Elbara : Melts The Coldest Heart

Semakin Menyebalkan!



Semakin Menyebalkan!

0"El nanti jadi belajar bersama?"     
0

Nusa menatap laki-laki yang ada di sampingnya dengan kedua bola mata yang mengerjap, entahlah ia rasa bosan yang melanda karena kemungkinan besar ia membutuhkan hiburan untuk mengisi waktunya.     

Mendengar pertanyaan itu menjadikan El menolehkan kepala ke sumber suara, setelah itu menganggukkan kepala pertanda mengiyakan apa yang ditanyakan sang pacar. "Iya, emangnya kenapa nanya lagi? Lo gak bisa?" balasnya yang sekalian bertanya dengan sebelah alis yang naik.     

Menggelengkan kepala dengan perlahan, tentu ia tidak memiliki alasan untuk menolak ajakan belajar bersama yang diketuai oleh El. "Enggak kok, aku bisa. Kamu mau nyebelin banget, nyimpulin semuanya sendiri terus, huuh!"     

Terkekeh kecil, lagi dan lagi terlihat wajah menggemaskan Nusa. "Ya terusnya kenapa?" ucapnya, yang kembali mengulang pertanyaan tersebut.     

"Ya gak apa-apa kok, nanti aku sekalian izin sama Kak Rehan. Udah pasti banget kita ke rumah kamu, kan?" ucap Nusa sambil membuat coretan-coretan kecil di lembaran bagian belakang tubuhnya.     

Mendengar alasan yang dikatakan Nusa menjadikan El ber-oh-ria, setelah itu menganggukkan kepala dengan perlahan pertanda kalau dirinya mengerti. "Nanti gue aja yang izin sama Rehan. Dia libur atau kerja?"     

"Kerja." balas Nusa, ia yang tadinya tengah fokus mencoret halaman belakang buku menjadikan menatap cowok di sebelahnya dengan serius.     

"Kerja mulu Rehan, kapan liburnya?" tanyanya yang merasa heran. Karena, setiap karyawan om-nya itu selalu saja mendapatkan dua kali jatah libur dalam satu minggu.     

Nusa menaikkan kedua bahu tanpa kalau dirinya memang tidak tau menau. "Gak tau juga, Kak Rehan kalau dapat jatah libur katanya males di ambil. Soalnya males sendirian di rumah. Ya sejauh ini sih di ambil terus dan di jadikan istirahat di rumah, tapi buat minggu ini aku gak tau kapan libur lagi." balasnya yang menjelaskan dari yang dirinya katahui saja.     

"Oh ya udah kalau begitu nanti gue kirim pesan ke dia, kalau bisa nanti pas dia jam istirahat ya gue telfon biar gue bisa ngobrol langsung sama Rehan." ucap El. Ia selalu bertindak cepat dalam hal perizinan jika menyangkut tentang Nusa.     

Menganggukkan kepala, Nusa memberikan ibu jari ke hadapan El. "Oke, makasih banyak." balasnya sambil tersenyum dengan sangat tulus.     

El memutuskan pandangan pada Nusa, dan mulai menyentil punggung Reza dan Mario yang memang sepertinya hanya termenung karena mungkin hawa mereka berdua masih mengantuk. "Woi." bisiknya.     

Dengan menguap kantuk, Reza menolehkan kepala ke arah El serta badannya yang ikut berbalik badan. "Apaan, El?" tanyanya, matanya masih sayu namun lebih membaik jika di bandingkan saat pagi tadi sebelum tertidur di kelas.     

Mario pun berbalik badan dan menatap El, namun tidak memberikan pertanyaan apapun karena saat ini yang dirinya pikirkan adalah mengantuk.     

"Nanti pas jam istirahat, selesai makan kita ke perpustakaan dulu." ucap El yang memang ingij menyampaikan perihal ini kepada dua sahabatnya.     

Mendengar kata 'perpustakaan', menjadikan Reza dan Mario mulai menaikkan sebelah alisnya karena kebingungan.     

"Hah? Ngapain ke perpustakaan?" tanya Mario yang kali ini terdapat kilat malas di balik kedua bola matanya.     

Ya karena memang benar. Selama ini, mereka berdua sama sekali tidak pernah mengunjungi perpustakaan dengan alasan tempat tersebut adalah yang paling menyebalkan dan juga membosankan.     

