Elbara : Melts The Coldest Heart

Bertanya Tentang Bian



Bertanya Tentang Bian

0Pulang sekolah sudah tiba, dan kini mereka semua berkumpul di area parkiran.     
0

El and the genk, Nusa, Alvira, Moli, bahkan Priska pun kini ikut dengan alasan yang juga ingin belajar bersama. Padahal seperti yang telah di tebak kalau cewek satu ini hanya mementingkan kebersamaannya dengan Reza.     

"Ya udah ini ayo, di atur kendaraannya mau gimana." ucap El yang memberikan aba-aba, karena kan ia adalah kepala dari pembelajaran bersama yang akan mereka lakukan pada saat ini.     

Nusa diam dengan tangan yang di genggam oleh El dengan sangat erat, ia selalu merasa nyaman di kata jemari kekar El seperti menautkan dengan jemari miliknya. Tentu saja ia ikut dengan El, pasti.     

"Gue sama Reza." ucap Priska yang langsung menempel kepada Reza, ia memeluk lengan cowok tersebut seperti ulat bulu yang langsung melekat pada batang pohon.     

Menganggukkan kepala, El merasa itu memang sudah keharusan karena mereka berpacaran.     

"Aku sama siapa aja bisa kok." balas Moli yang tiba-tiba karena paham kalau Alvira saat ini yang lebih bisa berhak memilih daripada dirinya.     

Alvira menaikkan sebelah alisnya, merasa bingung. Ia ingin sekali satu mobil dengan El dan Nusa. Namun, Moli kan dekat dengan Bian yang dimana Bian tidak pernah suka apa yang menjadi 'miliknya' dekat dengan orang lain walaupun hanya sebatas boncengan saja.     

"Alvira mau sama Kak Mario aja." Alvira yang tadinya berada tepat di samping sisi lain El pun langsung saja berjalan untuk menghampiri Mario yang tampaknya tidak ingin banyak berbicara. Bukan karena ia malas atau apapun itu, namun karena saat ini dirinya satu atmosfer dengan seseorang yang bisa membuatnya kesal.     

Mario menganggukkan kepala, setelah itu menaikkan tangan untuk merangkul bahu Alvira. "Nah bagus gue boncengan sama cewek cantik, daripada Reza boncengan sama nenek lampir, serem. Vibes horror," ucapnya yang berniat untuk menyindir Priska tanpa menolehkan kepala ke arah cewek tersebut.     

Seperti biasa, Reza terdiam dan enggan membela Priska yang padahal kekasih pura-puranya itu tengah menahan kesal dengan apa yang dikatakan oleh Mario.     

"Udah-udah gak usah berantem ah, lo mending langsung on the way aja ke rumah ucap Nusa yang lebih awal menengahi daripada kembali terucap kekesalan Mario kepada Priska.     

Mereka semua menganggukkan kepala, seperti apa yang dikatakan oleh Nusa mengenai mereka yang harus segera meninggalkan gedung sekolah untuk belajar berdama di rumah El.     

Mereka langsung menuju ke kendaraan masing-masing begitu juga dengan Nusa dan Moli yang mengekor di belakang El.     

"Aku mau duduk di jok belakang aja sama Moli." ucap Nusa yang kelihat El sudah membukakan pintu untuknya.     

Moli yang melihat tindakan El yang sangat manis dan juga mendengar perkataan Nusa yang seperti itu, menjadikan dirinya tidak enak hati dan langsung menggelengkan kepala dengan perlahan. "Enggak usah, Nusa. Kamu sama El ada di depan, aku gak apa-apa kok sendirian di belakang." ucapnya sambil menggaruk tengkuk karena juga merasa tidak enak dengan cowok tersebut.     

Nusa justru menggelengkan kepala, lalu menutup kembali pintu mobil yang telah di bukakan El untuknya. "Gak apa-apa kan, El?" tanyanya dengan sorot mata yang berbinar bahkan sampai mengerjapkannya berkali-kali.     

