Elbara : Melts The Coldest Heart

Memulai Pagi Bersama



Memulai Pagi Bersama

0Bertepatan pukul 5 pagi, El terbangun dari tidurnya dengan kedua tangan yang di renggangkan guna menghilangkan rasa kebas yang menjalar di tubuhnya.     
0

Memang bangun sepagi ini adalah kebiasaannya, karena terkadang ia ingin melamun dulu sebelum berangkat sekolah.     

Seharusnya, El ataupun Alvira tidak perlu terbangun sepagi ini. Karena mereka juga memiliki asisten rumah tangga yang sudah memegang pekerjaan rumah sesuai dengan bagian mereka masing-masing.     

Sarapan pun kalau bisa siap sedia tanpa mereka harus repot-repot membuatnya, namun semua kehendak Alvira yang memang gemar sekali membuat sarapan pagi.     

El meraih segelas air mineral di atas nakas, ia memang selalu menyediakannya dan di tutup dengan tutup gelas, begitu juga ia sediakan untuk Alvira karena bangun tidur dan tenggorokkan langsung di sapa air mineral itu terasa menyegarkan.     

Meletakkan kembali gelas pada tempatnya. Tentu El langsung membuka ponsel untuk melihat aplikasi bertukar pesan, sepertinya banyak ya orang yang baru bangun langsung memegang ponsel.     

Terlihat ada sang Mommy yang memberikan kabar kepulangan yang sekiranya sampai di rumah siang hari, dan segera El balas. Namun kabar buruknya, lagi dan lagi sang Daddy di tinggal di luar kota karena pekerjaan yang masih menumpuk.     

Beralih dari pesan sang Mommy, kini El tentu saja langsung mengirimi pesan untuk Nusa yang memang adalah cewek nomor tiga terpenting setelah sang Mommy dan juga Alvira.     

Ia mengirimi pesan seperti ucapan selamat pagi, bahkan perhatian-perhatian kecil seperti jangan lupa men-jadwal buku, bahkan mengingatkan untuk sarapan terlebih dulu sebelum berangkat ke sekolah.     

Setelah cukup, El langsung saja beranjak dari kasur dan berjalan untuk mengambil handuk yang ia gantung.     

Baru saja berniat ingin mandi, El teringat kalau ini adalah kamar milik Alvira. Ia tidak mungkin mandi di kamar mandi adiknya yang bahkan dari sabun sampai sampo dan pasta gigi semuanya berbeda dengan miliknya.     

"Tuh anak udah bangun belum ya?" Bertanya pada diri sendiri.     

Setelah itu, ia berjalan keluar kamar dengan kondisi kamar yang tentu saja masih berantakan. Ia menyerahkannya pada asisten rumah tangga untuk merapihkan detiap sudut rumah.     

El menutup pintu kamar Alvira, setelah itu beralih ke kamarnya. Ia mengetuk pintu lebih dulu, takutnya sang adik masih tertidur atau mungkin sudah terbangun dan tengah melakukan hal yang tak seharusnya tidak ia lihat.     

Tok     

Tok     

Tok     

El mengetuk pintu kamarnya sebanyak tiga kali. Menunggu seseorang yang tengah berada di ruangan tersebut untuk membukakan pintu untuknya.     

Namun, sudah dua menit berjalan namun tidak ada tanggapan apapun. "Ini tumbenan banget Alvira belum bangun?" gumamnya yang bertanya sambil menaikkan sebelah alisnya.     

Tanpa banyak basa-basi lagi, El langsung saja membuka pintu dan menyembulkan kepala lebih dulu. "Ra!" Panggilnya lagi, takut sang adik tengah berada di kamar mandi. Namun, tidak ada suara gemercik air ataupun senandung kecil yang biasa Alvira gumamkan ketika tengah mandi.     

"Udah bangun kali." ucap El acuh, lalu masuk ke kamarnya dan melihat kamar yang sudah sepi tidak ada orang. Namun, ponsel Alvira masih berada di atas laci miliknya.     

Menganggap kalau mungkin Alvira tengah di lantai dasar, pada akhirnya El memutuskan untuk langsung pergi ke kamar mandi yang memang berada di kamarnya lalu tak lupa mengunci pintu agar tidak ada orang yang sembarangan masuk.     

