Elbara : Melts The Coldest Heart

Perpustakaan



Perpustakaan

Alvira menaikkan sebelah alisnya di kala melihat Disty dan Nika malah duduk di hadapannya tanpa mengatakan perizinan atau apapun itu. Ya baginya tidak masalah sih, namun malah menjadikan dirinya merasa kebingungan.     

"Kalian ngapain duduk deket aku, Kak?" tanya Alvira sambil menaikkan sebelah alisnya. Ia berpikir untuk sedikit menunda waktu makannya untuk mengobrol dengan kedua cewek tersebut.     

Disty menggelengkan kepala sambil menunjuk ke arah dimana Priska tengah berbicara dengan Reza dan juga Mario. "Kita duduk disini pertama karena Priska lagi ngajak ngobrol Reza, kedua tempat duduk lo yang paling deket, dan yang ketiga gue sama Nika lagi nungguin Priska selesai bicara sama pacarnya." balasnya yang menjelaskan lebih rinci.     

Hanya membulatkan mulut. "Oh…" sambil hanya bergumam seperti ini saja, sama sekali tanpa niat untuk membalasnya lebih lanjut.     

Nika menatap Alvira dengan sorot mata yang biasa saja. "Kok lo gak cemburu sih? Kan itu Priska lagi ngobrol sama Reza, kenapa gak cemburu?" tanyanya dengan polos.     

Menjadikan Disty yang berada tepat bersampingan dengan Nika rasanya ingin menepuk dengan pelan mulut sahabatnya itu karena dengan polosnya malah bertanya. Pada akhirnya ia hanya menyenggol kaki Nika dengan kakinya.     

Nika menolehkan kepala ke arah Disty dengan bingung, lalu bergerak isyarat seperti 'ada apa?'     

Alvira yang mendengar serta melihat tingkah mereka berdua pun hanya bisa menghembuskan napas. Ia bersumpah merasa menyesal karena telah membuang waktu hanya untuk mendengarkan perkataan mereka yang memang mungkin berniat untuk memanasi suasana.     

"Cemburu? Buat apaan cemburu? Cowok di dunia ini banyak kok gak cuma Kak Reza doang, aku gak masalah kalau emang Kak Priska lagi ngobrol sama Kak Reza, apapun pembicaraan mereka." balasnya dengan tenang.     

Disty meneliti raut wajah Alvira yang ternyata memang memiliki ketenangan dalam berbicara seperti itu, entah mengapa tidak ada bercak cemburu atau bahkan melontarkan perkataan penuh dengan kebohongan. "Oh bagus deh kalau lo udah move on dari Reza. Lo emang diem aja, tapi lo kayak penghalang di kisah cinta sahabat gue. Bagus banget kalau lo udah sadar diri," balasnya dengan nada bicara yang pelan karena tidak ingin orang lain mendengarnya kecuali mereka.     

Mendengar apa yang dikatakan oleh Disty tentu saja membuat dada terasa tertohok. Namun, Alvira memang sekarang sudah lebih pandai untuk mengatur suasana hatinya menjadi lebih baik lagi jika di bandingkan dengan sebelumnya.     

"Oh begitu?" respon Alvira seperti tidak peduli karena memang tidak ingin mengambil pusing lagi mengenai sesuatu yang memang tidak di takdirkan untuknya. "Aku gak ngelakuin apapun aja bisa di kira penghalang cinta, gimana kalau aku beneran ngelakuin, ya? Kak Priska bisa lebih kejam kali ya ke aku?" sambungnya.     

Nika menganggukkan kepala sambil terkekeh kecil. "Iya bener tuh, Ra. Pasti Priska bakalan ngelakuin hal yang sama kayak dia ngelakuin ke, Pftttttt—"     

Tiba-tiba saja, Disty membungkam mulut Nika dengan telapak tangannya, menjadikan sahabatnya itu langsung tidak melanjutkan kalimatnya karena kini mulutnya tertutup.     

"Ty, Ka, gue udahan nih. Yuk pindah tempat duduk," ucap Priska yang tiba-tiba sudah ada di samping mereka. Menatap kedua sahabatnya dengan Disty yang membungkam mulut Nika dengan telapak tangan, menjadikan dirinya menaikkan sebelah alisnya. "Lah ada apaan ini?" sambungnya bertanya.     

