Elbara : Melts The Coldest Heart

Perhatian di Saat Sakit



Perhatian di Saat Sakit

0"Naik tangganya kuat gak? Apa perlu Kak Rehan gendong?"     
0

Sejak pulang dari sekolah, Nusa memilih untuk lebih dulu mengistirahatkan diri di sofa ruang televisi. Terbukti, kini seragam sekolah masih melekat di tubuhnya.     

Nusa yang mendapati pertanyaan seperti itu pun menolehkan kepala ke sumber suara, lalu melihat Rehan yang saat ini meletakkan semangkuk euhm.. entahlah ia tidak dapat melihat apa isinya, sekaligus segelas susu yang dari wanginya merupakan susu jahe.     

"Loh kok Kak Rehan belum berangkat kerja?" tanyanya, lalu mulai mengubah posisi tidurannya menjadi duduk bersandar di kepala sofa. Ia baru terbangun dari tidurnya sekitar sepuluh menit yang lalu, nyawanya masih seperti belum berada di tubuhnya.     

Rehan menggelengkan kepala. "Belum, tadi Kakan ambil jam makan siang nih buat jemput kamu sama ambil tiga puluh menit jam pulang kerja. Jadi, nanti Kakak siang gak istirahat, pulang juga agak telat, gak apa-apa kan?" balasnya yang menjawab pertanyaan sang adik.     

Nusa menganggukkan kepala. "Makasih banyak ya Kak, udah bela-belain banget buat aku. Gak apa-apa kok kalau Kakak pulang telat, palingan nanti El sama yang lain nemenin aku." ucapnya sambil memberikan Rehan senyuman yang sangat manis. "Ini sisa waktu Kakak berapa menit lagi?" sambungnya.     

Rehan menolehkan kepala ke arah jam dinding. "Masih dua puluh menit lagi." jawabnya, mengembalikan pandangan pada sang adik yang duduk manis di sofa.     

"Nah kalau gitu Kakak mendingan balik ke tempat kerjaan, belum di jalannya pasti makan waktu, nanti Kakak malah lama lagi deh pulangnya."     

"Kamu nanti sendirian, Sa."     

"Gak masalah, kan emang udah biasa dan mengerti kalau masing-masing kita punya tugas. Kan Kak Rehan kerja,"     

"Bukannya gitu, kannkalau kemarin-kemarin tubuh kamu vit. Sekarang kan kamu lagi sakit, takut kamu kenapa-kenapa."     

"Gak masalah, Nusa jaga diri. Nanti kalau kenapa-kenapa, janji hubungi Kakak."     

Rehan ragu dengan permintaan Nusa, namun apa yang dikatakan oleh cewek itu benar adanya. Kalau makin lama telat pulang, makin lama ia bisa menemani Nusa sampai tertidur karena cewek itu kalau lagi sakit pasti susah untuk memejamkan mata dan menguring.     

Nusa memberikan senyuman, lalu menganggukkan kepalanya dengan pelan. "Gak apa-apa Kak, ih kebanyakan mikir nih nanti keburu telat." ucapnya yang kembali meyakinkan.     

Akhirnya, Rehan melangkahkan kaki menuju Nusa, lalu memeluk tubuh sang adik dengan erat. "Kamu baik-baik, jaga diri karena di rumah sendirian. Nanti kabarin kalau ada masalah, itu Kakak udah buatin sup ayam masih hangat dan Kakak kunci pintu rumah dari luar ya? Kan ada dua kunci tuh kita." ucapnya, setelah selesai berbicara, ia melepaskan pelukan yang sudah terbalaskan oleh Nusa, ia adalah sosok yang posesif.     

Nusa terkekeh kecil, perkataan Rehan menurutnya sangat bawel. "Iya ih Kakak, aku juga gak ngapa-ngapain yang membahayakan diri. Dah sana, ini makanannya mau Nusa makan."     

"Oke, Kak Rehan berangkat ke kerjaan lagi, ya?"     

"Iya Kak, hati-hati di jalan."     

"Iya sayangnya Kakak, sampai nanti!"     

"Sampai nanti juga, Kak!"     

Nusa melihat kepergian Rehan yang sudah melangkahkan kaki menjauh dari hadapannya, sampai pada akhirnya cowok itu menghilang karena terhalang dinding. Dan pada saat itu juga, ia menaruh pandangan pada semangkuk sup yang di buatkan Rehan untuknya.     