Reza tampak menganggukkan kepala, mengikuti pertanyaan Mario yang seperti mewakili apa yang berada di pikirannya. "Iya, buat apaan?" tanyanya, lalu menopang kepala dengan tangan yang di sandarkan pada meja milik Nusa.     

Sedangkan Nusa? Ia dengan santainya mendengarkan pembicaraan mereka tanpa memotong atau ikut ke dalam pembicaraan. Namun kalau semisalnya ia memang nanti ingin berbicara, ya bisa saja kok.     

"Lo berdua lupa ya kalau kita mau belajar bareng? Ujian-ujian sekolah udah di depan mata," balas El dengan serius. Ia menatap kedua sahabatnya dengan penuh keseriusan. "Lo berdua lupa atau gimana?" tanyanya sambil menaikkan sebelah alis, gantian dirinya yang merasa bingung.     

Reza mendengus, lalu menepuk kening karena memang melupakan hal ini. Ternyata benar ya, kalau begadang di hari-hari saatnya sekolah itu sangat merugikan. Belum lagi akan ada banyak hal yang seharusnya di lakukan namun menjadi terlupakan. "Oh iya, duh gak lupa sih sebenarnya." balasnya sambil meringis kecil merasa tidak enak dengan El.     

Mario menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Boleh gak sih gue gak ikut ke perpustakaan? Nanti aja pas ke rumah lo buat belajar bareng gue ikutnya." balasnya yang lebih memilih hal ini.     

El menghembuskan napas. Ia bukannya tidak percaya kalau kedua sahabatnya akan bersungguh-sungguh, namun lihatlah sekarang. "Ya udah gak apa-apa, jam istirahat nanti lo berdua tidur aja." Akhirnya ia memutuskan untuk membuat keputusan.     

Nusa yang mendengar itu pun melihat ke arah Reza dan Mario secara bergantian, bingung. "Emangnya kalian berdua itu ngapain sih? Kok begadang? Tumbenan banget," rasa penasaran yang tinggi menjadikan dirinya bertanya.     

Mario mengusap wajahnya dengan kasar agar rasa kantuk hilang dengan pergerakannya yang seperti itu. "Siapa lagi dalangnya kalau bukan Reza? Dia lagi galau, makanya begadang. Gue di ajak sama dia," balasnya yang mengatakan secara kenyataan.     

Reza yang mendengar Mario seolah menyalahkan dirinya pun akhirnya mengkoreksi. "Gue emang ngajak lo, tapi kan lo mau-mau aja gue ajak, Rio. Jangan menistakan gue dong,"     

"Siapa yang nistain lo, ngeselin lo ya?" tanya Mario.     

"Udah-udah gak usah di terusin, nanti malah jadi berantem. Udah sana lo berdua lihat ke depan lagi, keburu gurunya dateng." ucap El yang mengingatkan pasti Reza dan Mario takutnya adu mulut kalau percakapan di perpanjang.     

Mereka berani mengobrol seperti ini di karenakan sang guru tengah pergi ke toilet.     

Nusa terkekeh dengan apa yang dikatakan El menghasilkan wajah Reza dan Mario yang kecut, padahal terlihat kalau mereka berdua sudah mempersiapkan kata-kata untuk di lontarkan satu sama lain.     

"Awas aja lo kita perang nanti di rumah El." ucap Mario dengan tatapan yang sangat sok memusuhi Reza, bahkan kedua matanya di buat sampai setajam elang.     

Reza pun sama, setelah itu melengos begitu saja dengan tubuh yang kembali ke depan. "Lo juga awas aja, gue timpuk lo pake bantal sofa El yang keras biar tau rasa."     

Nusa sih hanya bagian tertawa saja karena marahnya mereka itu hanya sekedar bercanda, tidak mengandung unsur keseriusan. "Mereka lucu banget ya berdua, padahal kan bisa adu mulut bisik-bisik kan duduk bersebelahan. Tapi malah nunggu di rumah kamu," ucapnya yang memberikan tanggapan pada El di sebelahnya yang juga hanya menggeleng-gelengkan kepala dengan perlahan pertanda tidak habis pikir juga dengan kedua sahabatnya.     

