Elbara : Melts The Coldest Heart

Sleep Call



Sleep Call

0Selesai makan malam dengan Rehan serta di selipkan juga pembicaraan yang ringan, kini Nusa melambaikan tangan untuk lebih dulu meninggalkan dapur usai dirinya dan sang Kakak membersihkan area dapur bersama-sama.     
0

Kini, Nusa telah terbaring di atas kasur yang sangat empuk miliknya. Ia lebih dulu menatap langit-langit kamar dengan ponsel yang saat ini berada di genggamannya.     

Sudah, ia sudah membaca serta membalas pesan dari El. Dan saat ini, ia tengah menunggu pacarnya untuk menghubungi dirinya via video call.     

Membayangkan betapa sempurnanya El, terkadang menjadikan Nusa berpikir seperti, apa benar kalau dirinya merasa seperti tengah berada di cerita dongeng yang dimana upik abu berpacaran dengan pangeran tampan?     

"Ah tentu dunia ini bukanlah dunia dongeng seperti apa yang aku pikirkan."     

Dan pada akhirnya, Nusa meraih bantal dengan tangan lain yang tidak memegang ponsel. Setelah itu, ia menggunakkan bantal tersebut untuk sandaran kaki yang terasa pegal.     

"Sebentar lagi udah mau kelulusan, hanya tinggal menghadapi bulan-bulan ujian dan setelah itu berpisah dari masa-masa SMA yang sejujurnya menjadikan bagian yang kelam di dalam kehidupannya.     

Andai saja tidak ada kriteria manusia yang seperti Priska —tukang bully dan melakukan kekejaman yang lainnya—, pasti tidak ada masa-masa SMA yang kejam.     

"Ya udah lah mau gimana lagi?"     

Beribu kali mencoba untuk menepis pemikiran supaya Priska bisa mendapatkan ganjaran yang sesuai dengan perlakuan cewek itu, namun trauma-nya tak kunjung hilang.     

Nusa menjadi penakut berada di ruangan yang kosong, sepi, gelap, bahkan takut sendirian. Tidak ada kejahatan yang baik, apapun itu bentuk dan niat untuk melakukannya.     

Kalau suatu saat nanti memang benar ada orang yang bisa melakukan sesuatu untuk ganjaran Priska, ia tidak akan melarangnya. Bahkan, kalau semisalnya cewek itu memohon untuk di batalkan hukuman atau yang lainnya, tentu saja Nusa tidak keberatan kalau menolak permohonan tersebut.     

"Tapi mau gimana? Gak tega banget deh kalau dia dapet ganjaran yang keterlaluan,"     

"Tapi kalau semisalnya di penjara, keterlaluan gak sih? Atau biasa aja, ya?"     

"Tuh kan, cuma begini aja aku gak bisa nyimpulin."     

Gumam-an demi gumam-an pun terdengar di katakan oleh Nusa. Menjadikan dirinya langsung bersusah payah untuk menghilangkan permikiran tersebut di kepalanya yang semakin membingkai dan menyeluruh di tubuhnya.     

Setelah itu, Nusa merasa kalau ponsel di tangannya bergetar. Ia segera mengarahkan layar ponsel ke hadapannya, lalu mengubah posisi menjadi tengkurap saat melihat siapa kiranya yang menghubungi. Ternyata itu adalah El yang sudah menghubungi dirinya via video call.     

"Yeay, akhirnya di telepon juga sama El. Iiihhh seneng banget," ucapnya yang memekik. Ia memang senang sekali jika mendapat panggilan masuk dari El, apalagi kalau video call seperti saat ini yang membuat dirinya lebih bisa menatap wajah tampan yang selalu membuat dirinya mabuk kepayang.     

"Hai, sayangnya Nusa." ucap Nusa yang lebih dulu menyapa sambil menampilkan deretan gigi pertanda kalau ia tengah melampiaskan perasaan senang yang membingkai di hati.     

Terlihat El yang tersenyum manis. Senyuman yang selama ini ada dan di hadirkan spesial untuk Nusa karena cewek itu lah yang berhasil mengubah dirinya menjadi lebih baik daripada sebelumnya. "Hai cantik-nya gue, lagi apa?" balasnya dengan suara bariton berat khas-nya.     

