Elbara : Melts The Coldest Heart

Bercerita Mengenai Kebimbangan



Bercerita Mengenai Kebimbangan

0Cahaya lampu kamar membuat El mengerjapkan kedua bola mata, ia sudah terbangun karena merasa harus menghubungi seseorang yang di sayang.     
0

Melihat ke arah jam dinding, ternyata sudah menunjukkan pukul 7 malam yang artinya sebentar lagi akan memasuki waktu makan malam.     

Dengan malas, ia merenggangkan tangan ke udara, setelah itu mengucek kedua bola mata yang terasa masih sayu.     

Pada akhirnya, El memutuskan untuk beranjak dari kasur setelah itu berjalan ke kamar mandi dan mencuci mukanya agar terlihat segar. Menghilangkan aura bangun tidur yang terlihat di tubuhnya dengan jelas.     

Setelah merasa sudah segar, E tentu saja kembali berjalan mendekati kasur king size miliknya dan mengambil ponsel di atas laci.     

"Duh gue tidur berapa lama anjir? Gue yakin juga pasti Mario udah balik, soalnya gak ada suara-suara dia yang berisik."     

Membuka kunci ponsel, lalu segera pergi ke aplikasi bertukar pesan. Ia memasuki ruang pesan dengan Nusa untuk memberikan kabar kepada sang pacar yang entah sedang apa saat ini.     

| ruang pesan |     

Nusa     

Kamu tidur ya, El?     

[ 16.05 ]     

Nusa     

Aku gabut banget nih, gak tau mau ngapain. Tapi kayaknya aku mau nonton Drama Thailand deh, soalnya lagi seru-seru banget.     

[ 16.05]     

Nusa     

Aku udah selesai nih nontonnya, tapi masih ada beberapa episode sih aku berenti mau masak dulu sama Kak Rehan.     

[ 17.05 ]     

Setelah itu, El melihat tidak ada lagi chat dari Nusa yang belum dirinya balas selain tiga chat tersebut.     

El     

Gue udah bangun nih, lo udah selesai masaknya atau belum? Kalau udah, gue niatnya mau telfon lo. Ya kalau belum sih gue mau bikin mie rebus,     

| ruang pesan berakhir |     

Setelah beberapa menit kemudian merasa tidak ada balasan sambil Bian melihat-lihat beranda Instagram, ia memutuskan untuk mematikan ponsel.     

"Bangun tidur laper, abis makan ya tidur lagi, surga dunia banget." gumamnya sambil terkekeh kecil.     

Ia mulai berjalan meninggalkan kamar, lalu menuruni satu persatu tangga untuk menuju ke lantai dasar.     

Tidak melihat tanda-tanda Alvira, menjadikan El berpikiran mungkin sang adik sudah berada di kamarnya atau mungkin sudah makan malam lebih dulu karena mengetahui dirinya masih tertidur.     

Namun saat langkah kakinya mulai mendekat dengan dapur, menjadikan indra penciumannya disambut oleh wangi dari mie rebus yang baru saja ingin di buat olehnya.     

Tanpa banyak basa-basi, ia mempercepat langkahnya. Dan sesampainya di dapur, ia melihat Nusa yang tengah menabur bawang goreng di atas santapan mie goreng dua mangkuk.     

"Ekhem, lagi buat apa dan untuk siapa nih?" tanyanya yang menegur sang adik. Ia memilih untuk langsung duduk di kursi makan, menatap ke arah Alvira dengan perut yang keroncongan dan siap menerima makanan yang sepertinya di buat oleh Alvira untuknya.     

Mungkin saking seriusnya, membuat Alvira sampai terkejut karena tiba-tiba mendengar suara bariton El yang sebelumnya ia berpikir kalau cowok tersebut masih tertidur. "Ih Kakak astaga, untung aja aku kagetnya gak lebay." balasnya sambil berdecak kecil. Setelah itu, ia meletakkan sendok serta garpu ke mangkuk. "Selesai." gumamnya, kini berjalan ke arah El dengan kedua tangan yang sudah memegang mangkuk berisikan mie rebus.     

