Elbara : Melts The Coldest Heart

Mengubah Penampilan



Mengubah Penampilan

0"Bian, ada cewek tuh yang nungguin lo di depan kelas. Si cewek kutu buku kalau gak salah, si ranking satu sekolah."     
0

"Gak tau si gue, kayaknya dia. Tapi dia berubah woy jadi cantik banget, buruan samperin keburu gue ambil."     

Mendengar itu, Bian yang tadinya tengah berbincang-bincang dengan para temannya pun menolehkan kepala ke sumber suara. Melihat Yudi yang menghampirinya masuk ke dalam perkumpulan genk-nya yang memang menjadi penguasa di sudut kelas.     

Tanpa banyak berbasa-basi lagi, Bian menganggukkan kepala setelah itu beranjak dari duduknya untuk menghampiri orang yang di maksud sedang menunggunya di depan kelas.     

Tidak mempedulikan ocehan teman-temannya yang mengatakan 'cie' berulang kali karena hal ini, baginya ia tidak perku mendengarkan perkataan orang lain mengenai kedekatannya dengan Moli.     

Ya, Moli lah. Memangnya siapa lagi cewek kutu buku pemegang ranking satu di SMA Adalard? Ya cuma cewek itu seorang.     

Sampai pada akhirnya, Bian sudah berada berhadapan dengan Moli. Ia menyunggingkan senyuman kala melihat punggung cewek itu yang membelakangi pintu.     

Dengan tak ragu, Bian menjulurkan tangan untuk menepuk-nepuk bahu Moli. "Moli, ini gue Bian." ucapnya untuk menyadarkan cewek itu kalau yang di cari sudah menghampirinya.     

Bian melihat ada yang berbeda dari tatanan rambut Moli, belum lagi seragamnya yang terlihat agak kecil karena biasanya cewek ini memakai seragam kebesaran yang menutupi lekuk tubuh. Belum lagi, rok yang digunakkan Moli pas sejajar dengan lutut cewek tersebut yang padahal kemarin-kemarin Moli memakai rok dengan panjang se-betis.     

Tidak terlalu memikirkan itu itu, Bian menunggu Moli berbalik badan dan menjelaskan maksud kedatangannya karena kelas akan di mulai sekitar lima belas menit lagi.     

"Aku mau ngasih tau penampilan aku udah berubah, tapi kamu janji jangan ketawa." balas Moli, namun belum juga membalikkan tubuh untuk menatap cowok yang menjadi alasannya untuk kesini. Tadi ia belum sempat bertemu saat di lapangan upacara, jadi lebih memilih untuk menghampiri sekarang.     

Bian menaikkan sebelah alisnya karena merasa bingung, namun tak ayal ia menganggukkan kepala karena terbit perasaan penasaran. "Iya gak ketawa malahan gue penasaran, apa apaan sih lo? Tumben-tumbenan kayak begini."     

Akhirnya, karena Moli kelamaan, Bian memutuskan untuk mendaratkan bokong di kursi panjang depan kelas. Ia kelah karena berdiri, jadi memutuskan untuk duduk saja.     

Moli tampak mengambil napas, lalu menghembuskannya dengan perlahan. Ia memang tidak terlalu mengerti dengan merias wajah juga mengatur style yang melekat di tubuhnya, namun bukan berarti tidak mengerti itu sama dengan tidak bisa, ya!     

Dengan ragu, namun sudah seperti merapalkan kalimat untuk menyemangati diri sendiri. Jadi, Moli tersenyum kecil sambil membalikkan tubuhnya supaya Bian bisa melihat penampilannya saat ini. "Gimana? Jangan ketawa." ucapnya yang kembali mengingatkan.     

Tatapan Bian tidak sekalipun teralihkan dari wajah Moli yang terlihat… sungguh sangat berbeda! Ini bukanlah Moli biasanya yang berdandan seperti kutu buku saat di sekolah, namun ini adalah Moli yang berada di luar area sekolah ketika berjalan-jalan dengannya. Alias, cewek tersebut saat ini terlihat sangatlah cantik.     

"Cantik banget lo gila." Tentu saja Bian akan memuji ciptaan Tuhan yang saat ini berada di hadapannya. Ia bahkan menatapnya hampir tidak berkedip, saat menyadari kalau kedua matanya terasa perih dan akhirnya berkedip juga dan di saat itu langsung tersadar dan menjadikan dirinya menggelengkan kepala.     