Nusa melihat El yang berguling sekali, seperti tengah mencari posisi nyaman di kasur empuk. Nusa menaikkan kedua bahu. "Gak tau, aku gak ngapa-ngapain kok. Tadi lagi nungguin kamu selesai makan sama Alvira, selebihnya cuma termenung." balasnya, yang memang merasa ia tidak melakukan kegiatan apapun selama tadi menunggu El.     

Sudah berkali-kali Nusa di yakinkan oleh El kalau cewek ini tidak perlu terlalu mempermasalahkan tentang posisi, bahkan terkadang Nusa merasa tidak pantas saja dengan posisinya yang berada di samping El. Katanya, tidak pantas, ini lah dan itu lah. Namun bagi seorang El yang sudah memilih cewek tersebut, ia merasa kalau kehadiran Nusa sudah lebih dari sekedar kata cukup.     

"Iya maaf ya, gue selesai makannya kelamaan atau gimana? Kalau kelamaan, maafin gue, ya? Tadi sambil ngobrol-ngobrol aja sama Alvira, jadinya gak enak kalau duluin obrolan takutnya ngambek lagi." balas El yang memang sesuai dengan kenyataan.     

Nusa menaikkan sebelah alisnya. Seperti biasa, ia merasa penasaran dengan pembicaraan El dan Alvira, apa ia di pembicaraan mereka terselip tentangnya? "Emangnya kalian ngobrolin tentang apa?" tanyanya, rasa penasarannya emang tidak pernah menipis.     

El tampak memeluk boneka jaguar berwarna biru dongker, terlihat menggemaskan. "Cuma ngomongin tentang Alvira yang nyesel jauh sama Reza, terus gue nasehatin biar dia gak jadi orang ketiga di hubungan Reza dan Priska." balasnya. Tentu saja, ia tidak memiliki niat untuk berkata jujur 100% mengenai Alvira yang tau mengenai kecelakaannya akibat Bian.     

Karena apa? Ya kan karena Nusa juga belum mengetahui kalau kecelakaan yang menimpanya itu di akibatkan oleh Bian yang memang bisa jadi membuat Nusa bisa saja membenci cowok tersebut.     

Nusa mengangguk-anggukkan kepala, bahkan mulutnya pun saat ini membulat. "Oh… begitu? Kalian gak bicarain tentang aku?" Ia malah bertanya seperti ini karena memang merasa ingin tau saja. Soalnya kan Alvira sensitif sekali tentangnya, bisa saja sampai sekarang pun juga seperti itu.     

"Enggak kok, gak bahas apa-apa tentang kamu. Jangan takut dan jangan berpikiran negatif," balas El dengan nada bicara yang penuh perhatian, bahkan tatapannya pun sangat lembut memperlihatkan ketulusan yang tercetak jelas di permukaan wajah itu.     

"Kenapa gak ngomongin aku, sih?" tanya Nusa dengan kesal, bahkan sampai mendengus dan menatap El seolah-olah ia membutuhkan jawaban.     

El tertawa saja melihat tingkah pacarnya yang lucu, setelah itu memijat pangkal hidung. "Ya gimana sayang… gue gak ngomongin lo sama Alvira, terus apaan yang harus gue ceritain ke lo, hm?" jawabnya, masih dengan kekehan kecil.     

Dimana-mana, orang lain justru menghindari diri supaya tidak tau kalau tengah di bicarakan. Namun sepertinya Nusa berbeda, malah cewek itu ingin sekali di omongi oleh seseorang.     

"Ya bukannya begitu, lagian aneh aja masa gak ngomongin aku, sih?"     

"Terus apa? Lo maksudnya pengen gue omongin sama Alvira segala? Lucu lo, gemesin."     

Sadar akan tingkahnya yang seperti ini menjadikan Nusa ikutan terkekeh dengan perkataannya, setelah itu menggaruk kepala yang terasa agak gatal. "Hehe iya maafin aku, gak sih gak mau di omongin." balasnya. "Oh ya, tumben Mario sama Reza gak sama kamu? Tadi aku lihat di sosial media, mereka berdua posting lagi di cafe." sambungnya yang memilih untuk mengubah topik pembicaraan.     

