Elbara : Melts The Coldest Heart

Belajar Bersama



Belajar Bersama

0Mereka sekua sampai di rumah El dengan syarat tidak boleh ada yang mengacau pembelajaran mereka kali ini. Menjadikan si punya rumah aka El kini sudah menyuruh asisten rumah tangga untuk menyediakan minum dan beberapa camilan.     
0

Bahkan, El tak segan-segan menyuruh asisten rumah tangganya membuatkan roti bakar dengan aneka isian selai yang menggungah selera.     

"Haduh, cape juga ya perjalanan ke rumah El. Rasanya sih gue mau tidur dulu," ucap Mario sambil menjatuhkan diri untuk duduk di sofa ruang tamu.     

Mengapa mereka saat ini berada di ruang tamu dan bukannya di ruang televisi? Ya jawabannya karena El tau perihal Reza dan Mario yang kalau di suguhkan televisi, pasti akan menonton serial barbie yang memang tidak pernah mereka lewatkan.     

"Kalau lo tidur dulu, bangun-bangun nanti badan lo di gudang." sahut El sambil melemparkan tatapan yang cukup tajam untuk memperingati sahabatnya itu. Ya walaupun hanya bercanda, ia tetap saja harus bersikap tegas sekali-kali karena ini demi kelulusan mereka.     

Mario tertawa dengan tanggapan El yang terdengar sangat ganas, menjadikan dirinya menghela napas dengan perlahan. "Bercanda, jangan serius banget El." ucapnya dengan santai, setelah itu mengeluarkan buku kosong dari tasnya. "Ini mau mulai pelajaran apa? Gue mau request buat matematika dong," sambungnya yang langsung menjerumus ke tujuan awal.     

"Duduk di bawah aja dulu, soalnya kan lebih enak juga buat diskusi jadi deketan." Ini adalah saran Reza yang menaruh tas di atas sofa, lalu dirinya duduk di karpet berbulu dengan tangan yang disilangkan ke atas meja.     

Mendengar usulan Reza yang sepertinya memang benar, menjadikan mereka semua duduk di atas karpet berbulu dengan Mario yang masih berada di atas sofa karena tengah melakukkan sedikit perenggangan tangan terlebih dulu.     

"Ya udah, request Mario di terima, soalnya kan emang yang paling susah di pahami sama beberapa orang disini yaitu materi matematika itu." ucap Moli sambil menganggukkan kepala, merasa setuju dengan perkataan Mario.     

Mereka duduk melingkari meja, karena ukuran mejanya lumayan besar. Maka, makanan dan minuman di letakkan di tengah-tengah meja sedangkan perlatan menulis mereka di letakkan pada tepian.     

"Oke, gue juga setuju kok." ucap El sambil menganggukkan kepala juga, merasa tidak keberatan.     

Lagipula, tadi malam El sudah mempelajari berbagai macam kisi-kisi dan juga telah mengerti dengan rumus-rumus matematika di luar kepala. Jadi, ia dengan senang hati mengajari teman-temannya dengan ilmu yang dirinya pelajari.     

Nusa merasa lapar, lalu mengambil roti bakar berisi selai blueberry lebih dulu. "Aku sambil makan, ya? Gak masalah, kan? Soalnya laper banget ini," ucapnya yang meminta izin dan setelah itu menepuk-nepuk perutnya dengan pelan.     

"Iya gak apa-apa, Sa. Lo makan aja daripada kelaperan," balas Mario yang kini sudah duduk bersebelahan dengan Moli. Ia memilih untuk menjauh dari Reza agar percakapan absurd mereka tidak tercipta yang pada dasarnya memang selalu mengacaukan suasana.     

"Gak apa-apa?" Nusa kembali meminta perizinan kepada El, manatap sang pacar dengan mengerjapkan kepala, sangat lucu.     

El terkekeh kecil, setelah itu mengecup puncak kepala Nusa. "Iya gak apa-apa, kan di sediain emang buat di makan." balasnya dengan nada bicara yang lembut, selalu seperti itu. Ia mengedarkan pandangan menatap yang lain. "Lo semua juga kalau emang mau sambil makan, boleh banget." ucapnya.     

"Oke, makasih, El." ini adalah perkataan Moli.     

