Elbara : Melts The Coldest Heart

Tidak Enak Badan



Tidak Enak Badan

0Nusa dan El sudah kembali ke kelas, mereka datang tidak terlambat. Selang sekitar dua menit kemudian tadi, guru mata pelajaran masuk ke kelas dan kini tengah menerangkan materi.     
0

Mendengar penjelasan guru di depan, Nusa menjadikan tangan untuk menopang kepalanya yang terasa berat.     

Mungkin, El peka dengan apa yang dirasakan oleh Nusa saat ini menjadikan cowok itu langsung mengalihkan perhatian ke cewek yang berada di sampingnya.     

"Kamu kenapa? Sakit?" tanya El sambil menatap Nusa dengan sorot yang penuh dengan kekhawatiran. Padahal, tadi ceweknya sudah makan di UKS dan mengaku siap kembali mengikuti pelajaran karena takut tertinggal materi untuk ujian sekolah yang sebentar lagi diadakan.     

Mendengar pertanyaan El menjadikan Nusa yang sambil menyimak juga sambil mencatat poin penting penjelasan di buku tulisnya pun menolehkan kelala ke arah El, ia memberikan senyuman kecil.     

Nusa menggelengkan kepala. "Enggak kok, aku gak kenapa-napa. Ini posisinya enak aja sambil nyatet materi," balasnya.     

Bagaimana pun, yang namanya cowok sudah menjadi kodratnya untuk peka, begitu juga dengan El yang tidak percaya dengan jawaban Nusa.     

"Lo ke UKS lagi deh mending." ucapnya sambil menjulurkan tangan untuk mendaratkan di lengan Nusa supaya bisa mengelusnya untuk seolah memberikan kekuatan.     

Nusa masih saja memilih untuk menggelengkan kepala. "Enggak ah, kan tadi aku udah bilang sama kamu kalau aku mau belajar. Nusa ngambek nih kalau di suruh ke UKS lagi," balasnya sambil mengerucutkan bibir.     

Mereka mengobrol begitu pelan, saling melempar perhatian serta jawaban kalau sosok yang dikhawatirkan itu tidak kenapa-napa.     

Ini adalah efek samping kalau Nusa tidak mengganjal perutnya di pagi hari. Walaupun semisalnya ia hanya meminum segelas susu, namun itu sudah memberikan energi baginya. Tapi, pagi tadi perutnya tak menyentuh apapun kecuali air mineral.     

El memilih untuk mengalah, lalu menganggukkan kepala. Ia dengan cekatan langsung meraih tas yang memang di letakkan di atas meja, merogoh dalamnya seperti sedang mencari sesuatu.     

Nusa tidak memperhatikan apa yang dilakukan El saat ini, yang ia pentingkan adalah kembali mencatat apa yang otaknya tangkap dari penjelasan guru di depan kelas. Ia seriu mencatat, saat sang guru berhenti berbicara, itu adalah celahnya untuk mencatat dengan cepat karena ketinggalan.     

"Sayang."     

Panggilan suara bariton El menjadikan Nusa mau tak mau menolehkan kepala ke sumber suara, ia menganggukkan kepala. "Apa?" Hanya itu saja jawabannya, ia kembali memasang telinga untuk menyimak, tatapan menatap buku tulis, dan juga tangan sibuk menulis dengan cekatan.     

El menaruh minyak kayu putih ke hadapan Nusa. "Itu di pake, lo hirup aja aromanya. Semoga lo gak pusing lagi," ucapnya dengan serius. Menatap Nusa yang sesekali meringis kecil —supaya ia tidak tau akan hal itu, namun apa sih yang tidak dapat di ketahui oleh El?— menjadikan dirinya tau kalau cewek itu tengah berbohong mengatakan baik-baik saja dengan kondisinya.     

Perhatian El, membuat Nusa saat ini terasa meleleh. Bertepatan sekali dengan berhentinya penjelasan, ia langsung menolehkan kepala untuk menatap sang pacar dengan sorot mata yang penuh haru karena ada yang mengerti dengan apa yang dirasakan olehnya.     

"Makasih ya El, Nusa gak tau mau gumana kalau gak ada kamu." ucapnya sambil meraih botol kecil minyak kayu putih. Ia tak lagi menopang wajah, kini mulai membuka penutup lalu menghirup aromanya dengan perlahan.     

"Kasih juga di tepi kening lo." ucap El yang menyarankan titik terampuh agar keadaan Nusa bisa lebih membaik.     