Melihat tindakan sanga pacar yang menggemaskan, tentu saja El tidak akan pernah bisa untuk menolaknya. Dan kini, yang ia lakukan adalah menganggukkan kepalanya dengan senyuman yang sangat manis. "Iya boleh, emang lo harus ajak ngobrol Moli biar dia gak bosen." Setelah mengatakan ini, tangannya terjulur untuk mengacak-acak rambut pacarnya karena gemas.     

Mendengus dengan perlakuan El yang mengacak-acak puncak kepalanya, menjadikan Nusa menangkap tangan cowok itu. "Jangan nyebelin." ucapnya dengan nada bicara yang kesal sambil menggembungkan pipi.     

El hanya terkekeh saja. "Ya udah," ucapnya yang setelah itu membukakan pintu mobil bagian belakang untuk Nusa masuk. "Gih kamu masuk." sambungnya dengan tulus.     

"Kayak raja dan ratu." komentar Nusa sambil terkekeh kecil, tak ayal dirinya pun mulai masuk ke mobil dan mendaratkan bokong di jok mobil.     

Begitu Nusa masuk, El tidak menunggu sampai Moli juga masuk ke mobilnya. Ia segera beralih mengitari mobil dan membuka pintu untuk duduk di kursi pengemudi. Baginya, cowok harus tau batasan untuk memperlakukan para cewek. Tidak semua cewek bisa di perlakukan serupa dengan pacarnya.     

Moli pun tidak masalah akan hal itu, dan ya kini mulai memasuki mobil dan menutup pintunya sampai rapat.     

"Seneng banget deh bisa belajar bersama gini buat nyiapin ujian-ujian." ucap Nusa sambil melepaskan tas, lalu mencodongkan tubuh untuk meletakkan benda tersebut di kursi kosong samping El.     

Moli menganggukkan kepala. Ini juga adalah pertama kalinya ia bersosialisasi dengan banyak orang, bahkan pertama kalinya belajar bersama yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya.     

"Li, gue udah kasih materi, tadi gue kirim pesan ke lo." ucap El sambil mengemudikan mobilnya untuk keluar dari sekolah. Melihat ke arah Nusa lewat kaca tengah mobil, wajah pacarnya itu sangat cantik.     

Moli yang mendengar perkataan El pun langsung menganggukkan kepalanya. "Oh begitu? Oke deh." Ia hanya memberikan tanggapan seperti ini.     

Nusa mulai menyandarkan tubuh di jok mobil, akhirnya ia bisa merasa ada waktu untuk mengistirahatkan diri. "Li, udah makan?" tanyanya, memang ia suka basa-basi daripada tidak ada obrolan di antara mereka.     

Tentu saja anggukkan kepala Moli yang pelan terlihat itu seolah mewakili. "Udah kok tadi pas istirahat kedua siang," balasnya. Tapi, kini malah ada yang ia ingin tanyakan pada Nusa. Ia tau kalau sebelum ada dirinya, pasti Bian dekat dengan cewek yang saat ini ada di sebelahnya. "Aku mau tanya sesuatu, boleh?"     

Nusa tentu saja merespon dengan sangat baik, bahkan kini menolehkan kepalanya ke arah Moli dengan dahi yang berkerut penasaran. "Boleh, mau nanya apa?" tanyanya, sangat antusias.     

Tidak takut kalau pembicaraannya akan di dengarkam oleh El, yang pasti saat ini tujuannya hanya ingin menghilangkan rasa penasaran yang membingkai di hatinya.     

"Bian itu orangnya gimana sih? Maksud aku, aku udah tau, tapi mau dengar dari sisi kamu." ucap Moli yang berusaha menjelaskan seperti apa yang dirinya ingin ketahui.     

Nusa melirik ke arah El, beruntung sekali cowok itu tidak memberikan tanda-tanda cemburu. Namun diamnya El bukan berarti cowok itu tidak menyimak apa yang dirinya ingin katakan, ya.     

"Kamu mau tau dari mana? Ya aku juga gak terlalu dekat sama Bian, soalnya kan dari awal masuk jadi murid baru cuma deket sama El, Reza, dan Mario." balas Nusa lebih dulu yang menjelaskan kalau dirinya tidak tau banyak.     

Menaikkan kedua bahunya, bahkan Moli juga bingung dengan apa yang dirinya inginkan. "Ya apa aja yang kamu tau, sifat, sikap, semuanya." balasnya dengan mengerjapkan kedua bola mata secara perlahan.     