Kemana perginya Alvira? Tentu saja cewek tersebut langsung masuk ke kamar karena memang tidak memiliki kegunaan apapun jika ikut ke acara belajar sang kakak-nya di ruang tamu. Menurutnya, lebih baik tidak mengganggu dan lebih baik juga menonton drama korea.     

Mereka mulai mengeluarkan buku kosong.     

Moli menatap El memberikan aba-aba kalau sebaiknya ia yang memulai saja. Dan ya, El juga memberikan aba-aba seperti mengizinkan dirinya untuk memulai acara.     

"Ini pertama aku mau kasih tau kalian ya, buat serius perhatiin. Soalnya, ini juga aku sama El ngejelasin pasti beda cara walaupun satu rumus yang sama." ucap Moli terlebih dulu yang mengingatkan. "Jadi, tolong kerja samanya juga kan ini buat kalian sendiri." sambungnya sambil tersenyum simpul.     

Menganggukkan kepala, Reza dan Mario berbarengan. "Siap, laksanakan!"     

"Oke, jadi aku juga udah nyiapin soal-soal yang udah aku print buat kalian semua termasuk aku." ucap Moli yang mulai mengambil tumpukan kertas print yang berisikan soal-soal, tadi malam ia siapkan semuanya setelah mendapatkan arahan dari El untuk membantunya dalam rangka belajar bersama. Ia sambil membagikam kertas print tersebut kepada masing-masing orang.     

Mereka mulai melihat soal yany diberikan oleh Mario. Seperti biasa, nomor satu sampai lima itu adalah soal yang mudah dan sisanya? Jangan dikatakan lagi jika orang yang kemungkinan benci atau tidak suka dengan pelajaran matematika, pasti akan merasa kalau soal ini sulit.     

"Buset, soalnya ini gampang banget. Saking gampangnya buat gue jadi mau tidur," ucap Mario sambil meringis kecil. Ia menyentuh keningnya yang terasa pening saat menatap berbagai macam soal yang menjadikan dirinya berasa seperti ingin menelan semua kertas jika memiliki rasa yang enak.     

Reza menganggukkan kepala, membenarkan apa yang dikatakan oleh Mario mengenai hal itu. "Iya, soal cuma lima belas tapi terasa kita kayak di kasih ujian hidup alias berat." balasnya dengan nada bicara yang ngenes.     

"Mending sambil makan dah bener kata Nusa." ucap Mario lagi, sambil meraih roti bakar yang telah di sediakan. "Ini satu buat lo, Za. Moli sorry ya," sambungnya sambil menjulurkan tangan berisikan roti bakar ke hadapan Reza. Ya karena posisinya itu Moli berada di tengah-tengah antara dirinya dan Reza, jadi ia juga mengucapkan maaf.     

Sampai pada akhirnya, Moli kembali menjelaskan kalau semua soal lima belas itu tidak akan di selesaikan hari ini juga. Ya karena sistem belajar mengicil saja, seperti itu.     

…     

Alvira di dalam kamarnya tentu saja dengan samar-samar mendengar kawan-kawan El yang tengah bencengkrama. Sampai pada akhirnya, sepi tidak bersua. Sepertinya mereka sudah mulai masuk ke dalam pembelajaran, jadi di harapkan untuk tidak berisik, mungkin?     

Ya, itu hanya perkiraannya saja sih. Tidak semua percakapan mereka terdengar karena lokasi kamarnya terletak di lantai dua, dan lagi ia menutup pintu kamarnya dengan rapat sehingga kecil kemungkinan mendengar dengan jelas perbincangan yang mereka lakukan.     

"Di kamar bosen, tapi kalau ikut gabung sama mereka, aku ngapain? Takutnya juga kan ganggu belajar mereka,"     

Saat ini, Alvira tengah tiduran terlentang di atas kasur dengan kedua bola mata yang mengerjap dengan sempurna. Menatap langit-langit kamar adalah hal yang menjadi favorit, walaupun saat ini televisinya menyala dan memutarkan film Drama Korea, namun rasanya ia ingin melamun saja daripada menontonnya.     

