Elbara : Melts The Coldest Heart

Kepulangan Mira



Kepulangan Mira

0Mira sudah sampai di rumahnya. Ia turun dari mobil yang di kendarai oleh supir pribadi miliknya, tanpa harus repot-repot membawa koper, ia menyerahkan semua tugas itu kepada supir pribadinya dan meminta tolong untuk langsung di bawakan sampai kamar.     
0

Ia mengibaskan rambutnya yang panjang dan lembut, merasa kalau udara sore ini cukup panas.     

Janjinya memang ingin pulang siang, namun ia tadi pergi ke rumah keluarga besar Adalrd untuk membawakan oleh-oleh yang dititipkan darinya dan dari sang suami untuk para keluarga.     

Mira melihat di halaman rumahnya terparkir dua motor yang tentu saja ia kenali. Itu adalah motor milik Reza dan Mario yang tentu saja sudah di kenal olehnya dengan sangat baik.     

Mulai melangkahkan kaki untuk memasuki rumah, dan di ruang tamu langsung terlihat sekumpulan teman-teman El yang ternyata jumlahnya lebih bahyak dari yang dirinya kira?     

"Halo selamat sore semuanya." ucap Mira yang memberikan salam dengan senyuman hangat begitu sudah menginjakkan kaki di ruang tamu.     

Mendengar sapaan itu, menjadikan semua yang berada di ruang tamu menolehkan kepala ke sumber suara.     

Begitu melihat si pemilik rumah yang ternyata baru pulang dari luar kota, menjadikan mereka beranjak dari duduk supaya lebih sopan.     

El membantu Nusa beranjak, lalu menggenggam tangan ceweknya. Ia menghampiri Mira, lalu melepaskan tautan tangan bersama Nusa. Ia menyalimi tangan Mira bahkan mencium punggung tangan sang ibu dengan sangat lembut, lalu setelahnya langsung memeluk tubuh wanita yang telah melahirkan dan merawatnya hingga kini. "Welcomeback, Mom." bisiknya di telinga Mira, ia terharu karena pada akhirnya bisa memulik sosok yang paling ia sayang.     

Beberapa hari tanpa kehadiran seorang orang tua, apalagi sempat terjadi keadaan kacau antara El dengan Alvira. Tentu saja hal itu membuat El bersusah payah untuk memperbaikinya, bahkan sampai sekarang Mira tidak tau kalau kedua anak kesayangannya pernah bertengkar bahkan sampai saling mendiamkan satu sama lain.     

Mira juga balik memeluk tubuh El dengan rasa sayang yang tidak bisa di gantikan oleh siapapun, tenti saja. Setelah merasa cukup, ia melepaskan pelukan mereka untuk beralih menatap Nusa yang sangat cantik. "Nusa, apa kabar?" tanyanya dengan lembut.     

Menganggukkan kepala, lalu senyuman manis terukir jelas di permukaan wajah Nusa. "Baik, tante." balasnya dengan nada bicara lembut, sambil menyalimi tangan Mira dengan penuh kesopanan.     

Priska melihat semua itu dengan sangat jelas. Ia tidak mengalihkan pandangan, bahkan kemungkinan kedua bola matanya sama sekali tidak berkedip. Ia dulu ingin sekali berada di posisi Nusa, diperkenalkan oleh Mira dengan sangat baik. Bahkan, hingga kini perasaan iri pun tercetak di hatinya walaupun hanya samar-samar.     

Mira tersenyum hangat, setelah itu juga memeluk Nusa dengan sekilas. "Cantik, dari hari ke hari tambah cantik kamu." pujinya.     

"Terimakasih banyak, tante." balas Nusa dengan kedua pipi yang bersemu merah. Bagaimana tidak merasa malu? Ia kini tengah di puji oleh Mommy pacarnya, bahkan diperlakukan sangat baik seperti ini. Sungguh, menjadikan dadanya terasa seperti bergemuruh dengan kencang.     

Mira mengangggukkan kepala, lalu menelusuri pandangan ke yang lain. "Reza dan Mario kok diem aja kayak patung begitu? Kalian berdua gak kangen sama Tante apa gimana nih?" tanyanya sambil terkekeh kecil.     