"Kalau itu, yang aku tau sih ya Bian baik sama aku. Maksudnya, gak kayak info-info dulu yang beredar kalau dia most wanted yang galak dan kasar. Dia tau cara memperlakukan cewek, tapi bukan aku. Aku bisa bilang begitu ya karena itu cuma sekedar kesimpulan yang aku buat." ucap Nusa yang mulai menjelaskan.     

Membulatkan mulut seperti O kecil, menjadikan Moli paham kalau memang di penjelasan Nusa itu kalau Bian bukanlah orang yang spesial. "Tapi kamu pernah deket sama Bian? Kayak aku sama dia," ucapnya dan bersiap untuk menyimak dengan serius.     

Untuk hal satu ini, tentu saja Nusa menggelengkan kepalanya. "Gak pernah ada," balasnya dengan kejujuran yang dimana El juga percaya dengan apa yang dikatakan olehnya.     

"Tapi kok keliatan deket?" Benar, ya. Ini seperti sesi wawancara, sangat menarik.     

"Kata siapa aku deket sama Bian? Kalau kenal sih iya, buat ngobrol juga jarang-jarang kok. Apalagi sekarang punya El, udah pasti aku gak pernah deket-deket cowok lain."     

"Huft.."     

Namun, hanya helaan napas Moli saja yang di dengar oleh Nusa menjadikan dirinya bertanya ada apa gerangan.     

"Kenapa?" tanya Nusa, lebih simpati daripada sebelumnya bahkan raut wajahnya pun sampai serius menatap ke arah cewek di sampingnya.     

Moli menekuk senyuman, lalu mengusap wajahnya dengan perlahan. "Huh, gak tau lagi deh. Pasti kamu juga tau tadi malam Bian hangout sama Priska terus ketauan sama Reza dan Mario."     

"Iya tau, kenapa?" tanya Nusa yang sepertinya belum terlalu paham dengan inti pembicaraan mereka.     

Moli menganggukkan kepalanya dengan pelan. "Nah ya itu, Bian keluar bareng Priska gak bilang-bilang aku. Anehnya lagi, dia bilang lupa. Kan kalau aku penting, gak mungkin aja ngasih kabar gak bisa gitu padahal kan berkabar gak sampai lima menit lamanya." ucapnya yang mulai bercerita.     

"Ya berarti lo bukan prioritasnya kali." celetuk El. Tuhkan, ia diam-diam mulai menyimak pembicaraan namun dengan serius juga melihat ke arah jalanan untuk berkendara dengan aman.     

Nusa yang mendengar ucapaan El pun merasa kalau cowok itu sama sekali tidak membantu. "Ih El, kamu ngeselin banget sih! Kamu gak membantu, kasian kan jadinya Moli." pekiknya.     

Mendengar apa yang dikatakan oleh El memang seperti tamparan kenyataan yang harus di terima baik oleh dirinya, menjadikan Moli seakan sadar posisi. "Iya sih, kan aku cuma PDKT-an doang sama dia yang artinya gak punya hubungan spesial." ucapnya dengan sedih.     

Mendengar Moli sedih menjadikan Nusa juga sedih. Ia mengerucutkan bibirnya kalau apa yang di katakan El seharusnya tidak di bawa ke hati.     

"Pasti ini gara-gara El, iya kan? Jangan terlalu di ambil hati soalnya kadang emang El kalau ngomong—"     

"Gak kok, apa yang El bilang itu udah bener banget, Sa." ucap Moli yang langsung memotong perkataan Nusa yang bahkan belum selesai dikatakan oleh cewek itu.     

Nusa turut menyesal, namun apa yang dikatakan El memang benar. Tapi kan jangan terlalu to the point juga! Ia berniat ingin lebih menenangkan saja, supaya tidak terlalu menohok Moli dengan kenyataan.     

Moli memutuskan untuk menyandarkan tubuh, lalu memejamkan kedua bola mata.     

Nusa yang melihat itu pun paham, dan membiarkan Moli berada di dalam pemikirannya sendiri untuk menenangkan diri.     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.