Mengambil napas panjang, lalu menghembuskannya dengan perlahan. Ia memperlihatkan senyuman yang tipis, merasa kalau hidup tanpa mencintai seseorang ya begini deh nasibnya, terasa sangat sepi.     

"Gimana mau lupain Kak Reza kalau orangnya ada sekarang lagi ada di ruang tamu rumah aku?"     

"Gimana mau move on kalau cowok yang deket sama aku itu sahabatnya Kak Bara?"     

"Gimana juga mau ngelupain kenangan, kalau Kak Reza aja juga mutusin buat jalin kedekatan kita lagi?"     

Merasa bingung dan tersesat, dan pada akhirnya Alvira mengacak-acak rambutnya dengan kasar. Terasa membingungkan sampai-sampai membuat kepalanya terasa pening.     

Katanya Mario sih ikutin takdir saja dan tau batasan, namun ia tidak bisa seperti ini. Tapi juga kalau Reza menjauh, ia lebih merasa tidak rela lagi. Dan kalau dekat, ya resikonya harus mengubur perasaan dalam-dalam.     

Ting     

Ting     

Mendengar dering pesan, kali ini Alvira tidak menghiraukannya. Itu adalah dering pesan dari Bian yang entah mengapa setiap pergantian lime menit sekali, pasti memberikan pesan padanya.     

Padahal, tidak ada yang penting. Mungkin?     

Entahlah, padahal Alvira sendiri secara pribadi sangat malas untuk menjawab pesan dari Bian yang baginya juga tidak penting.     

Ting     

Ting     

Lagi dan lagi.     

Menghembuskan napas dengan kasar, akhirnya Alvira meraih ponsel tersebut dengan kasar. Membuka layar ponsel, dan segera masuk ke dalam ruang pesan bersama Bian.     

| ruang pesan |     

Bian     

P     

Bian     

Alvira bales padahal lo ceklis dua dah     

Bian     

Bales pesan dari gue gak lama, gue juga pengen nanya aja sesuatu sama lo     

Bian     

Woi     

Sebenarnya masih banyak pesan di atasnya, namun Alvira tidak minat untuk membaca lebih jauh dari sekedar empat pesan itu saja.     

Alvira     

Apaan, Bian? Kamu mau tanya apa?     

Read     

Cepat sekali Bian langsung membaca pesan darinya, dan itu menjadikan Alvira tidak keluar dari ruang pesan bersama cowok tersebut. Ia pun juga penasaran apa yang sekiranya ingin ditanyakan oleh Bian.     

Bian     

Lo liat Moli atau gak, soalnya dari pulang sekolah gue gak ketemu dia. Gue chat gak di jawab, padahal hp-nya aktif     

Membaca 'pertanyaan penting' dari Bian menjadikan dahi Alvira terlihat mengkerut. Ia tidak tau apa yang dipikirkan oleh cowok tersebut.     

Alvira     

Sorry, maksudnya?     

Bian     

Ya gue tanya sama lo, lo liat Moli atau gak? Gue udah nanya ke Nusa tapi kayaknya dia sibuk dan gak balas-balas pesan dari gue.     

Alvira     

Kalau tau, kenapa? Dan kalau gak tau, gimana?     

Bian     

Kalau lo gak tau ya gak masalah, tapi kalau lo tau mendingan langsung kasih tau gue. Soalnya masa aneh dia gak ada kabar kayak gini sama gue?     

Alvira     

Gak tau deh, kamu bukan prioritas kali.     

| ruang pesan berakhir |     

Setelah membalas pesan Bian seperti itu, Alvira langsung menutup aplikasi dan kini bahkan mematikan jaringan wi-fi serta mematikan ponselnya agar tidak ingin tau lagi balasan Bian setelah itu.     

Alvira berharap sih Bian cukup tertampar dari pesan yang dikirimkan olehnya.     

Balas dendam? Ya, mungkin ini adalah balas dendam dengan gaya.     

Ia meletakkan ponsel di samping tubuh, setelah itu mulai memejamkan kedua bola mata sekitar sekian detik lamanya hanya untuk membuat syaraf matanya tampak lebih rileks daripada sebelumnya.     

Dan pada saat kedua bola matanya terbuka…     

"Ayo nonton Drama Korea lagi!"     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.