"Udah biarin aja, mereka emang gak ada habisnya kalau bertengkar." ucap El yang menguruh Nusa untuk menghiraukan Reza dan Mario yang pada faktanya saat ini malah sudah kembali tertawa, entah apa yang mereka berdua ketawakan saat ini. "Tuh liat, sedetik kemudian langsung ketawa bareng-bareng lagi." sambungnya.     

Nusa menganggukkan kepala, ucapan El ada benarnya juga. Ia pun kini kembali mencoret-coret buku halaman belakang sambil melamun.     

El kini hanya memperhatikan wajah Nusa dari samping. Tugas mereka di suruh merangkum satu bab, gila? Tentu saja. Katanya ini sistem belajar cepat, dan di pertemuan selanjutnya tinggal mengadakan quis dan ulangan harian kalau memang waktunya cukup.     

"Jangan ngeliatin aku terus ih." ucap Nusa yang tau kalau El saat ini tengah melihat dirinya, namun ia tidak menolehkan kepala pada cowok tersebut. Karena kalau tatapan mereka kembali bertabrakan, kemungkinan besar pasti dirinya akan merasakan malu dengan kedua pipi bersemu merah dengan hawa panas yang menjalar di sekujur tubuh.     

El terkekeh kecil, ia lalu menggelengkan kepala dengan perlahan. "Gak, siapa yang liatin lo? Jangan ge-er jadi orang." balasnya sambil mengulum senyuman yang berniat ingin menggoda cewek di sampingnya saja.     

Nusa mendengus, lalu menatap El dengan kesal sambil menggembungkan pipinya. "Ih kamu nyebelin banget sih." ucapnya sambil sedikit mencubit pinggang El.     

"Aduh." El meringis, padahal mah tidak terasa sakit. "Ih gimana nih, sakit banget cubitan lo. Pasti di pinggang gue berbekas jadi biru," sambungnya sambil mengusap-usap di bagian mana Nusa mencubitnya barusan.     

Mendengar itu, tentu saja membuat Nusa merasa tidak enak hati dan menatap ke arah El dengan sorot mata yang merasa bersalah. "Ih sakit, ya? Maafin aku. Aku gak bermaksud nyubit kamu kayak tadi," ucapnya dengan suara rendah bahkan kedua alisnya terlihat menurun.     

Lagi dan lagi, raut wajah Nusa membuat El gemas sehingga dirinya kini menjulurkan tangan untuk mencubit pipi sang pacar. "Gemes banget lo." ucapnya sambil tersenyum manis. Di rasa sudah cukup mencubit kedua pipi Nusa, ia menurunkan tangannya dan menaruh di atas meja.     

Melihat El yang tertawa menjadikan Nusa menatap cowok itu dengan kesal, lagi-lagi dirinya di goda seperti ini! "Ih ya udah deh sana kamu ngomong sama angin aja, habisnya jadi orang nyebelin banget dah!" balasnya, lalu melengos seperti Reza beberapa menit lalu yang melengos kepada Mario.     

El hanya tertawa, memang tingkah Nusa selalu menggemaskan menjadikan dirinya menjadi suka menjahili, sadar atau tanpa sadar. "Jangan ngambek, nanti kita ke perpustakaan bantu gue cari buku, oke?"     

"Oke!" Walaupun setuju, namun nada bicara Nusa terdengar kesal. Ia juga tidak menolehkan kepala ke arah El, enggan karena memang kesal dengan wajah cowok itu yang hari demi hari semakin suka sekali menjahili dirinya.     

El tersenyum manis. "Ya udah jangan cemberut lagi nanti cantiknya hilang." Ia berkata dengan nada bicara yang sangat lembut.     

"Cemberut atau gak juga sama aja, sama-sama cantik." ucap Nusa.     

"Iya kan lo emang cantik, ceweknya El mah cantik semua dan lo yang paling cantik dari semuanya." Ini adalah balasan El yang berkata dengan sangat romantis, mungkin ini adalah kalimat romantis yang memang hanya Nusa satu-satunya yang bisa mendapatkan perlakuan seperti ini dari dirinya.     

Nusa menahan agar tidak bersemu, namun tidak bisa dan pada akhirnya ia menahan diri untuk tidak memekik pada saat ini juga. "Nyebelin!"     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.