Elbara : Melts The Coldest Heart

Meluluhkan Hati Priska



Meluluhkan Hati Priska

0Lupa karena tadi Priska meninggalkan mereka tanpa membawa air minum, akhirnya Moli memutuskan untuk mampir ke salah satu kedai untuk membeli sebotol air mineral. Ya kalau nantinya Priska tidak ingin menerima, ia sih oke-oke saja bisa buat istirahat kedua nanti.     
0

Setelah itu, ia melanjutkan langkahnya keluar kantin dengan sebotol air mineral di tangan kirinya.     

Moli menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, berusaha mencari sosok Priska yang belum lama pergi meninggalkan kantin.     

"Ih jalannya cepet banget sih? udah ngilang aja."     

Ia tidak habis pikir dengan apa yang dipikirkan oleh Reza saat ini, sungguh. Maksudnya, untuk apa menjadikan cewek tersebut pacar kalau pada akhirnya hanya di jadikan permainan seperti ini, iya kan? Belum lagi, tidak memiliki inisiatif dan gairah layaknya pacar yang sebenarnya.     

Tidak ingin ambil pusing dengan apa yang dilakukan para cowok-cowok, akhirnya Moli memiliki keinginan untuk menghampiri kelas Priska, ya kelas dimana El and the genk juga Nusa.     

Sebenarnya sih sudah males sekali berurusan dengan yang namanya Priska, namun siapa sangka kalau hatinya bergerak untuk menanyakan keadaan cewek tersebut kalau kenyataannya ia juga korban bully seorang Priska?     

Di sepanjang jalanan, seperti biasa, sosok yang menjadi topik pembicaraan hangat di sekolah akan menjadi sorotan murid-murid. Dan kini, Moli merasakan di posisi itu.     

"Itu Moli, kan?"     

"Iya, cewek yang juga kabarnya lagi deket sama Bian, kan?"     

"Mereka udah jadian belum, ya? Kalau udah sih bagus, kasian juga Bian jadi buata yang di kejar-kejar mulu sama mantannya."     

"Tapi dia berubah jadi cantik, ya? Pangling banget sumpah ngeliat mukanya yang baru,"     

"Iya, telat sih perubahan dia. Makanya, gue tetep menobatkan Nusa masih jadi yang tercantik di sekolah ini."     

Begitulah desas desus sepanjang Moli melangkahkan kakinya. Seperti biasa, ia memiliki sifat tidak peduli dengan apa yang dikatakan oleh orang lain. Makadari itu, ia santai melewati mereka yang saat ini menatap ke arahnya dengan berbagai macam ekspresi.     

"Gini ya rasanya populer? Risih juga,"     

Sebagai cewek yang hampir dua tahun setengah mengurung diri dari publik, tidak memiliki teman tetap, ambis dengan pelajaran sehingga suka menghabiskam banyak waktu di perpustakaan, saat pulang sekolah lebih suka untuk langsung pulang ke rumah jika di bandingkan dengan hang out dengan beberapa teman seusia, dan lagi ia menutup diri dari para cowok.     

Dan saat ia mengeluarkan pesonanya, seperti 'BOOM'! Satu sekolah berhasil tercenggang, oke katakan saja jika ini berlebihan.     

Memasuki koridor yang membawanya ke kelas Priska, ia mempercepat langkah kakinya. Dan ya, tidak menemukan sosok Priska dan hanya kedua sahabat cewek tersebut —Disty dan Nika— yang sedang duduk manis di kursi sambil menatap ponsel tanpa bertanya-tanya kemana Priska berada. Oh mungkin Disty dan Nika hanya tau kalau Priska sedang makan di kantin bersama Reza dan berpikir baik-baik saja, maka mereka berdua tenang.     

"Priska kalau menyendiri dimana, ya?"     

Tiba-tiba, ia teringat kala Priska menyiram seragamnya dengan air kotor bekas karyawan kebersihan sekolah mengepel di halaman belakang sekolah. Kejadian yang paling naas, kalau diingat sekarang pun terasa masih bisa meremas hatinya.     

"Ya setiap orang punya kesalahan, Li. Kamu kan udah jadi kewajiban buat memaafkan." Ia malah berkata pada diri sendiri seolah-olah tengah di berikan nasehat oleh orang lain.     

Segera, Moli melangkahkan kakinya dengan cepat untuk berjalan ke koridor yang membawanya ke halaman belakanh sekolah.     