Nusa menganggukkan kepala, lalu melakukan saran El.     

El memperhatikan Nusa, untungnya mereka duduk di bagian pojok paling belakang kelas sehingga guru yang mengajar tidak terlalu memperhatikan komunikasi mereka.     

"Udah." ucap Nusa sambil tersenyum kecil.     

"Oke anak-anak, untuk penjelasannya Bapak harap kalian sudah paham semuanya. Sekarang buka halaman seratus lima puluh tiga sampai seratus lima puluh lima, di sana ada essay jawab sungguh-sungguh sesuai dengan rangkaian bahasa kalian sendiri." ucap guru tersebut sambil memeriksa absensi yang ada di hadapannya.     

"Baik, Pak!" jawab serempak satu kelas.     

Mulai mengerjakan soal tersebut, begitu juga dengan Nusa dan El.     

"Bisa gak lo? Kalau gak, lo istirahat aja, Sa." ucap El yang melihat cewek di sampingnya malah menelungkupkan kepala di lipatan tangan.     

Nusa mengangkat kepalanya lagi, menatap El dengan raut wajah yang sayu. "Bisa lah, Nusa gak lemah." balasnya, namun kalimat di ujung tenggorokkannya terasa tercekat.     

Rasanya El ingin tertawa dan meledek Nusa, namun ia lebih memilih untuk mengurungkan niatnya. "Halah, sini gue yang kerjain lo tidurin kepala lo di meja aja. Nanti jawabannya gue bedain kok tenang aja gak ada yang sama, ini mah gampang, cepet gue ngerjainnya." ucapnya sambil merebut buku tulis milik Nusa.     

"Tapi kan tulisannya masa tulisan El?" tanya Nusa, mengerjapkan kedua bola matanya sampai terlihat raut wajah yang polos seperti tatapan anak bayi.     

El sebenarnya juga tengah memikirkan apanyang ditanyakan oleh Nusa. Namun setelah melihat buku cewek tersebut dan memperhatikan bentuk tulisannya, sepertinya tidak sulit untuk menirukan. "Ya elah gampang, santai aja si." balasnya.     

Tiba-tiba, Reza dan Mario menolehkan kepala ke arah mereka.     

"Wuih enak banget di kerjain bos." celetuk Reza.     

Mario menganggukkan kepalanya. "Iya nih, seumur-umur sahabatan sama El, gue cuma bisa nyontek tugasnya dia doang."     

"Masih syukur bisa nyontek daripada gak sama sekali." balas El.     

Reza menyenggol lengan Mario. "Tuh dengerin ko, di kasih hati minta jantung." ucapnya sambil terkekeh kecil.     

Mario mencibir, setelah itu menatap ke arah Nusa. "Lemes banget lo Sa, pulanh aja gih sana izin sama guru piket. Absensi lo juga masih di anggap hadir, gak usah khawatir." ucapnya yang kali ini memiliki perbincangan lurus.     

Nusa yang tadinya tengah menundukkan kepala pun menjadi mengangkat kepalanya untuk melihat ke arah Mario. "Iya nih Mario, Nusa gak enak lagi badannya."     

Mendengar itu, El menghembuskan napas. "Tuh kan gue bener, lo boong aja Sa sama pacar lo jujur tuh sama Reza Mario." ucapnya, lalu lebih memilih untuk fokus ke buku tulis dan mengerjaka semuanya dengan cepat.     

Nusa mengerucutkan bibirnya, ia melihat kalau El menjadi kembali berhenti peduli terhadap dirinya serta menunjukkan wajah dingin yang dulu selalu menghujamnya.     

"Nalu nalu Nusa salah lo, El-nya marah tuh sekarang jadi dingin." ucap Mario yang malah mengambil peran untuk memanas-manasi keadaan.     

Reza menyentil lengan Mario, ia menatap sebal sahabatnya yang satu itu. "Jangan gitu oncom lo ya, udah ah ayo balik badan lagu ngerjain tugas masing-masing." ucapnya sambil memaksa cowok di sampingnya untuk kembali menghadap ke posisi yanh seharusnya.     

Begitu Reza dan Mario sudah kembali pada kegiataan mereka, Nusa menatap El dengan lekat sambil menoel lengan El namun tetap saja tidak ada balasan dan tetap cowok tersebut sekarang sibuk menulis.     

"Maafin Nusa ya, Nusa nakal, Om El."     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.