"Kita Tante? Loh kirain Tante lupa sama kita soalnya kelamaan gak pulang-pulang." balas Mario sambil terkekeh kecil, setelah itu menghampiri Mira untuk menyalimi tangan begitu juga dengan Reza yang mengekor.     

"Iya nih tante, tadi kirain kita di lupain. Sampai sedih tadi yang di sapa cuma El sama Nusa." sambung Reza yang menyalimi Mira juga.     

Pada akhirnya, Moli dan Priska pun melangkahkan kaki juga ke arah mereka.     

"Halo Tante," sapa Moli sambil ikutan menyalimi. Ia juga sekalian kenalan dengan sang pemilik rumah karena kan ia menempati rumah ini sebagai tempat untuk belajar bersama.     

"Halo juga Tante." Kali ini yang menyalimi tangan Mira adalah Priska.     

Mira pun tersenyum. Apalagi saat melihat di meja ruang tamu rumahnya telah di penuhi dengan buku-buku mereka, pertanda kalau kemungkinan besar memang mereka tengah belajar bersama.     

"Iya halo semua, cantik-cantik ih." balas Mira dengan senyuman hangat. Namun sepertinya ia terlihat lebih memuji Nusa karena cewek itu merupakan pacar dari anaknya.     

"Seru ya kalian lagi belajar bersama. Ya udah gih lanjutin, tapi kira-kira kalian disini sampai kapan?" tanyanya kembali sambil mengedarkan pandangan untuk mendapatkan jawaban setidaknya salah satu di antara mereka.     

"Kayaknya sih kita belajar bersamanya sampai malam, Mom. Tapi diusahain jam delapan udah selesai biar gak terlalu malam, kasihan yang cewek-cewek kalau pulang terlalu malam." balas El yang langsung menjawab kapan mereka pulang. Ia khawatir karena ada cewek di dalam kegiatan pembelajaran ini, yang kalau pulang malam itu sangat rawan sekali walaupun memang ada yang jagain.     

Kira menganggukkan kepala. "Oke, nanti biar Tante masakin makan malam untuk kalian, ya? Jangan ada yang pulang sebelum makan malam, atau Tante gak izinin pulang?"     

"YEAY MAKAN MASAKAN MOMMY MIRA!" Yang berseru seperti ini adalah Mario.     

…     

"YEAY MAKAN MASAKAN MOMMY MIRA!"     

Alvira yang tengah menatap langit-langit kamar dengan serius pun saat mendengar pekikan Mario langsung beralih kembali ke kedunia nyata karena tadi pikirannya seolah mengambang karena melamun. Ia menghembuskan napas dengan perlahan, apa yang di pekikan Mario itu benar?     

Ingin rasanya mengecek, namun ia malas kalau kenyataannya sang Mommy belum kembali.     

"Huah… aku kangen Mommy banget deh huh emang ya LDR sama orang tua itu gak enak. Kira-kira lagi apa yang Mom di rumah Opa dan Oma?" gumamnya sambil berpikir hal apa saja yang Mira lakukan jika pergi ke rumah keluarga besar Adalard. Pasti jawabannya hanya mengobrol santai, apalagi Opa-nya yang suka sekali membahas tentang bercocok tanam, pecinta kebun.     

Menikmati Drama Korea lagi karena sedari tadi beberapa bagian telah terlewatkan karena ia melamun, untung saja bisa di putar kembali ke durasi yang tadi dirinya ketinggalan untuk menontonnya. Yang menjadi pilihannya saat ini adalah Drama Korea ber-genre romantis.     

Tiba-tiba saja, tak lama setelah pekikan Mario yang terdengar cukup keras, pintu kamar Alvira terketuk. Dan ya, ia pikir itu adalah El atau Mario, mungkin Reza? Ah entahlah.     

Ia tidak bersemangat hanya untuk beranjak dari duduknya, dan kini ia tetap berada di posisi berbaring pada atas kasur untuk menghilangkan rasa pegal yang seolah menjalar di seluruh tubuhnya.     

"Iya masuk aja, siapapun itu!" balasnya yang setengah berteriak.     

Pintu pun terbuka. Namun karena Alvira malas menolehkan kepala ke sosok yang masuk ke kamarnya, ia tetap menatap layar televisi dan menonton dengan tenang serta serius.     

