Elbara : Melts The Coldest Heart

Memperebutkan Reza



Memperebutkan Reza

0Priska menghembuskan napasnya. Benar dugaaannya kalau di jam selanjutnya malah tidak akan membuat hatinya tenang, karena saat ini satu sekolah menatapnya dengan sedikit menyelidik, mungkin? Seperti tidak percaya dengan apa yang terjadi karena dirinya telah memiliki status pacaran dengan Reza.     
0

"Lah ngapa si orang-orang? Lagian juga gue pantes banget bersanding sama Reza, secara gue sempurna dalam segala hal." Kecuali prilakunya.     

Masih mencoba untuk menutup telinga karena banyak sekali yang berkata ini dan itu menjadikan dirinya menghembuskan napas karena sikap tidak pedulinya seolah malah semakin terlihat kalau dirinya lari dari kenyataan.     

"Kak Priska!"     

Seseorang memanggil namanya, suara yang ia kenali. Namun, ia lebih memilih untuk berjalan melangkahkan kaki melanjutkan kemana ia akan bertujuan.     

"Ish Kakak mah, aku panggil-panggil gak nengok."     

Akhirnya, sosok itu sudah berada di samping Priska dengan napas yang sedikit terengah-engah. Memangnya siapa yang menyuruh untuk mengejar dirinya di saat ia berjalan cepat?     

Terpaksa, Priska menolehkan kepala ke sumber suara dan setelah itu melihat Alvira yang kini sudah berjalan menyetarakan dengan langkah kakinya. "Apaan manggil-manggil gue? Gue sibuk," ucapnya yang langsung berkata seperti ini.     

"Kakak jadian sama Kak Reza?" tanya Alvira to the point, ia mengerjapkan kedua bola mata, merasa membutuhkan jawaban dari sumbernya langsung,     

Priska menghembuskan napas, ia paling malas dengan seseorang yang bertanya, padahal jawabannya sudah ada di depan mata. "Gue yakin lo gak buta dan gak tuli, jadi gak usah nanya apapaun lagi sama gue." ucapnya sambil melirik Alvira dengan sorot matanya yang terlihat sangatlah sinis.     

Mendengar jawaban Priska yang sedikit kasar juga tidak ingin menjawab dengan benar menjadikan Alvira kesal dengan cewek itu. "Aku perlu ngomong sama Kakak, sekarang." ucapnya yang mengubah nada bicara menjadi serius.     

"Apaan sih Vir? Gue kan udah bilang kalau gue lagi sibuk, mau samperin Disty sama Nika." balas Priska yang merasa sebal dengan kedatangan Alvira yang tiba-tina setelah itu malah berlagak seperti ini.     

Alvira tidak peduli, setelah mereka menginjakkan di koridor yang cukup kosong, ia memilih untuk menarik tangan Priska agar cewek itu mengikuti setiap langkah kakinya.     

Ingin protes dan menghentakkan tangan Alvira dengan kasar, namun Priska memutuskan untuk pasrah dan pada akhirnya mengikuti setiap langkah kemana Alvira akan membawanya.     

"Duh, lo mau bawa gue kemana sih?"     

Pertanyaan Priska tidak di jawab oleh Alvira. Menjadikan dirinya menaruh perasaan kesal namun di sembunyikan di dalam hati supaya tidak menyeruak keluar dan takutnya bermasalah dengan El yang kalau marah sangat menyeramkan.     

Sampai pada akhirnya, ternyata Alvira membawanya ke halaman belakang sekolah. Menyentakkan tangannya dan cewek tersebut berjalan ke arah tempat duduk yang tersedia.     

"Kenapa Kak Priska mau jadi pacar Kak Reza?" tanya Alvira dengan tatapan sinis yang di luncurkan untuk Priska yang masih berdiri, belum memiliki niat untuk mendaratkan bokong di sampingnya.     

Priska menghembuskan napasnya. Ia sendiri bingung kenapa mau pacaran sama Reza kecuali pinta cowok itu yang tidak boleh dirinya menolaknya. "Reza gak kasih gue opsi penolakan." jawabnya dengan malas.     

Ya, seperti yang di ketahui satu sekolah kalau Reza terakhir berdekatan dengan Alvira yang dalam artian ketika Reza menembak Priska, maka akan muncul pemikiran kalau ia wanita gampangan yang bisa langsung jadian dengan cowok yang barus saja memutuskan hubungan dengan cewek yang tengah di dekati.     