Selama satu jam mengistirahatkan diri dengan tertidur di ruang televisi, apa saja yang dilakukan Rehan selain membuatkan hidangan makanan dan minuman untuknya saat ini?     

Nusa meraih alat makan, berupa sendok sup, mengaduknya dengan perlahan sampai terlihat isian sup ayam yang menggugah selera. Ia mulai menikmatinya, tanpa tangan yang memegang ponsel.     

"Euhm… enak banget, masakan Kak Rehan selalu juara di lidah!"     

Sampai pada akhirnya, ponselnya saat ini berdering menjadikan Nusa mengalihkan pandangan ke layar ponselnya yang terlihat menyala. Terlihat jelas di layar ponselnya terdapat nama El, ia pun langsung meraihnya dan menjawab panggilan tersebut.     

Malas untuk menggenggam ponsel untuk berbicara dengan El yang berada di seberang sana, ia menyalakan mode speaker dan meletakkan ponselnya di atas meja.     

"Halo sayang."     

Mendengar suara bariton El yang memanggilnya sayang, membuat perasaan Nusa terasa berkali-kali lipat senangnya. Ia tersenyum, lalu menatap sup ayam dengan kesenangan yang berlipat ganda.     

"Halo, El. Kok malah nelfon Nusa? Emangnya gak ada mata pelajaran?" tanyanya sambil menatap ke arah jam dinding yang menunjukkan kalau jam mata pelajaran sekolah sudah kembali berjalan.     

Mendengar suara sedikit ribut dari seberang sana, kemungkinan sih belum ada guru masuk?     

"Udah ada guru, tapi lagi izin ke toilet sebentar. Jadi, gue pake waktunya buat nelfon lo."     

"Oh yaudah, kamu udah makan kan tadi pas istirahat, El?"     

"Udah, lo makan lagi. Tadi mual, gak?"     

"Enggak sih, tapi di buatin sup ayam sama Kak Rehan kok buat menghangatkan tubuh."     

"Ya udah di makan, lo habis ini istirahat lagi. Jangan kebanyakan pegang hp, gue mau lo istirahat total."     

"Iya bawel."     

Dalam diam, Nusa mengulum senyuman. Tuhkan, saat ini di hatinya seperti ada jutaan kupu-kupu yang beterbangan!     

Nusa sangat suka di berikan perhatian yang melimpah, terlebih lagi yang memberikannya adalah El, si cowok yang berstatus kekasihnya.     

Mempernyaman diri dengan mengusal-usal punggung di sandaran sofa yang empuk, akhirnya Nusa lebih memilih untuk menyandarkan tubuh terlebih dulu sebelum kembali menikmati sup buatan Rehan yang ternyata masih panas.     

"Tolong catetin materi pembelajaran buat Nusa ya, El." ucapnya yang meminta tolong agar tidak ketinggalan pelajaran.     

"Iya, udah gue catet. Nanti gue foto terus buat jadi PDF dan kirim ke lo, gimana?" balas El di seberang sana, terdengar juga ucapan Mario yang mengatakan jalau dirinta so sweet setelah itu membandingkannya dengan Reza.     

Nusa terhibur, ia terkekeh kecil. Dirinya pun belum mengetahui siapa sebenarnya pacar Reza, ia belum menanyakannya, dan mungkin nantian saja. "Oke, gitu boleh juga kok." ucapnya sambil menganggukkan kepala dengan refleks, seolah sosok tersebut ada di hadapannya.     

"Ya udah nih gue mau pelajaran lagi, ada tugas sih dari gurunya. Palingan juga di jadiin tugas rumah, nanti gue ke rumah lo buat nulisin, gak apa-apa?"     

"Gak apa-apa, El. Kata Kak Rehan justru kamu di suruh kesini buat temenin aku, bawa Reza sama Mario juga."     

"Oke deh, lo mau di bawain apa?"     

Mendengar pertanyaan itu, Nusa berpikir sebentar. Lalu tidak menemukan makanan apa yang saat ini selera dengannya. "Gak ada ah, gak mau apa-apa." balasnya.     

"Oke, gue bawain buah, susu, roti, dan makanan orang sakit lainnya. Ya udah, bye gue belajar dulu, see you!"     

Pip     

Nusa melongo di saat panggilan telepon berakhir, El yang memutuskan secara sepihak. "Ih orang gak mau apa-apa malah di bawain." Namun, saat ini senyuman lebar mengembang di permukaan wajahnya.     

Cowok pengertian.     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.