Elbara : Melts The Coldest Heart

Membuat Makanan Berdua



Membuat Makanan Berdua

0"Kamu mau makan apa, Sa? Kakak mau masak buat makan malam."     
0

Nusa menatap ke arah Rehan yang saat ini sudah mengganti baju seragamnya menjadi pakaian casual yang memang cocok di kenakkan saat di rumah. Kakak-nya itu sudah mandi, sudah bersih dari segala kuman karena telah seharian bekerja.     

"Bikinin aku sandwich, bisa gak?" balas Nusa. Ia memang sejak beberapa menit lalu Rehan ke dapur, ia mengintili cowok tersebut dan sampai pada akhirnya kini telah mendaratkan bokong di kursi pantry.     

Rehan menaikkan sebelah alisnya di saat mendengar permintaan Nusa. "Kamu serius malem-malem mau makan sandwich?" tanyanya.     

Menganggukkan kepala dengan tegas, entah kenapa memang Nusa sedang ingin makan sandwich. "Iya emangnya kenapa, Kak? Gak boleh makan sandwich emangnya kalau malem-malem, apa gimana?" tanyanya, yang ikutan bingung. Bahkan kini permukaan wajahnya terlihat sangatlah menggemaskan.     

Rehan terkekeh, saat ini menatap Nusa dengan geli. Memang setiap sang adik bertanya itu pasti dengan wajah yang menggemaskan, sehingga rasanya ingin mencubit pipi yang tirus itu. "Ya enggak atuh sayang, takutnya kamu malah kelaperan tengah malem. Soalnya kan sandwich cuma roti di kasih isian, emangnya kenyang?"     

Kembali menimang-nimang dengan apa yang diinginkan barusan menjadikan Nusa ragu, lalu menopang kepala dengan tangan yang di letakkan pada dagunya. "Ya udah deh bikinin seafood saus asam manis aja, isiannya apa aja terserah Kakak." ucapnya yang memutuskan pada akhirnya.     

Sebagai adik dan kakak, beruntung kesamaan mereka berdua itu serupa. Jadi, semisalnya Nusa suka makan seafood, Rehan menyukainya. Begitu pun sebaliknya. Namun untuk urusan menu makan, tentu saja Rehan bertanya terlebih dulu oleh Nusa karena takutnya sang adik bosan.     

"Oke, enak tuh kayaknya buat di makan malem-malem. Kebetulan di kulkas ada cumi, udang, kepiting juga ada kerang." balas Rehan. Baru menyebutkan bahan-bahannya saja terasa sudah mampu menggoyang indra pengecap.     

Nusa memberikan dua jempol ke arah Rehan. "Mantap! Yuk aku bantu bersihin bahan-bahannya, kakak yang nyiapin bumbu." ucapnya sambil turum dari kursi pantry.     

"Oke tunggu, Kakak ambilin dulu bahan-bahannya." ucap Rehan sambil menganggukkan kepala, setelah itu berjalan ke arah wastafel dan meletakkan udang, cumi, kepiting, dan kerang. "Ini di cuci bersih dan pisahkan dari kotorannya, ambil secukupnya aja buat porsi kita berdua. Soalnya kalau kebanyakan, nanti gak habis, jadinya sayang-sayang ngolah banyak." sambungnya yang menjelaskan.     

Dan ya, Nusa kini sudah berada di samping Rehan dan menyimak apa yang dikatakan Rehan dengan seksama.     

"Oke bos, udah itu doang atau ada lagi?" tanya Nusa yang menatap Rehan dengan kedua mata yang mengerjap dengan polos.     

Rehan menganggukkan kepala. "Iya itu aja, nanti kekurangannya biar Kakak aja yang kerjain. Itu juga kan kamu kerjaannya banyak, lepas kulit udangnya." balasnya, lagi-lagi kembali mengingatkan di akhir perkataan.     

"Siap, semuanya akan rapi dan bersih dalam satu jam kedepan." balas Nusa sambil terkekeh.     

Mendengar Nusa yang seperti menyelipkan candaan menjadikan Rehan ikutan terkekeh kecil. "Kalau kamu baru selesai satu jam kemudian, terus masaknya mau kapan? Soalnya kelamaan,"     

"Bercanda Nusa, Kak. Ini mah paling cuma lima belas menit selesai kok, tenang aja." ucap Nusa lagi yang kini tengah beralih menguncir rambut, menjadi sanggulan dengan jepitan supaya rambutnya tidak menghalangi kegiatan membersihkan bahan pangan.     