"Sayang, gak kangen nih sama Mommy? Serius banget nonton film-nya sampai gak sadar kalau Mommy yang masuk ke kamar kamu."     

Mendengar suara dan pertanyaan yang seperti itu, membuat Alvira terkejut. Bahkan, kini ia membelalakkan kedua bola matanya kuat-kuat karena ia merasa tidak salah dengan pendengarannya saat ini.     

Menolehkan kepala ke sumber suara, setelah itu Alvira bisa melihat dengan jelas sosok sang Mommy yang tengah berdiri dengan senyuman yang tercetak jelas di permukaan wajahnya.     

Kedua bola mata Alvira berkilat rindu, bahkan air mata pun terlihat dengan jelas di kedua kelopak matanya itu. "MOMMY?!!!!!!" pekiknya dengan sangat bahagia. Jangan tanyakan sebenara senangnya ia saat ini.     

Dengan segera, Alvira beranjak dari duduknya di atas kasur. Setelah itu, berlari kecil ke arah Mira dan langsung memeluk tubuh sang Mommy dengan sangat erat. "YEAYYY AKHIRNYA PULANGGG!" pekiknya, riang.     

Mira terkekeh kecil, tubuhnya sedikit limbung ketika Alvira dengan semangat masuk ke dalam pelukannya. Untungnya, ia berhasil menahan dan kini sudah memeluk balik sosok yang berada di pelukannya pada saat ini. Tangannya terjulur untuk mengelus puncak kepala Alvira dengan rasa sayang yang kuat, senyuman pun mengembang di permukaan wajahnya. "Iya sayang, ini Mommy pulang. Mommy juga kangen banget sama kamu, akhirnya bisa liat wajah putri kecil Mommy yang ternyata makin cantik."     

"Tapi cantik-cantik begini masih jomblo, Mom." balas Alvira sambil mengerucutkan bibir, ia juga menyudahi pelukan mereka agar bisa mengobrol lebih leluasa sambil bertatap-tatapan. "Yuk Mom duduk di kasur." ucapnya sambil meraih tangan Mira untuk membawa sang Mommy duduk di tepian kasurnya pada saat ini.     

Mira mengikuti langkah Alvira, lalu duduk di tepian kasur. "Ya kalau perihal jomblo mah gak masalah, kan nyari cowok yang tepat itu gak semudah membalikkan telapak tangan." balasnya dengan nada bicara ke-ibuan yang tentu saja terdengar jelas dari mulutnya.     

Alvira membenarkan apa yang dikatakan Mira di dalam hatinya. Mendapatkan cowok yang bisa memperlakukan dengan baik itu memang sulit, jikalau ada, pasti Alvira-lah yang awalnya bodoh seperti kejadian dengan Reza.     

Lagipula, Alvira telah berjanji juga kepada El untuk tidak menceritakan masalah apapun yang terjadi di saat kedua orang tua mereka pergi. Jadi, ia akan tetap memejuhi janji tersebut untuk saat ini.     

"Iya, nanti kalau udah ada jodohnya nih Mom, nanti aku kenalin pokoknya." ucap Alvira sambil mengembangkan senyuman.     

Mira terkekeh kecil, ia menganggukkkan kepalanya dengan perlahan. "Kalau itu sih kayaknya sebuah keharusan, sayang. Kan Mommy juga mau liat pacar anak Mommy itu kayak gimana," balasnya sambil menjulurkan tangan untuk mengelus puncak kepala sang anak dengan lembut. Terlihat kalau perasaan sayangnya pada Alvira itu sangatlah besar, namun sebanding dengan rasa sayangnya kepada El juga.     

"Oh ya gimana kamu sama Bara? Berantem gak selama di tinggal sama Mommy, hm?" tanya Mira. Tadinya ia ingin bertanya ini kepada El, namun di karenakan puteranya itu sedang sibuk belajar, jadi ia lebih dulu menanyakannya dari sudut pandang putri tercantiknya.     

Alvira menggelengkan kepala dengan senyuman yang manis, pandai berpura-pura karena ia telah menyiapkan hal ini dari jauh-jauh hari untuk bertindak kalau apa yang terjadi itu tidak benar-benar kejadian. "Mom tenang aja, aku sama Kak Bara gak pernah berantem kok. Kita juga kadang jalan-jalan malam gitu nongkrong di angkringan makan aneka sate, pokoknya seru deh." Ia pintar sekali dalam hal mengarang, mungkin?     