Sama halnya dengan Priska, Alvira pun bingung dengan apa yang ingin dikatakan oleh Nika karena ia pikir ada masalah lagi yang disembunyikan oleh mereka bertiga.     

Disty menggelengkan kepalanya dengan kuat, setelah itu melepaskan Nika dari bungkaman tangannya. "Gak ada, tadi Nika mau ngomong kasar. Lo tau sendiri kan ini area sekolah?" Ia berbohong bukan hanya untuk menyelamatkan situasi dari Alvira yang akan mengetahui rahasia mereka karena ilah ceroboh Nika, melainkan juga menyelamatkan Nika dari amukan Priska. Bayangkan saja kalau ia jujur si cewek yang saat ini ada di sampingnya tidak sengaja ingin mengatakan rahasia mereka. Pasti, Priska akan mengamuk pada Nika dengan amarah yang meluap.     

Setelah itu, Disty mengajak Nika untuk beranjak dari duduk mereka. "Yuk mending pindah aja, sekalian makan juga, Ka. Kantin juga udah agak sepi daripada tadi."     

Pada akhirnya, Alvira hanya diam saja memperhatikan gerak gerik Disty yang aneh.     

"Ya udah ya, dadah mantan adik ipar. Gue pindah tempat duduk dulu ya, gak mau deket-deket lo nanti ketularan jadi sad girl." Ini adalah perkataan Priska yang di telinga Alvira terdengar sangatlah menyebalkan.     

Tanpa memberikan tanggapan apapun, Alvira membiarkan Priska and the genk menjauhi tempat duduknya.     

"Dasar tiga cewek biang rusuh." gumam Alvira.     

Bisa saja Alvira mengadu perlakuan Priska kepada El karena telah tidak sopan seperti ini. Dan juga pasti Reza dan Mario mendengar perkataan Priska karena tempat duduknya memang bersebrangan dengan kedua cowok itu.     

"Sia-sia banget aku luangin waktu buat mereka."     

…     

Di perpustakaan …     

"Ini kita nyari buku yang kayak gimana?"     

Nusa bertanya sambil menolehkan kepala ke arah El yang tengah meneliti buku-buku di rak. Entah buku seperti apa yang di cari oleh cowok itu, namun sampai sekarang belum menemukan yang di cari walaupun mereka baru 5 menit berada disini.     

El yang mendengar itu pun menolehkan kepala sekilas ke arah Nusa, dan kini tatapannya kembali melihat ke deretan buku dengan kedua tangan meneliti tepi buku yang berjajar dengan tepian buku yang memperlihatkan judulnya.     

"Buku pelajaran sih niatnya, tapi gue sekaian nyari buku kayak tentang biologi gitu, mau gue pelajari." jawab El dengan kedua bola matanya yang masih fokus meneliti.     

"Oh ya udah kalau begitu aku juga mau ikutan cari-cari buku." Nusa setelah mengatakan ini memutuskan untuk pergi meninggalkan El dan mencari tempat duduk. Di setiap meja literasi perpustakaan, pasti juga di berikan beberapa jajar buku bacaan.     

Dan kini, Nusa telah mendaratkan bokong di kursi dengan tangannya yang mulai mencari-cari buku bacaan yang menurutnya ringan untuk di baca.     

Entah mengapa, yang Nusa ambil malah cerita anak bergambar yang menggemaskan. "Loh kenapa di perpustakaan anak SMA ada buku kayak gini?" gumamnya yang bertanya pada diri sendiri sambil terkekeh kecil. Walaupun begitu, ia tetap saja penasaran ingin membaca isinya.     

Buku tersebut kini sudah berada di hadapannya, menjadikan Nusa mulai membuka buku bagian awal-awal dimana cerita itu berawal. Ini adalah kumpulan cerita anak seperti cerita cinderella, atau bahkan snow white.     

Membaca di dalam hati adalah pilihan yang selalu tepat untuk di lakukan. Ini adalah buku bacaannya yang suka sekali di jadikan dongeng kepada Rehan sebagai pengganti sang ibu yang seharusnya melakukan itu untuk putrinya. Berhubung Nusa tidak memiliki ibu —yang entah kemana dan sekarang ada dimana—, menjadikan Rehan sebagai tumpuan di setiap keseharusan.     