Pada akhirnya, mereka mulai menyiapkan alat-alat yang di perlukan.     

"Kamu gimana sama El? Ada masalah atau gak? Berantem gitu? Atau ada salah paham yang buat kalian bertengkar?" tanya Rehan yang memulai topik pembicaraan baru sambil memotong pinggiran roti dengan pisau roti yang memiliki banyak gerigi.     

Nusa lebih dulu membuang kulit udang, ia sudah mencuci bersih tangannya begitu juga dengan Rehan. "Enggak kok, gak ada masalah apapun. Semuanya baik-baik aja sejauh ini, dan aku harap kedepannya juga baik-baik aja kok." balasnya sambil menampilkan senyuman yang sangat manis, tambah mempercantik wajahnya saat ini.     

"Kok tumben dia gak mampir ke rumah? Tadi di antar kan sama dia, atau gimana?"     

"Di anter kok. Tadi aku sama El ke toko buku, habis itu dia nganterin aku pulang dengan selamat. Tapi dia bilang mau langsung pulang soalnya mau tidur,"     

"Nah, kamu ngapain ke toko buku?" Rehan bertanya, ia meninggalkan tugasnya yang memotong pinggiran roti untuk menatap penasaran ke arah cewek yang ada di sampingnya.     

Nusa tetap fokus melepaskan kulit udang, karena ukuran udang yang di tangannya ini lumayan besar-besar. Yang biasanya, memiliki kulit yang keras jika di makan saat sudah siap santap. Maka dari itu, Rehan menyarankan untuk melepasnya akan memudahkan saat memakan nanti.     

"Aku ke toko buku ya beli buku, masa beli nasi goreng? Tau gak? El tadi beliin semua buku yang aku beli, sungguh. Rasanya gak enak kalau di bayarin, padahal aku bisa kok bayar tapi emang kebetulan cuma kurang beberapa ribu. Udah bayarin buku yang aku beli, El juga bayarin aku makan." balas Nusa yang mengadu.     

Mendengar itu, Rehan kembali fokus dengan roti di hadapannya. Ia memotong sisi yang terakhir, dan selesai. Ia sudah tau apa saja isian yang diinginkan oleh Nusa. Sandwich tanpa tomat. Nusa adalah tim yang tidak menyukai tomat.     

"Ya kalau begitu, mungkin El kan mau bayarin pacarnya. Lagipula itu hal yang wajar, emangnya kenapa?"     

"Ya itu emang wajar, tapi nominalnya yang gak wajar, Kak." balas Nusa sambil menghembuskan napas dengan perlahan, ia juga masih tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan oleh El tadi kepadanya yang seolah-olah membuang uang itu adalah hal yang biasa.     

Rehan terkekeh kecil. "Kakak gak bisa dukung kamu karena kan emang udah jadi kewajiban El yang mungkin mau bayarin barang dan apapun yang bersangkutan sama kamu, tapi Kakak juga sama sekali gak membenarkan apa dilakukan oleh El yang biayain kamu terus." balasnya. Ia ingin mengelus puncak kepala Nusa, namun mengurungkan niatnya karena saat ini lebih memilih untuk mencuci selada yang memang Nusa lebih suka memakan sayuran selada daripada yang lainnya.     

"Tapi kalau aku tolak, malah El maksa-maksa aku. Kayak pokoknya harus dia yang bayar, padahal mah aku bisa bayar sendiri kok." balas Nusa sambil mendengus kecil kalau ia mengingat seberapa menyebalkannya El ketika ia menolak keinginan cowok tersebut, pasti pacarnya akan dengan memaksa menolak dengan wajah menggemaskan.     

Rehan terkekeh. Ia pun juga seperti itu jika memiliki kekasih, mungkin nanti ia akan memiliki rencana ketemuan dengan cewek yang menjadi incaran hatinya. "Ya udah kamu terima aja, jangan sungkan dan harus membiasakan diri sama perilaku El yang kayak begitu."     

Nusa mengambil napas, lalu menghembuskannya dengan perlahan. Ia tetap fokus menatap udang di tangannya yang dengan teliti ia kupas kulitnya.     

"Iya, tapi gak janji." ucap Nusa. Bagaimanapun, ia tidak pernah memiliki hubungan dengan cowok yang menurutnya terlalu royal, sungguh.     