Mendengar penuturan Alvira yang seperti penuh kebahagiaan itu menjadikan Mira menghembuskan napas lega kalau apa yang selama ini ia khawatirkan itu tidak terjadi. "Baguslah kalau kalian senang dan damai, Mommy senang dengarnya kalau kalian baik-baik aja." balasnya sambil tersenyum dengan sangatlah manis.     

Sebenarnya sih berbohong demi kebaikan itu tidak pernah ada, iya kan? Yang namanya berbohong itu akan selamanya tetap menjadi kebohongan, dan pasti tidak berubah menjadi pembenaran, bukan?     

Dalam hati, Alvira tersenyum miris bahkan ia kini merasa bersalah karena ketahuan berbohong. Namun jika jujur, bayangkan saja kalau nanti dirinya ini akan menyakiti hati Mira karena sempat marahan dengan El sampai berhenti peduli untuk satu sama lain. Ya, pasti itu akan melukai perasaan sang ibu.     

"Iya dong aku sama Kak Bara bisa akur, kan daridulu emang jarang berantem. Rumah juga aman kok, aku sama Kak Bara gak bandel. Gak ngundang temen-temen juga selain Kak Reza dan Mario, itu juga di bawah baru kali ini Kak Bara ngundang temen-temennya yang lain." ucap Alvira lagi sambil tersenyum kecil.     

Sepertinya, ia kenal dengan semua teman El yang satu sekolahan dengannya. Namun di luar sekolah, sepertinta bukan Alvira yang mengenal teman-teman El, namun sebaliknya mereka yang mengenal dirinya.     

Mira gemas dengan sifat Alvira, lalu menjulurkan tangan untuk mencubit hidung sang anak dengan perlahan. "Ya udah, bagus kan kalau Kakak kamu sekarang sudah banyak teman? Dulu mah hanya dekat sama Reza dan Mario sampai Mommy hapal dengan mereka berdua," ucapnya. Untum perubahan El, ia sangat tau itu berkat Nusa, makanya ia juga sangat baik kepada cewek remaja yang satu itu.     

"Iya, aku juga seneng kok kalau Kak Bara punya banyak temen. Artinya kan aku juga jadi nambah temannya, karena teman Kak Bara adalah teman aku juga, mungkin." balas Alvira sambil terkekeh. "Oh ya, Mommy. Mana oleh-oleh untukku, ada, kan?" sambungnya yang teringat oleh-oleh yang dibawakan untuknya.     

Mira tersenyum, tentu saja ia ingat dengan semua permintaan putrinya yang cantik itu? "Udah dong, semuanya aman terkendali, Mommy udah beliin oleh-oleh Buat kamu, sesuai dengan permintaan." balasnya.     

Seberapa rasa sayang orang tua itu di lihat dari ketulusan cara memperlakukan seorang anak dengan sangat baik dan penuh dengan kelembutan. Namun kembali lagi, berbeda orang tua, maka berbeda juga cara didikannya. Apapun bentuk didikan orang tua kepada anaknya, pasti itu adalah hal yang terbaik.     

Senyuman Alvira mengembang, ia terlihat sangat senang bahkan sampai-sampai memeluk tubuh Mira lagi dengan pekikan yang tertahan.     

Mira menerima pelukan itu dengan senang hati. Bahkan, kini memeluk balik putrinya dengan rasa yang benar-benar penuh dengan kasih sayang. "Makasih Mom, Mom emang yang terbaik banget buat aku. Seneng banget oleh-oleh aku semuanya di bawain sama Mommy, seneng banget." ucapnya dengan nada haru, lalu mengendurkan pelukan untuk merasakan kehangatan di dalam pelukannya.     

"Iya sama-sama, apapun buat putri cantik Mommy. Segalanya juga bisa kok Mommy kasih selagi mampu buat beli dan nurutin apa yang kamu mau." balas Mira. Ia mencium puncak kepala Alvira dengan penuh kasih sayang. "Ya udah, Mommy ke kamar dulu, ya? Mau bersih-bersih tubuh. Kamu di sini aja, nanti Mommy ambilkan oleh-olehnya buat kamu setelah selesai membersihkan tubuh."     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.