Alvira menatap Priska dengan sedih. Baru saja ia ingin putar haluan ke Reza karena sudah mengetahui kejahatan Bian, di saat itu juga ternyata Reza telah membuat pilihan untuk bersama dengan cewek yang kini menatapnya sambil berdiri.     

"Kakak tau kan kalau Reza punya aku?"     

"Maksudnya punya lo itu gimana? Bukannya lo berdua gak ada hubungan? Bukannya juga lo yang ninggalin Reza gara-gara lo masih sayang sama Bian? Giliran kayak gini, lo malah playing victim."     

"Siapa yang playing victim? Seseorang berhak kembali sama pilihan yang sebelumnya—"     

"Lo gak usah seenaknya deh, anak manja!" Akhirnya, Priska memiliki keberanian untuk membentak Alvira yang memang tingkahnya memuakkan. "Udah males gue jaga sikap buat lo, Ra. Terserah abis ini lo mau kasar sama gue apa gimana, tapi yang jelas gue gak ada bagian kena amarah lo karena Reza yang deketin gue duluan."     

Alvira bungkam selama beberapa detik. "Tapi kan Kakak bisa aja seolah-olah nolak Kak Reza, kenapa gak mau lakuin itu?"     

"Bukannya gue gak mau, lo nya aja yang gak ngerti gimana di posisi gue. Jangan mikir semua orang harus ngertiin lo, Ra. Reza yang nembak gue itu kemauan dia sendiri, mungkin muak kali deket sama lo yang selalu labil ke dia." Ucapan Priska memang sangat menyakitkan.     

Kedua bola mata Alvira berkaca-kaca, ia sadar kalau ini salahnya dan ketika Reza pergi menjauh bahkan sampai mendapatkan cewek seliannya, ia merasa ego-nya meninggi dan muncullah perasaan ketidakrelaan.     

"Aku mau Reza, Kak Priska." ucapnya dengan nada bicara yang bergetar.     

Katakan memang Priska jahat dan sudah tidak memandang kesamaan derajat, ia mendengus sinis. "Buat sekarang, Reza udah jadi punya gue. Lo gak berhak bilang kayak gitu sama gue, dasar lo cewek labil."     

"Ini juga pasti Kak Reza main-main kok sama Kak Priska, toh dia sayangnya sama aku."     

"Kata siapa?" Tiba-tiba terdengar suara bariton yang menjawab perkataan Alvira.     

Menjadikan kedua cewek yang tengah berdebat itu mulai menolehkan kepalanya ke sumber suara. Disana ada sosok Reza, namun tanpa El dan juga Mario. Cowok yang sedang di perebutkan pun hadir di arena adu mulut.     

Alvira menatap Reza penuh pengharapan, sedangkan Priska menatap Reza tanpa minat sedikitpun.     

"Apaan sih berantem cuma gara-gara gue?" tanya Reza yang raut wajahnya terlihat tampak kesal, membingkai di permukaan wajahnya.     

Priska memutar kedua bola mata, lalu berdecih. "Dih najis, siapa juga emangnya yang mau berantem gara-gara lo? Freak abis!" celetuknya, merasa tidak memperebutkan cowok tersebut.     

"Tuh cewek kamu yang sekarang aja gak ngehargai kamu, Vira mau balik sama kamu, Za." ucap Alvira dengan nada bicara yang bergetar.     

Reza menghembuskan napas, di hatijya tentu tercetak besar nama Alvira. Namun, ia berusaha untuk menyingkirkan karena memang sudah sakit, bahkan El pun menasehatinya untuk pergi dari kehidupan Alvira. "Tapi gue udah jadian Ra sama Priska, maaf ya gue gak bisa." jawabnya sambil melangkahkan kaki mendekati Priska. "Kan lo sendiri yang buang gue. Lagian juga ini sekolahan, jangan bawa-bawa masalah cinta-cintaan." sambungnya.     

Priska risih dengan Reza yang berada di sampingnya, ingin rasanya ia mendorong cowok tersebut menjauh supaya tidak menempel dengan lengannya. Namun, ia lebih memilih diam.     

"Jadi, Kak Reza milih Kak Priska?" tanya Alvira sekali lagi untuk memastikan.     

Reza menolehkan kepala ke arah Priska, setelah itu menganggukkan kepalanya dengan mantap. "Gue mau pacaran sama Priska, lo bisa cari yang lain."     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.