Elbara : Melts The Coldest Heart

Bersiap Pulang



Bersiap Pulang

0Malam telah tiba, kini, Mario bukan lagi duduk dengan anteng di bawah dengan alas duduk karpet berbulu. Namun, ia sudah berbaring di atas sofa dengan tubuhnya diluruskan, jangan lupakan ia juga memeluk bantal sofa.     
0

"Ayo balik, lama banget dah beres-beresnya." ucap Mario yang mengeluh. Entah mengapa, ia ingin segera bermanja-manja dengan kasur empuk. Tubuhnya tiba-tiba ingin sekali beristirahat, setelah itu tertidur.     

Mendengar itu, Reza yang tengah ribet dengan Priska yang ingin mengajak night ride malam ini pun mendengus kecil. "Gak apa-apa udah, lama aja beres-beresnnya. Kalau kayak gini, jadi males balik." ucapnya yang menanggapi Mario, namun sepertinya ia tengah menyindir sosok yang ada di sampingnya saat ini.     

Priska tau jelas kalau Reza sangat sebal dengannya, namun mau bagaimana lagi? Ia ingin sekali night ride apalagi saat ini jaket Reza sudah di pakai olehnya, terasa sangat hangat. Dengan sedikit paksaan, dan woila, ia telah berhasil memakai barang Reza walaupun karena hasil memaksa. "Jangan nyindir, ngomong langsung dong." ucapnya sambil mengulum senyuman.     

Merasa di tantangi oleh Priska, Reza menaikkan sebelah alisnya sambil menatap cewek di sampingnya dengan sangat tajam. "Gak, tar lo kalau di bacotin pasti baper, skip, ogah nyari masalah." Balasnya dengan nada bicara malas sambil kini memutar kedua bola matanya.     

Saat ini Nusa masih bersama dengan Mira dan tentu saja Nusa sudah berpamitan lebih dulu dengan semua teman-temannya. Sedangkan El? Cowok satu ini tengah mengambil beberapa paper bag kecil untuk memberikan oleh-oleh kepulangan Mommy-nya untuk Priska dan juga Moli. Kalau untuk Mario dan Reza sih tentu saja oleh-oleh untuk mereka berdua itu sudah dibedakan.     

"Siapa yang mau bacotin gue? Lo? Pacar model apaan sih lo?" tanya Priska dengan kesal. Bagaimana tidak kesal kalau perlakuan Reza sama seperti itu?     

Reza mencibir dengan mengikuti perkataan Priska dengan gumaman yang meledek cewek satu itu. "Pacar model Zayn Malik." balasnya.     

Mario tertawa terbahak-bahak. Bukan karena jawaban Reza yang mengaku seperti Zayn Malik, tentu bukan itu alasannya. Namun ia tertawa karena melihat wajah kecut Priska yang seperti tidak bisa membantah apa yang dikatakan Reza. "Hadueh… mungkin di mata Priska, Reza melebihi Zayn malik kali ya?" ucapnya sambil menatap Moli dan menyenggol cewek tersebut yang juga tengah menahan tawa.     

Moli akhirnya terkekeh kecil, namun ia masih menyembunyikannya dengan telapak tangan yang diletakkan pada mulutnya.     

"Tadi kan lo udah janji bakalan ke rumah gue malemnya gue mau nyediain sesuatu buat lo, tapi sekarang lo malah nolak." ucap Priska yang mengingatkan undangannya untuk Reza ke rumahnya saat di kantin tadi.     

Reza menaikkan sebelah alisnya, lalu mengeluarkan kekehan yang miris. "Lo janji sama seseorang yang gak menyetujui perjanjian sekaligus undangan lo? Duh, kasihan banget." ucapnya. Entah kenapa, ia kambuh menjadi orang yang sebal dengan Priska seperti dulu kala yang seharusnya sekarang dirinyalah berpura-pura bersikap manis dengan cewek satu itu.     

Cemberut dengan apa yang Reza katakan, lalu raut wajah Priska berubah sendu seperti tengah ingin merajuk dengan Reza, dan mungkin ia memiliki harapan supaya rajukannya di hibur oleh sang pacar. "Ngeselin banget lo, ayo cepetan pulang. Masa nyuruh Moli yang lelet buat buru-buru sih?"     

