Elbara : Melts The Coldest Heart

Kecurigaan Priska



Kecurigaan Priska

0"Eh lo tau gak sih kalau bokap gue baru aja pulang dari Amerika? Bokap gue beliin gue tas gu*cci nih yang lagi gue pake loh, bagus gak?"     
0

Priska tersenyum bangga sambil memperlihatkan tas barunya kepada teman-teman cewek yang mengerubungi meja atas suruhannya.     

Disty dan Nika berdecak kagum, entah terlalu polos atau apa namun masih saja antusias di kala cewek tukang pamer seperti Priska mulai memperlihatkan barang barunya.     

"Gila, bokap gue mah kalau ke luar negeri boro-boro inget beliin barang. Tapi kadang si gue di beliin yang merk cha*nel sih entah itu tas atau baju." respon Nika, kalau cewek ini sih memang rada polos makanya cuma ingin mengatakan apa gang sebenarnya terjadi.     

Para cewek mulai berbisik-bisik, mereka memang kalah saing untuk urusan ini.     

"Gila tasnya keren banget."     

"Iya bener, keluaran terbaru."     

"Iri banget deh gue, enak banget bokap lo bisa ke luar negeri. Bokap gue mah kerja di luar kota aja jarang pulang ke rumah."     

"Bokap lo bang toyib kali."     

Begitulah pembicaraan para cewek untuk merespon kesombongan Priska.     

Priska menatap puas, ini adalah hal yang suka ia lakukan. Memamerkan kekayaan, setelah itu mendapatkan pujian seolah-olah dirinya berada di puncak kategori remaja kaya yang ada di sekolah.     

Disty hanya diam karena tidak berniat merespon apapun, ia menatap ke arah kursi El yang dimana cowok tersebut juga kursi di sebelahnya —milik Nusa— kosong.     

Sampai pada akhirnya, pandangannta bertabrakan dengan manik mata milik Reza dan Mario. Ia tau kalau kedua cowok itu melihatnya dengan tatapan berbeda seperti dengan cara memandang mereka kepada Priska.     

Disty mengalihkan pandangan, berpura-pura seolah-olah tadi ia tidak menatap ke arah Reza dan Mario. 'Apa mereka juga tau apa yang gue bilang ke El, ya?' batinnya bertanya-tanya.     

Jam pelajaran pertama belum di mulai, mungkin sekitar dua puluh menit lagi.     

Priska menatap ke arah Disty yang tampak gelisah melihat ke arah pintu masuk, menjadikan ia juga menolehkan kepala ke arah sana namun tidak melihat apapun kecuali ada beberapa siswa yang masih berlalu lalang.     

Ia kembali menatap sang sahabat, membiarkan para murid cewek masih menyalurkan pemikiran mereka sambil melihat ke arah tasnya yang di letakkan di atas meja. Ya, kelihatan sekali kalau dirinya tengah pamer.     

"Sstt, lo ngapa?" tanyanya dengan nada pelan sambil menyenggol lengan Disty, ia ingin tau apa yang tengah di pikirkan oleh cewek ini.     

Terkejut dengan senggolan Priska, Disty menolehkan kepala ke arah sahabatnya itu sambil mengelus dada dengan pelan. "Ih kaget gue, apaan sih?" Bukannya menjawab, ia malah kembali bertanya. Sudah begitu, ia berdecak kesal pula pada sahabatnya.     

Priska menyentil lengan Disty dengan perlahan. Lalu, menatap sekumpulan cewek yang berada di sekelilingnya dengan tajam. "Lo semua pergi, acara pameran tas gu*cci gue dah selesai." ucapnya dengan tajam sambil mengambil tas miliknya untuk di letakkan pada pangkuan.     

Semua murid cewek yang tadinya mengerubungi Priska pun mengatakan 'wooo' secara bersamaan, menyoraki dirinya atas apa yang terjadi.     

Tapi, Priska tidak peduli.     

"Ih Priska, kenapa cewek-ceweknya di usir? Kan gue lagi bahas tas lo sama mereka." Ini yang protes adalah Nika, si cewek yang saat ini menekuk senyumannya.     

Priska menatap Nika dengan pandangan tajam, rasanya ingin menyadarkan sahabatnya yang satu itu agar tidak terlalu lemot dalam mencerna sesuatu. "Berisik lo ah Ka, sarapan dulu sana biar gak ngantuk, biar gak loading lama juga otak lo."     