Sedangkan di sisi lain ….     

Alvira sudah selesai memasak, bahkan sudah menakar porsi bekal untuknya dan untuk El. Hari ini, tidak ada bekal untuk Reza dan Mario karena sepertinya ia tidak memiliki selera untuk kedua cowok tersebut.     

"Nah akhirnya alu selesai masak juga. Kan kalau begini enak, tinggal ngerapihin buku sekolah habis itu mandi deh. Turun-turun ke meja makan udah ada lauk buatan aku," gumamnya dengan senang. Lalu, ia sengaja membiarkan tutup kotak bekal terbuka.     

Menaruh piring berisikan sarapan untuknya dan untuk El, ia juga meletakkan kotak bekal di tengah meja, dan langsung menutupnya dengan tudung saji supaya tidak ada serangga apapun yang dapat masuk dan memakaninya.     

Mengusap sedikit peluh yang membingkai di dahinya, setelah itu tersenyum kecil karena puas dengan hasil yang ia kerjakan.     

"Paling Kak Bara udah di kamarnya, aku juga langsung ke kamar deh buat mandi."     

…     

Selesai mandi, sudah berseragam juga. Kini, El mengirimkan pesan menggunakkan ponsel Alvira ke ponselnya. Ia bilang jangan lupa bawa turun ponselnya juga ke meja makan.     

Saat ini, El pun sudah memakai tas di punggung, dan juga tak melupakan menggenggam ponsel Alvira pada tangan kirinya.     

Keluar kamar, menuruni tangga, dan kini berjalan menuju ruang makan yang berdekatan dengan dapur. Ia melihat sosok Alvira yang ternyata sudah rapih lebih dulu daripada dirinya.     

"Lah kok cepet banget udah selesai? Bukannya gue duluan ya tadi yang mandi?" Pertanyaan dengan unsur kebingungan ini langsung saja terlontar dari mulut El dengan tambahan menaikkan sebelah alisnya karena bingung.     

Alvira yang mendengar pertanyaan penuh kebingungan El hanya bisa terkekeh kecil, ia sudah menyiapkan segalanya untuk sang kakak seolah-olah cowok itu adalah raja yang memang harus di sediakan segala kebutuhannya, tentang apa saja.     

"Iya dong. Tadi aku gak berendam, cuma guyur-guyur di bawah shower aja. Tapi mandinya bersih kok, wangi." balasnya.     

El hanya menganggukkan kepala, setelah itu duduk tepat di seberang Alvira uang memang sudah cantik bahkan wajahnya pun terlihat segar. Kedua matanya yang sembab bahkan sudah terlihat samar, ya mungkin wajah adiknya juga yang mungkin masih mengingat kesedihan.     

Tapi tenang, El tidak akan membahas hal itu.     

"Kakak kenapa marahin Kak Reza dan Kak Mario tentang aku yang nangis?"     

Ya, mungkin El tidak akan mengatakan atau membahasnya. Namun, ternyata Alvira sendiri lah yang mengatakannya.     

El menaikkan kedua bahunya, memilih untuk tidak tau menahu dengan pertanyaan Alvira yang seperti itu. "Duh gue gak tau deh, gue gak ngerasa marahin mereka gara-gara lo." balasnya, lalu mengambil menu sarapannya kali ini. Berisikan omelet, bacon, kentang goreng, dan dilengkapi dengan salad.     

Alvira menatap El dengan sorot mata yang penuh selidik, bahkan mungkin tatapannya saat ini terlalu mengintimidasi.     

"Kak Bara bohong, jelas-jelas kok tadi Kak Mario yang bilang ke aku kalau Kakak marah-marahin mereka." ucapnya sambil menatap sebal ke arah cowok yang saat ini malah tengah santai menikmati sarapan di hadapannya.     

El hanya mendengus. "Gue? Bohong? Mereka kayaknya yang bohong sama lo. Ponsel gue sama lo, kan? Cek aja sendiri di grup gue sama mereka, ada gak gue marah-marah?" ucapnya yang menyuruh Alvira untuk melakukan pembuktian sendiri.     