"Ya kan juga nungguin El, ngaco lo ya? Dia lagi ambilin oleh-oleh buat lo sama Moli." celetuk Mario. Ia memang ingin pulang, namun tidak seribet dan sebawel Priska yang memang sangatlah menyebalkan.     

Pada saat yang bersamaan, El pun sudah selesai. Ia berjalan menuruni tangga dengan tangan yang berisikan empat paper bag sekaligus. Di tangan kirinya untuk Reza dan Mario, dan yang di tangan kanannya untuk Moli dan Priska.     

Ia mendengar keributan yang beradal dari Reza dan Priska. Ingin sekali mengingatkan Reza untuk tidak berperilaku seperti itu karena takutnya nanti Priska merasa hilang respon, namun ia tidak bisa mengingatkan secara langsung saat ini karena bisa saja mengambil suasana.     

"Ada apaan sih pacaran berantem mulu?" tanya El yang sudah sampai di ruang tamu, berdiri terpat di samping Moli yang hanya diam saja tanpa ikut masuk ke dalam obrolan yang tidak jelas.     

"Itu tuh si Mak Lampir, repot banget pengen night ride. Si Reza juga kayaknya mau jalan dah sama cewek lain makanya Priska gak di anggap," ucap Mario yang mengadu. Namun, ia tidak mengatakannya dengan 100% kebenaran. Tentu saja, ia menaburkan bumbu 50% kebohongan.     

Reza membelalakan kedua bola mata, merasa kalau Mario mengada-ada cerita yang takutnya malam memperburuk keadaan. Ia menatap ke arah Priska untuk menjelaskan, namun kini terlihat kalau cewek tersebut menatapnya dengan amarah.     

"Bener?!" pekik Priska dengan kesal, ia mengerutkan dahinya, lalu tangannya mengepal.     

"Sialan, mampus gue." gumam Reza sambil menepuk keningnya dengan pelan.     

Bukannya Reza takut, hanya saja ia tidak akan bisa membalas jika memang Priska akan bermain tangan dengannya. Ia melirik ke arah Mario, bersumpah agar sahabatnya itu lebih baik tidak ikut berbicara yang aneh-aneh.     

"Gak lah, lo liat aja emangnya gue selama ini ada main cewek pas gue sama lo? Pas gak sama lo aja udah males banget ngurusin cewek."     

"Terus itu tadi kata Mario, kenapa bilang lo mau sama cewek lain? Gue aja gak cukup?"     

"Enggak, lah gak cukup!" balas Mario yang menceletuk dengan langsung, ia membalasnya lebih dulu dengan apa yang ditanyakan oleh Priska karena menurutnya Reza kelamaan membalas.     

Reza terkekeh kecil dengan apa yang dikatakan oleh Mario. "Hahaha enggak kok, gue cukup sama yang namanya Priska dan gak akan mau nambah cewek lagi soalnya satu cewek aja udah pusing banget." balasnya sambil mengembalikan titik pandang pada cewek di sampingnya.     

"Terus kalau gue semisalnya lo cukup buat gue, kok Mario—"     

"Mario itu boong, oke? Gak semua hal harus lo permasalahin kayak gini, lo tau?" ucap Reza yang langsung memotong apa yang dikatakan oleh Priska karena ia memang tidak suka kalau di tuduh namun tidak ada bukti kalau dirinya melakukan tuduhan tersebut.     

Priska mengatupkan mulut, lalu mengerucutkan bibirnya. "Ke rumah aku sebentar, ya?" tanyanya dengan kedua alisnyang menurun bahkan tatapannya pun ikutan sendu.     

"Ya udah sana lo ikut Priska ke rumahnya, kasian tuh kayaknya lagi ngidam lo main ke rumah dia." ucap El yang sejujurnya bukan kasihan dengan Priska, ia lebih memilih untuk menjadikan Reza menyesal dengan perkataannya.     

Mario pun tentu saja sekarang mendukung apa yang dikatakn oleh El, kalu ia menganggukkan kepalanya dengan perlahan. "Nah iya tuh betul tuh, udah sana lo ikut aja ke rumah Priska. Daripada nanti tuh cewek nangis, kasian rumah El takutnya nanti kebanjiran." ucapnya yang seolah menyambung apa yang dikatakan oleh El.     