Moli yang melihat wajah Bian pun terkekeh kecil, ia bahkan sempat berpikir. Apa dirinya ini terlihat sebegitu menawan sampai cowok yang tengah duduk di hadapannya terpukau?     

Mungkin memang seorang Bian saat terpukau dengan cewek itu sudah biasa, namun kan bagi Moli yang belum pernah mendapatkan tatapan memuji seperti itu dari cowok manapun menjadikan dirinya merasa senang seperti tengah di bawa terbang ke langit saking senangnya.     

"Makasih, Bian. Moli seneng dengernya kalau kamu muji aku, sebenernya agak kurang aja pakai baju sama rok kayak gini." ucapnya sambil menurunkan pandangan, menatap baju dan rok yang melekat di tubuhnya dengan seksama, memang agak risih.     

Bian menganggukkan kepala. "Sama-sama." Seolah pandangannya terpaku pada Moli.     

Namun setelah itu, ia menggelengkan kepalanya. "Besok-besok, kalau mau tampil cantik, seragam lo tetep pakai yang biasanya aja. Jangan yang kekecilan kayak gini, gue gak bolehin." ucapnya yang memberikan peringatan.     

Moli mengerucutkan bibirnya. "Tapi kamu sukanya sama cewek yang penampilannya kayak gini, jadi aku ikutin biar gak malu-maluin kamu gara-gara deket sama kutu buku kayak aku." ucapnya dengan nada bicara yang sedikit merendah.     

Mendengar alasan perubahan Moli tentu saja membuat Bian cukup terkejut, setelah itu menghembuskan napas dengan perlahan. "Duh lo harusnya jangan bilang gitu. Gue kan suka sama lo apa adanya, kan gue udah bilang sama lo." ucapnya.     

Moli tau, ia cukup tau kalau Bian tengah mendekati dan menerima dirinya apa adanya. Namun, ia hanya ingin berubah karena pandangan Bian dan pandangan orang lain berbeda. Ia takut di penglihatan Bian ia sudah sempurna, namun di penglihatan orang lain kalau dirinya tidak cukup pantas bersanding dengan Bian. Jadi, ia lebih memilih untuk mengubah penampilan.     

"Ya anggep aja aku juga tetep Moli yang kemarin karena pada dasarnya kayak gitu. Anggep aja perubahan aku ini hadiah buat kamu, karena kamu masih mau nerima dan dekat sama aku."     

Tidak ingin munafik, sebenarnya Bian juga suka penampilan Moli yang baru daripada yang kemarin.     

"Tapi nanti lo jadi banyak yang suka, Li." ucap Bian yang mengingat satu permasalahan yang bisa saja muncul setelah perubahan cewek yang saat ini berdiri tepat di hadapannya.     

Moli mendengar ucapan itu seperti terucap tulus dari mulut Bian, membuatnya mengerjapkan kedua bola mata secara berkali-kali. "Jadinya kamu mau tetep aku kayak kemarin atau yang sekarang? Jujur aja Bian, aku mah gak bakalan sakit hati." ucapnya sambil tersenyum manis, ia juga membutuhkan pendapat untuk berubah menjadi lebih baik dalam segi penampilan jika di bandingkan dengan sebelumnya.     

Bian menatap Moli dari puncak kepala sampai ujunh kaki, benar-benar perubahan cewek ini sangat totalitas bahkan hampir dirinya pangling dan tak mengenali kalau saja tidak PDKT-an dengan cewek ini.     

"Gue suka lo yang kayak gini, tapi kalau ada cowok yang deketin lo, lo juga harus inget kalau lo itu udah punya gue."     

"Bian berani larang aku, aku juga berani larang kamu. Seperti kamu yang larang aku deket sama cowok lain, kamu juga gak boleh deket-deket sama cewek lain. Deal?"     

"Oke, deal." jawab Bian sambil menganggukkan kepalanya.     

Untuk hal setia, ia masih bisa memberikan pembuktian. Setelah sekian lama menahan rasa setia yang PERNAH hadir HANYA untuk Alvira, kini ia akan mencobanya lagi untuk Moli.     

"Ya udah sana kamu balik ke kelas, bentar lagi pelajaran di mulai."     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.