Mereka pun kembali melakukan aktifitas tanpa adanya pembicaraan. Nusa pun sudah menyingkirkan sisah udang yang tidak terpakai karena nantinya takut kebanyakan, kini ia beralih untuk mencuci kerang agar bersih.     

Sedangkan Rehan juga terfokus untuk mengambil keju slice kemasan di dalam kulkas dan mengambil beberapa lembar, Nusa suka sekali dengan keju.     

"Kak, kok Kakak malah bikin sandwich? Aku baru nyadar." balas Nusa yang menolehkan kepala dengan apa yang tengah di kerjakan oleh Rehan, bahkan kini ia mengerjapkan kedua bola matanya.     

Rehan terkekeh kecil. "Kakak jadi mau sandwich, cuma bikin satu porsi di potong jadi dua bagian kok. Nanti habis ini Kakak buat bumbu untuk asam manisnya," balasnya.     

Mulut Nusa membulat, pertanda kalau ia mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Rehan. "Huh, tadi nyuruh aku pertimbangin mau makan sandwich atau yang lain, sekarang malah Kakak yang akhirnya juga kepingin." balasnya, lalu menjulurkan lidah untuk meledek cowok yang berada di sampingnya.     

Air kran dari wastafel mengalir, tangan Nusa kini sibuk membersihkan kerang sambil sesekali matanya melihat ke arah kerang yang di tampung dengan mangkuk plastik. Lagi dan lagi, ia hanya mengambil secukupnya saja.     

"Lagian mau gimana? Namanya kemauan tiba-tiba kan gak ada yang tau. Lagipula kan kita masak sesuai dengan porsi, iya kan? Gak kebanyakan, gak kedikitan juga."     

"Iya deh emang, Kak Rehan yang paling top! Si Kakak terhebat yang paling bisa memegang dapur, masakannya selalu enak."     

"Kamu muji Kakak ini lagi ada yang di mau, atau gimana? Jarang-jarang lo kamu muji Kakak,"     

Ucapan Rehan menjadikan Nusa membelalakkan kedua bola mata, ia tidak setuju dengan tuduhan yang dikatakan langsung oleh sang Kakak. "Ih gak ya, enak aja Kakak gak boleh asal nuduh loh. Nyebelin banget dasar!" Pada akhirnya, ia mencipratkan air ke arah sang Kakak.     

Dan ya, mengenai lengan serta sedikit mengenai wajah Rehan. Menjadikan dirinya mengaduh. "Ih basah, Nusa. Ini nih airnya mental ke teflon, jadinya Kakak juga kayak goreng air."     

"Biarin aja wle, emangnya siapa yang suruh kayak gitu? Sok tau, bikin emosi."     

"Iya iya maaf, kan biasanya kamu yang nyebelin. Sekarang gantian lah,"     

"Oh… jadi ini pembalasan?"     

Nusa menatap Rehan dengan tajam, namun ia tidak bersungguh-sungguh menatap sang Kakak seperti itu. Hanya ingin membalas dendam pada cowok tersebut.     

Rehan terkekeh kecil, namun dengan tampang tanpa dosa, ia malah menganggukkan kepala. "Iya dong pembalasan sama kamu, emangnya gak boleh, ya?"     

"Oh jadi begitu…"     

Nusa mengambil ancang-ancang, tangannya berada di bawah air kran yang mengalir. "Siap-siap." gumamnya sambil menatap Rehan dengan serius, ia meninggalkan pekerjaannya yang mencuci kerang.     

"HIATTTTTTTT!! RASAKAN TERKENA AIR!" serunya sambil mencipratkan air lebih banyak ke arah Rehan.     

Jadilah saat ini seperti perang, namun hanya Nusa saja yang menyerang Rehan. Sedangkan Rehan, ia lebih memilih mengamankan sandwich yang ia buat. Mematikan kompor terlebih dulu, setelah itu meninggalkan pekerjaannya dan lebih memilih mundur agar Nusa tidak bisa menjangkau dirinya.     

"Ih curang kamu masa mainnya air, Kakak gak ada alat apa-apa buat balas serangan dari kamu."     

"Biarin aja gak usah balas aku! Nikmatin aja airnya!"     

Nusa tertawa bersama dengan Rehan, merasa kalau apa yang mereka lalukan ini menyenangkan.     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.