Nika menjulurkan lidah ke arah Priska. "Bodo amat ah, terserah lo. Gue mau main game pou aja," ucapnya sambil berbalik badan. Posisinya yang saat ini memang berada di depan meja milik Priska yang duduk sendirian.     

Mendengar ucapan Nika pun membuat Priska terkekeh kecil. "Pantes lemot, game-nya aja masih pou." balasnya.     

Seolah tidak mendengarkan apa yang diktakan oleh Priska, Nika melanjutkan niatnya untuk membuka aplikasi permainan yang gemar di mainkan oleh para anak-anak.     

Disty yang masih menatap Priska pun kini menaikkan sebelah alisnya. "Tadi kenapa lo kagetin gue?" tanyanya, penasaran. Soalnya, sedaritadi ia tidak merasa melakukan kesalahan kok.     

Menatap sahabatnya yang berada tepat di hadapannta, menjadikan Priska menyipitkan kedua bola matanya. "Gue mau ngomong, pindah dulu di samping gue." ucapnya dengan mada bicara yang seperti agak penuh penekanan, dari sini Disty tau kalau dirinya serius dan tak ingin terbantahnya.     

Lebih dulu melihat ke arah Nika yang masih asik bermain game, menjadikan Disty menghembuskan napas dengan perlahan. Ia menganggukkan kepala, setelah itu beranjak dari duduknya untuk pindah sesaat ke kursi kosong yang berada di samping Priska. Setelah ia mendaratkan bokongnya di sana, ia menatap wajah sahabatnya. "Kenapa? Mau ngomong apaan nih lo? Kayaknya privasi banget."     

Tidak ada ketakutan dari nada bicara Disty. Ia adalah orang yang dapat menyembunyikan berbagai macam ekspresi, dalam artian bisa tetap mengontrol diri agar tetap tenang.     

Priska mengambil napas, lalu menghembuskan napasnya. Entah mengapa, ia malah menaruh curiga kepada Disty. Dengan cepat, ia menggelengkan kepala sambil menampilkan senyuman yang langsung membingkai di permukaan wajahnya.     

"Lo barusan ngapain ngeliatin pintu masuk terus? Nunggu siapa lo?"     

"Oh itu, enggak, gak nunggu siapa-siapa. Kan yang kuta tau itu Nusa tadi pingsan, ya gue mau liat aja dia drama atau gak. Lo tau sendiri, kebanyakan cewek di dunia ini caper."     

Mendengar jawaban Disty yang menurutnya memungkinkan, Priska mengangguk-anggukkan kepalanya saja. "Sama, gue juga ngerasa aneh banget. Tadi dia gak ada di situ kan ya? Pasti masuk barisan ngendap-ngendap nih. Telat ya kan berarti dia?" balasnya.     

Walaupun Priska orang yang tergolong bandel, susah di atur, jarang mematuhi tata tertib sekolah, dan juga jauh dari kata baik, tapi cewek ini tidak pernah yang namanya terlambat datang ke sekolah. Sehari pun selama berada di SMA Adalard, ia tidak pernah bolos dan absennnya tentu saja bersih dari predikat A yang berarti absensi Alfa.     

Disty sebenarnya waspada pada Priska, ia takut kalau sahabatnya menaruh curiga kepadanya karena tiba-tiba tadi sikap Priska berubah begitu saja terhadapnya walaupun tidak ada lima menit.     

"Iya dia telat, udah lah gak perlu cepuin dia telat. Lo tau sendiri pasti kalau lo nyenggol Nusa, El yang bakalan lebih jauhin lo."     

"Iya tau, gak kok kali ini gue gak ada niatan jahat apapun sama Nusa."     

Mereka terdiam satu dengan yang lainnya, sama-sama seperti kehilangan topik. Priska yang menaruh curiga kepada Disty, sedangkan Disty yang masih mengontrol diri agar tidak kelepasan.     

Priska menatap Disty, kedua pandangan mereka beradu. "Gue mau tanya." ucapnya.     

Distu menganggukkan kepala. "Tanya aja, Ka." balasnya.     

"Lo gak cepu kan tentang masalah gue sama Bian ke siapapun itu?"     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.