Reza mendengus, setelah itu menatap ke arah Priska yang menampilkan sorot mata yang penuh dengan pengharapan lebih kepada dirinya. Mau tidak mau, ia saat ini menghembuskan napas dengan sangat pasrah. "Oke, ini udah jam delapan. Nanti gue balik jam setengah sepuluh dari rumah lo, gimana?" tanyanya sambil menaikkan sebelah alisnya, lebih dulu membuat kesepakatan waktu.     

Mendengar itu, tentu saja Priska senang dan kini menganggukkan kepala dengan semangat. "Ya udah gak apa-apa, yeay!" Refleks, ia langsung memeluk lengan Reza dengan senyuman kebahagiaan yang mengembang.     

Reza yang mendapatkan perlakuan seperti itu pun tidak menanggapi, bahkan diam saja. Namun bukan berarti dirinya tidak risih. Ia risih, namun lebih memilih untuk tidak menghiraukannya.     

"Kayak ulet bulu, sialan." ucap Mario yang langsung menanggapi sambil memutar kedua bola matanya, merasa jengah.     

El hanya terkekeh kecil sambil menggeleng-gelengkan kepala dengan perlahan. "Biasa, ada jomblo yang lagi iri nih ya." Ia pun tidak terlalu memikirkan bagaimana perlakuan Priska ke Reza karena ia juga mendapatkan perlakuan seperti itu dari Nusa.     

Mario seperti merasa sedih, ia berpura-pura terisak sambil mengusap sudut matanya seoalh keluar air mata yang padahal tidak sama sekali. "Iya nih gue iri, tolong siapapun cariin gue cewek. Gak bisa gue menyaksikan drama romantis kayak gini, secara live di depan mata gue." ucapnya yang dengan nada bicara se-dramatis mungkin.     

Moli hanya terkekeh. Yang ia lakukan dari tadi adalah diam, dan terkekeh jika ada yang lucu. Ya habis memangnya mau gimana? Ia tidak ingin masuk ke dalam pembicaraan karena di hadapannya juga ada Priska yang pernah menjadikan dirinya korban bully, sekaligus cewek itu juga ikutan ia benci dikarenakan jalan dengan Bian yang seharusnya mereka berdua setidaknya memberitahukan dirinya.     

"Gak ada yang mau angkut lo, Mario." ucap El sambil mendengus.     

Mario menaikkan sebelah alisnya. "Ada lah, El. Lo belum tau aja semua cewek itu lari ke gue kalau mereka udah putuh harapan sama lo dan juga Reza yang sama-sama udah punya pacar. Gue sih diem-diem aja, padahal cewek gue segudang." ucapnya yang seolah membanggakan diri sendiri.     

"Segudang daong tapi gak pernah di pamerin, satupun gak ada yang berhasil jadi pacar." celetuk El yang menyindir Mario yang duduk manis.     

"Sialan El."     

Mendengar perkataan El yang seperti itu menjadikan Mario mendengus, serta langsung mengutuk sahabatnya dengan perkataan yang cukup kasar.     

El hanya terkekeh kecil sambil sedikit menggelengkan kepalanya. "Nih paper bag buat lo-lo pada, isinya oleh-oleh dari Nyokap gue." ucapnya sambil memberikan paper bag kepada pemiliknya yang tentu saja berbeda isinya antara sahabat dan kedua cewek yang ikutan belajar bersama di rumahnya pada saat ini.     

"Yeay oleh-oleh gratis!" ucap Mario dengan senang sambil menatap paper bag yang ada di tangannya.     

"Yang namanya oleh-oleh juga di mana-mana gratis, aneh lo." cibir Reza.     

"Bodo amat, urus aja sana pacar lo yang ribet. Tuh dia lagi ngambek, jiwa psikopat-nya takut meronta-ronta." balas Mario sambil menjulurkan lidahnya dengan sangat menjengkelkan.     

El tau kalau pertarungan mulut mereka tidak akan ada habisnya. "Dah sana balik, tadi katanya pada ngeluh pulang? Hati-hati di jalan, ya."     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.