El melihat Alvira yang menaruh satu mangkuk untuknya dan yang satu mangkuk lagi untuk cewek tersebut. "Wih mantep, isiannya ada apa aja nih? Kayaknya mie rebus spesial deh." ucapnya dengan nafsu makan yang meningkat, apalagi wangi mie rebus yang benar-benar menggugah selera.     

Menganggukkan kepala, Alvira membenarkan dugaan El. "Iya isinya aku banyakin. Ada crab stick, fish roll, fish meatball, terus aku kasih telur setengah matang. Oh ya, ada irisan sawi juga ada potongan cabai rawit." balasnya, ia juga tau selera El jadi membuatkannya seperti ini.     

"Wah enak banget, thanks ya." ucap El sambil meraih sendok dan garpu yang masing-masing di genggam oleh kedua tangannya.     

Alvira tersenyum bahagia di saat mengetahui kalau El menyukai buatannya walaupun ini adalah makanan instan yang hanya tinggal merebusnya, langsung jadi deh dengan di tambahkan bumbu kemasan juga. "Iya Kak sama-sama, enak ya baru bangun udah ada makanan jadi gak repot-repot masak." ucapnya sambil terkekeh kecil. Ia juga menikmati mie rebus buatannya, sangat nikmat makanan yang sangat menggugah selera.     

El tertawa sambil menganggukkan kepala. "Iya lah enak, kan gue ini tinggal makan doang. Tadinya sih emang ada niat mau buat mie rebus, tapi tiba-tiba gue dateng ke dapur semuanya udah rapih." balasnya sambil mengubah tawa menjadi terkekeh kecil.     

"Kakak lagian tumbenan banget tidur, pasti capek gara-gara nyari aku ya? Maafin," ucap Nusa dengan nada bicara yang sengaja volume-nya di perkecil.     

El yang tengah mengunyah makanan pun menaikkan sebelah alis, bahkan menatap cewek yang duduk di hadapannya dengan bingung. "Kenapa minta maaf? Ya elah Ra, Ra. Lo gak salah sama sekali, dalam hal apapun. Jadi, lo gak usah minta maaf. Lagian kan emang kewajiban gue buat cari lo, gue juga gak mau lo kenapa-napa." balasnya yang sudah berhasil menelan makanan.     

"Aku cuma gak enak aja, makanya ini buatin makanan." balas Alvira sambil cemberut.     

El hanya memasang senyuman, setelah itu memasukkan gulungan mie ke dalam mulutnya. "Buatin makanan doang? Minumannya mana?" tanyanya.     

Mendengat pertanyaan El membuat Alvira menepuk kening, ia benar-benar kelupaan dengan minuman yang di maksud oleh El. Masa iya ada makanan, tapi tidak ada minuman? "Astaga, aku lupa." ucapnya sambil beranjak dari duduk, segera berjalan ke arah lemari es untuk mengambil jus kemasan yany memang sudah di stok.     

Melihat itu, El meringis kecil. "Ya gak usah di ambil sekarang juga kali, Ra. Kan lo bisa ngambilnya nanti pas makanan udah selesai atau seenggaknya nikmatin makanan lo dulu. Tadi gue cuma bercanda," ucapnya yang sambil menasehati.     

Alvira tampak menggelengkan kepala, lalu mengambil dua gelas jus dan menuangnya ke sana. "Gak apa-apa, Kak. Aku juga inget kenapa gak ambil minum, kelupaan. Tau sendiri kan aku kalau minum selalu kayak ikan yang butuh air?" balasnya sambil terkekeh kecil. Menutup kembali kemasan jus, setelah itu mengembalikannya ke lemari es.     

Ia berjalan mendekati meja dapur dimana dua gelas jus yang ia tuang berada. Setelah itu membawanya di masing-masing tangan, ia berjalan kembali menuju ke arah El dan duduk kembali di tempatnya. "Satu untuk Kakak, dan satu untuk aku." ucapnya sambil meletakkan gelas tersebut di meja.     

El menganggukkan kepala, rasa gemas-nya untuk Alvira itu masih jelas ada dan tidak akan pernah pudar sampai kapan pun itu. "Makasih ya, emang lo adik ter-the best deh bagi gue sumpah." balasnya, lalu meraih gelas jus tersebut dan menenggaknya.     

