-lagu galau.     

Mereka sudah memesan makanan dan minuman serta camilan untuk mengisi waktu mereka disini sambil mengobrol ringan dan juga sambil menikmati suasana cafe.     

"Enak juga ya tempatnya, lo tau darimana tempat ini, Bian?" tanya Priska sambil mengangguk-anggukkan kepala menikmati musik yang berdendang.     

Bian menolehkan kepala ke arah cewek di sebelahnya, menatap Priska dengan sebelah alis yang terangkat. "Lo lupa kalau gue punya banyak temen? Ya dari kenalan temen-temen gue lah, ini cafe baru aja rilis satu bulan tapi peminatnya udah banyak banget, gila ya." balasnya sambil menyandarkan tubuh di sandaran kursi.     

Menganggukkan kepala, Priska setuju dengan apa yang dikatakan oleh Bian karena cewek ini pun melihat ke sekelilingnya itu ramai. Bayangkan ia tidak memesan tempat duduk lebih dulu, mungkin tidak akan kebagian spot duduk yang saat ini ia tempati bersama dengan Bian.     

"Iya ya, tempatnya emang bagus sih cocok buat nongkrong. Apalagi cafe-nya luas, bisa nongkrong buat orang yang punya banyak temen kayak mereka tuh yang ada di tengah cafe," ucap Priska sambil menunjuk perkumpulan yang di maksud menggunakkan mulutnya yang sedikit di majukan.     

Bian menganggukkan kepala. "Iya, gue kemarin-marin kalau nongkrong sama temen-temen ya gue ambil tempat duduk yang banyak kalau bisa di sofa, ada kok di lantai tiga."     

"Keren ya tempatnya, emang cocok banget deh di jadiin tempat nongkrong yang nyaman banget…" gumamnya sambil berdecak kagum.     

Bian hanya mendengus.     

Lalu beberapa saat kemudian pun hidangan sudah tersaji beserta minuman yang di pesan, menjadikan mereka berdua mulai menikmati makanan yang tersedia.     

Semakin sore, keadaan semakin ramai. Menjadikan Priska semakin menikmati harinya walaupun hanya duduk santai dan menikmati makanan serta minuman, ia memang tidak masalah kalau soal yang semakin ramai akan semakin berisik dengan perbincangan orang lain yang saling menabrak satu sama lain.     

"Lo gimana sama Reza? Aman-aman aja apa gimana?" tanya Bian sambil mengambil gelas minuman dan menyeruputnya langsung dengan sedotan yang di sediakan.     

Priska mengangkat kedua bahunya, seolah bingung untuk menjawab pertanyaan yang satu itu. "Aman sih, ya gak tau gue juga gimana perasaan dia ke gue tuh beneran apa gak. Tapi masih kaget aja pas awal dia nembak gue kayak gue dapet kejutan gitu dari hal yang sebelumnya gak pernah gue duga." balasnya, lalu memasukkan potongan roti bakar ke dalam mulutnya.     

"Gue liat-liat sih tulus kok, gue juga kaget awalnya El ngajak damai. Ya mungkin kan karena emang kita udah mau lulus, jadi perlancar pertemanan aja. Juga Reza nembak lo mungkin selama ini suka, eh sadar waktu dia udah tinggal sedikit akhirnya buat keputusan nembak lo. Siapa tau setelah lulus tau-taunya dia kuliah di luar negeri, iya kan?" jawaban Bian yang sangat teramat berpikir positif.     

Menganggukkan kepalanya saja karena sepertinya ucapan Bian ada benarnya juga. "Ya udah lah ya, stay positif lagipula sejauh ini gak ada yang di rugikan dari Reza, lo juga, kan?"     

"Iya, tenang aja. El juga gak keliatan ada niat macem-macem sama gue, ya berharap aja gak ada yang mereka rencanain."     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.