Jantungnya berdegup dengan cepat, cemas karena koridor yang dilewatinya sepi, seakan menambah hawa horror yang tiba-tiha menghantui perasaannya.     

Namun menepis semua itu, sampai pada akhirnya Moli sampai di tempat tujuan. Terlihat sosok Priska yang membelakangi dirinya berpijak, cewek tersebut duduk di salah satu kursi.     

Benar kan apa yang dikatakan oleh Moli kalau Priska ada di sini? Iya lah ia bisa menebaknya, toh salah satu korban bully terfavorit yang bisa di jadilam babu oleh cewek tersebut.     

Melangkahkan kaki tanpa ragu, lalu Moli mendaratkan bokong di kursi yang bersebelahan dengan Priska.     

"Emang ada yang ngizinin lo duduk di samping gue, Li?" Pertanyaan itu muncul dari Priska yang langsung menatap cewek di sampingnya dengan wajah ganas.     

Moli meneguk saliva, itu adalah tatapan mematikan Priska yang membuat hatinya menciut seketika. Ia menggelengkan kepala. "Ya gak ada, aku cuma mau duduk aja di samping kamu kok."     

"Gak usah jadi Nusa kedua deh, liat dia aja gue udah eneg, apalagi sekarang di tambah lo ya jadinya gue makin males aja."     

"Aku sama Nusa itu orang yang beda Kak, udah pasti kepribadian kita beda."     

"Terserah, menurut gue lo berdua sama, sama-sama caper."     

Moli sih sudah tidak sakit hati lagi karena ini bukanlah perkataan pertama Priska yang menyakitkan bagi dirinya. Ia sih sabar, setelah itu menghembuskan napasnya dengan perlahan. 'Sensi banget ih kayak lagi datang bulan.' gumamnya di dalam hati.     

Priska menjauhkan duduknya dari Moli karena perasaan ketidaknyamanan yang melekat di hatinya, ia tidak pernah sok akrab dengan orang lain. Hanya dengan Disty dan Nika, itu sudah cukup baginya.     

"Sana lo balik, gue gak mau liat muka lo." ucapnya sambil mengembalikan pandangan ke mangkuk yang berada di pangkuan untuk menyendokkan bakso ke dalam mulutnya. Saat menyuapi ke dalam mulut, ternyata rasa pedas seakan menjalar di tenggorokkannya dan ia tersedak batuk. "Uhuk-uhuk!" Bahkan sampai mengeluarkan air mata karena lupa tidak mengambil minum di kelas sebelum kesini.     

Moli yang melihat itu pun tersenyum, ia langsung menjulurkan air minum di tangan yang sudah ia buka tutup botolnya ke hadapan Priska. "Ini air baru, aku emang beliin buat kamu." ucapnya.     

Tidak ingin gengsi karena saat ini tenggorokkannya terasa terbakat, Priska langsung merebut botol air mineral dari tangan Moli dan meneguknya dengan cepat karena untuk membakar hawa panas.     

"Kalau makan itu hati-hati, Ka. Kata Mommy gue, nikmatin hidangannya."     

"Jangan ceritain keluarga lo yang harmonis, gue gak ada niatan buat denger."     

Priska sudah selesai minum, setelah itu botolnya di letakkan pada kursi di antara tubuhnya dengan Moli.     

Merasa pahan dengan apa yang dikatakan Priska yang juga mengandung unsur sesuatu seperti broken home, Moli menganggukkan kepala sambil menutup kembali botol tersebut.     

"Kamu sebenernya jadian gak sih sama Reza?"     

"Punya hak apaan lo nanya kayak gitu ke gue? Mau gue bully lagi? Gak peduli gue walaupun lo deket sama Bian, emangnya tuh cowok bisa lindungi lo dari gue?"     

"Ish enggak, bukan itu maksud aku. Kamu salah paham, aku juga gak mau di bully lagi, maunya temenan aja."     

"Ogah, temen gue udah dua dan lebih dari cukup. Terus, lo mau bilang apaan nih ke gue?"     

Moli menatap Priska dengan lekat, cewek tersebut sekarang juga sudah menolehkan kepala ke arahnya. "Jangan sedih ya, Priska. Lo cantik, nanti kalau murung cantik lo hilang. Moli bersedia kok jadi temen kamu,"     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.