Kesegaran dan dinginnya dari jus seolah menyapa dinding tenggorokkan, menjadikan hawa segar menjalar ke seluruh tubuh untuk saat ini. "Ah." refleks-nya yang merasa kalau dahaga-nya sudah terpenuhi dan merasa lega. Meletakkan kembali gelas tersebut.     

"Lo gimana sama Bian? Kontak-kontakan lagi atau gak?" tanya El, ia sambil makan sambil menyelipkan obrolan di saat mulutnya sudah kosong.     

Mendengar pertanyaan El menjadikan Alvira menaikkan kedua bahu. "Tadi pas waktunya pulang sekolah, dia cuma chat aku, katanya hati-hati di jalan. Setelah itu udah gak aku bales apa-apa lagi, gak aku baca juga pesan dari dia." balasnya yang seolah anak kecil tengah mengadu.     

El membulatkan mulutnya, bergumam 'oh' merasa paham. "Lo sebenernya kenapa sih? Di satu sisi kayak belum bisa terima kenyataan kalau Bian yang nabrak gue, tapi di satu sisi lagi lo juga nyesel jauh dari Reza. Yang lo mau itu siapa?" Akhirnya, pertanyaan yang selalu membingungkan banyak orang ini di keluarkan langsung dari mulutnya yang bernotabene adalah Kakak kandung cewek di hadapannya.     

Sebelum menjawab, Alvira mengunyah makanan di mulutnya. Setelah berhasil menelan, ia menatap El dengan penuh perasaan bimbang.     

"Bersama Bian, aku emang sakit, Kak. Tapi kalau gak sama dia, kayaknya hidup aku kurang. Mau banget nampar diri sendiri sama kenyataan, bisikin diri aku sendiri kalau sebenernya itu Bian udah gak worth it buat aku, tapi hati aku selalu nolak." balas Alvira yang menjelaskan, ia meninggalkan semangkuk mie rebus miliknya terlebih dulu.     

Mengambil napas, supaya pasokan oksigen cukup untuk membantunya menelan pil kepahitan hidup. "Tapi di satu sisi, Kak Reza berhasil buktiin ke aku kalau Bian gak ada apa-apanya. Aku nyaman, tapi aku masih lebih nomor satukan Bian, gak tau kenapa. Reza itu bagi aku sabar banget, bahkan terlalu baik untuk kenal sama cewek kayak aku yang bisanya cuma nyakitin doang. Dan pas aku kehilangan dia, aku juga ngerasa kayak kehilangan segalanya." sambungnya sambil sedikit menundukkan kepala.     

El menyimak sambil mulutnya terus manyantap makanan di hadapannya. Namun di saat sudah ingin berkomentar mengenai apa yang dikatakan oleh Alvira, barulah dirinya ini berhenti untuk menyantap. "Kakak pikir, kamu jangan sama mereka berdua deh." ucapnya dengan mode serius. "Kalau kamu sama Bian, kamu cuma memperlambat perpisahan dan kembali mengulang kesalahan. Kalau sama Reza, jangan deh. Kamu gak tau kan pengalaman apa yang udah kamu kasih ke dia?" balasnya sebagai tanggapan.     

Menghembuskan napas dengan perlahan, mau tak mau memang apa yang dikatakan El itu benar adanya. Menjadikan Alvira menganggukkan kepala sambil menghela napas pasrah. "Iya, Vira juga tau kok kalau jodoh akan di atur sama Tuhan, jadi aku cuma lagi nunggu kapan jodoh aku datang dan sekarang waktunya untuk aku yang berubah lebih baik lagi, iya kan Kak?"     

Mendengar perkataan Alvira menjadikan Le mengerjapkan kedua bola mata karena tidak menyangka kalau sang adik akan berkata sangat dewasa seperti itu. Bahkan, memiliki niatan ingin berubah. "Bagus kalau lo punya niatan kayak gitu, gue selalu dukung lo, dan jadi sistem support pertama. Besok Mom sama Dad pulang, pastiin kita berdua gak ada masalah satu sama lain atau kamu yang murung, oke?"     

"Oke, aku laksanakan bos!" seru Alvira sambil mengangguk-anggukkan kepala dengan semangat, bahkan senyumannya pun melebar.     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.