Mendapatkan ucapan El yang seperti itu tentu saja menjadikan Alvira malah takut untuk membuktikan sendiri, dan pada akhirnya mengubah raut wajah menjadi semula dengan senyuman yang di tekuk.     

"Iya deh iya gak kok, aku percaya. Kakak kalau begitu malah serem, aku takut." ucapnya sambil menyerahkan ponsel El kembali pada si empunya. "Mana ponsel aku, balikin." sambungnya sambil melihat ke arah sang kakak dan mencari letak ponselnya.     

El menaikkan kedua bahu lagi. "Gak tau, gue lupa bawa." balasnya, memilih untuk fokus makan namun tatapan matanya mengarah pada Alvira karena memang mereka tengah berbicara.     

Alvira siap meledak, ia menatap El dengan penuh rasa kesal yang bersarang di hatinya. "KAK BARA, AMBILIN PONSEL AKUUUU! Tadi katanya suruh bawa ponsel Kakak kesini, sekarang Kakak yang lupa bawa ponsel aku. Nyebelin banget sih!!" pekiknya, bahkan kini ia seperti kehilangan selera makan karena Kakaknya yang seperti itu.     

Mengernyitkan dahi, El merasa kalau pekikan Alvira bisa saja membuat telinganya sakit seperti ini. Bahkan, kini ia sedikit menepuk-nepuk telinga karema merasa berdengung. "Iya iya iya lo bawel banget, pecah deh gendang telinga gue." ucapnya sambil mengaduh pelan.     

Ini juga sih memang 100% salah El makanya Alvira bisa memikik seperti tadi. Kalau saja cewek tersebut tidak di ledek, mungkin saja tidak akan seperti itu. "Nih nih ponsel lo, ada di kantong gue, emangnya gak liat?" tanyanya sambil meraih ponsel bercasing pink milik sang adik.     

Alvira mendengus, lalu langsung menyambar ponselnya yang telah di julurkan El kepadanya. "Makasih, makanya lain kali kalau gak mau telinga Kakak berdengung, jangan kayak gitu. Nyebelin banget jadi orang, huuh!" ucapnya, ia segera memasukkan ponsel ke saku baju.     

El menghembuskan napas, namun setelah itu malah terkekeh kecil lantas merasa lucu dengan Alvira yang seperti itu. "Dah makan sarapan lo, bentar lagi kita berangkat."     

"Ini masih pagi banget Kak," balas Alvira sambil menaikkan sebelah alisnya.     

"Emangnya jam berapa?" El bertanya, padahal ia memakai jam namun malas untuk meliriknya.     

Alvira juga mengenakkan jam berwarna pink, maka dari itu saat ini menatapnya untuk melihat sekarang pukul berapa. "Masih jam setengah enam pagi, kak. Masuk sekolah satu jam setengah lagi, masih lama." ucapkya sambil mengembalikan pandangan untuk menatap cowok di hadapannya.     

El menganggukkan kepala. "Ya gak apa-apa dong, kita nanti naik mobil aja biar gak terlalu cepet di jalan. Kan gak mungkin juga sepuluh menit langsung sampai di sekolah, jam segini juga jalanan udah macet." ucapnya yang menanggapi.     

Alvira pun mengikuti apa yang dikatakan oleh El dan akhirnya menyantap makanan yang kini ada di hadapannya. Memasukkan setiap potongan makanan, setelah itu melahapnya. Ternyata, ia juga merasakan lapar.     

"Mom bilang nanti pulang siang, tapi Daddy gak ikut balik katanya masih ada kerjaan." ucap El yang lupa menyampaikan tentang hal ini kepada adiknya.     

Mendengar itu, menjadikan Alvira menekuk senyumannya. "Yah kok Daddy gak jadi pulang lagi sih? Sibuk banget, huuh." keluhnya.     

"Ya mau gimana lagi? Daddy kan kerja juga buat kita juga, ya selagi Daddy baik-baik keadaannya sih yang penting kita saling support." Ini adalah kebiasaan El untuk menanamkan pemikiran positif pada Alvira.     

Mendengar penjelasan El yang memang ada benarnya juga menjadikan Alvira mengerti dan saat ini menganggukkan kepalanya sambil tersenyum ke arah El. "Iya Kak, gak apa-apa kok. Ya udah yuk buruan makan, kita berangkat."     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.