Terlihat El yang kembali berganti posisi menjadi duduk di atas kasur dengan punggung yang menyandar pada kepala kasur. "Iya tadi Mario sempet kesini dan gue ngobrol-ngobrol sama dia, gue milih buat tidur soalnya ngantuk plus capek juga. Kalau urusan mereka yang nongkrong bareng sih gue gak masalah, kan emang daridulu mereka begitu dan gue juga ngerasa biasa aja." balasnya dengan ketenangan, ya karena memang ia tidak merasakan apapun kok.     

"Ouh aku kira tadi kamu gak jadi tidur terus nongkrong sama mereka. Aku tadinya udah mau marah tuh sama kamu, kenapa kalau mau keluar ruamh gak kabarin aku? Eh ternyata kamu masih ada di rumah." balas Nusa dengan menggebu-gebu, menatakan apa yang di rasakan olehnya dengan berbagai macam ekspresi yang di tampilkan.     

El menaikkan sebelah alis, tidak setuju mengenai kalau dirinya keluar rumah, namun tidak memberikan kabar kepada Nusa. "Gak kok, gue kan selalu berkabar sama lo apapun situasinya. Gue bukan tipe cowok yang kayak gitu, lo tenang aja." balasnya.     

Bagi seorang cowok, mengabari pacar adalah hal yang wajib untuk di lakukan. Sebenarnya tidak hanya cowok, para cewek juga di haruskan memberikan kabar agar perasaan saling percaya itu tetap ada untuk satu sama lain.     

Nusa menghembuskan napas lega. Sebenarnya, ia tau kalau El bisa memperlakukannya sangat spesial dan penuh dengan pengertian, tapi entah mengapa memang pemikiran negatif itu selalu datang di saat yang sangat tidak tepat.     

"Oke deh aku percaya, makasih banyak ya El udah ngebuktiin semuanya sama aku. Bahkan udah jaga kepercayaan dan jaga hati buat aku." balasnya yang tiba-tiba terharu. Bahkan saat ini terlihat air mata yang seolah ingin menetes dari kelopak matanya.     

El yang melihat itu pun bingung, bahkan kedua alisnya terlihat menurun. "Yah lo kenapa? Emang omongan gue ada yang salah? Iya, sama-sama. Gue kan perlakuin lo karena rasa sayang, dan gue juga ngerti kok gimana cara perlakuin lo sebaik mungkin dan sebisa gue. Anggep aja segala hal yang gue kasih buat lo itu adalah tanda gue bersyukur punya lo, oke?"     

Mendengar penjelasan El, Nusa menarik keinginannya untuk menangis. Ia menganggukkan kepala dengan perlahan sambil mengulas kembali senyuman di wajahnya. "Ya udah, mau temenin aku bobo atau gak?"     

"Sleep call, mau?" tanya El dengan lembut, tatapannya menatap Nusa dengan penuh kasih sayang yang sangat tinggi.     

Menganggukkan kepala dengan semangat, memangnya ada cewek yang bisa menolak sleep call bersama orang yang paling di sayang? Tidak ada, begitu juga dengan dirinya yang pasti menerima. "Iya, ayo ih aku mau sleep call. Tapi kamu gak apa-apa? Takutnya ponsel kamu panas, terus mati total."     

Terlihat El yang menggelengkan kepala. "Batrai ponsel gue masih ada sembilan puluh persen kok, gue juga gak bakalan tidur di waktu-waktu deket ini. Jadi, ya gue akan matiin teleponnya, tapi nanti pas gue rasa batrai ponselnya mau habis."     

Ucapan El yang meyakinkan membuat Nusa menganggukkan kepala.     

El pun terlihat senang karena bisa membuat Nusa senang hanya dengan hal sederhana seperti ini.     

"Ya udah lo siap-siap tidur." ucap El.     

Menganggukkan kepala lagi, Nusa lebih dulu meletakkan ponsel di kasur sehingga layarnya menyorot langit-langut kamar. Setelah itu, ia mulai menbenarkan posisi bantal dan langsung merebahkan diri dengan selimut yang menutupi tubuhnya. Merasa sudah mendapatkan posisi yang nyaman, Nusa kambali meraih ponsel dan memperlihatkan wajah lagi.     

"Ayo sleep call."     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.