Sedangkan El? Saat ini ia belum mendapatkan apa yang dirinya cari. Dan arah pandangnya menoleh ke arah dimana Nusa saat ini duduk dengan tenang dengan pandangan menurun seperti tengah membaca buku karena saat ini posisinya cewek tersebut membelakangi dirinya.     

Menghampiri Nusa, El penasaran dengan apa yang ceweknya itu baca. Dan ya, ia saat ini sudah berada tepat di belakang Nusa. "Lo baca apaan, Sa? Kok kayaknya serius banget, seru?" tanyanya dengan penasaran sambil melirik dimana ia bisa langsung melihat buku bacaan Nusa yang terdapat gambar-gambar.     

"Ini aku baca cerita anak, seru." balas Nusa tanpa mengalihkan pandangan dari buku. Sepertinya ia membaca dengan sangat serius, padahal ia terasa sudah beratus-ratus kali mendengarkan dongeng ini yang serupa.     

El terkekeh kecil karena pacarnya membaca buku cerita anak-anak, namun itu sama sekali bukan permasalahan. Justru, kini ia menemani Nusa duduk di samping cewek tersebut. "Serius banget lo, padahal kan udah tau endingnya, ya kan?" ucapnya yang kini duduk menyerong ke arah Nusa, lalu tangannya yang di letakkan pada meja pun mulai menopang kepala.     

Nusa menganggukkan kepala, membenarkan apa yang ditanyakan oleh El. Yang padahal, ia memang benar-benar mengetahui endingnya yang selalu serupa dan akan selalu seperti itu. "Iya, tapi seru aja, El. Kamu tau gak? Seru aja baca cerita kayak gini, apalagi ada gambarnya jadi gak bosen." balasnya.     

Mendengar tanggapan yang terdengar sangat menggemaskan menjadikan El langsung menjulurkan tangan untuk mengelus puncak kepala Nusa dengan perlahan dan sangat lembut.     

"Ya udah senyamannya kamu aja." balas El yang memang tidak pernah masalah dengan kesukaan Nusa walaupun berbau hal anak kecil sedikitpun, ia bukan tipe yang mempermasalahkan hal-hal kecil.     

Nusa merasakan kenyamanan dari elusan tangan El pada puncak kepalanya. Dalam diam, ia tersenyum manis bersamaan dengan hatinya yang terasa menghangat. "Ya udah sana kamu cari apa yang mau kamu cari," ucapnya sambil menolehkan kepala dan ya kedua matanya langsung bertabrakan dengan manik mata El yang terlihat sangat memabukkan.     

Mengerjapkan kedua bola mata, Nusa merasa malu jika kedua bola matanya saling menatap dengan milik pacarnya. "Kenapa gak bergerak? Sana cari, katanya kita mau belajar bersama nanti pulang sekolah? Kamu mau kumpulin materi, iya kan?" ucapnya lagi karena perkataan yang sebelumnya tidak di respon oleh cowok tersebut.     

"Iya bentar lagi, gue lagi natap pacar gue yang paling cantik satu sekolahan." balas El seperti tanpa henti menatap, bahkan ia pikir kalau tidak pernah bosan untuk menatap cewek yang ada di sampingnya saat ini.     

Mengerjapkan kedua bola mata, Nusa setelah itu terkekeh kecil. "Jangan gombal," ucapnya.     

"Gak apa-apa, gue mau ngeliat pipi lo bersemu merah gara-gara gue."     

"Gak tuh, aku sama sekali gak ngerasa kalau pipi aku bersemu gara-gara kamu."     

El menaikkan sebelah alisnya begitu mengetahui apa yang dikatakan oleh Nusa, lalu mulai bertatapan dengan sangat lekat. "Masa?" tanyanya dengan nada bicara yang menggoda bahkan saat ini menaik turunkan kedua alisnya dengan senyuman yang tertahan.     

Melihat dan di perlakukan seperti itu menjadikan pipi Nusa barulah saat ini bersemu merah. "El nyebelin!" pekiknya dengan nada bicara yang hanya naik satu oktaf saja, setelah itu bergeser sambil mendengus kecil.     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.