Elbara : Melts The Coldest Heart

Perbedaan Perlakuan Pacar



Perbedaan Perlakuan Pacar

0"Apaan pengumumannya?"     
0

El menatap Reza dan Mario, ia bertanya seperti ini untuk menyamakan apa yang ia tangkap dan pahami dengan apa yang di tanggap oleh kedua sahabatnya itu.     

"Katanya mulai minggup depan, udah mulai ujian. Entah itu Ulangan Harian, simulasi, atau ujian yang emang harus di praktekkan." balas Reza sambil menganggukkan kepala, menyatakan apa yang ia tangkap dari penjelasan kepala sekolah beberapa saat lalu.     

Mario menaikkan sebelah alisnya. "Ih gak cuma itu, katanya nanti kelulusan tuh mau buat acara gitu deh tapi bukan farewell atau graduation, acara jalan-jalan." ucapnya yang menambahkan.     

Untuk urusan jalan-jalan, El belum mengetahuinya. "Kemana?" tanyanya, lalu melirik ke arah Priska yang entah mengapa sekarang melekat terus di tubuh Reza. Apa dengan begitu cewek tersebut berpikir kalau ia akan cemburu? Tentu saja tidak. "Ngapa lo Priska? Lagi cosplay jadi ulet bulu?" tanyanya sambil terkekeh renyah.     

"Katanya sih ke Jogja, tapi kalau dananya tahun ini gede, katanya lagi mau ke Bali." jawab Reza. Ia yang mendengar ucapan El menjadikan segera menyingkirkan Priska yang memeluk lengannya tanpa berkeinginan untuk melepasnya.     

Mario tertawa, apalagi melihat wajah Priska yang malah terus menerus memandangi El. "El gak bakalan cemburu lo nempel-nempel kayak ulet keket di Reza, sumpah Priska." ucapnya yang cukup terhibur dengan tingkah cewek tersebut.     

Priska yang mendapati tanggapan seperti itu serta saat ini Reza yang mendorong-dorong tubuhnya agar menjauh, membuat dirinya mendengus sebal. "Apaan sih Za? Cewek-cewek lain aja kalau mau deket cowoknya, tuh cowok gak risih." ucapnya.     

"Hayolooo Reza, mampus mampus Priska ngambek butuh es krim." ucap Mario sambil menepuk tangannya secara berkala seperti anak SD yang mengompori temannya yang bersalah.     

El tidak peduli, ia memilih untuk menghampiri bagian Bian yang sepertinya sudah siap.     

"Main bersih, gak ada kekasaran kayak kemarin-kemarin." ucap El yang mengingatkan Bian karena genk cowok tersebut dominan bermain kasar mentang-mentang tubuhnya pada lebih besar, namun dapat di akui kekuatan mereka jauh lebih tidak ada apa-apanya jika di bandingkan dengan dirinya, Reza dan Mario.     

Mendengar perkataan itu membuat Bian menganggukkan kepala. "Tenang, lo damai ke gue dan gue bakalan damai ke lo." ucapnya sambil menganggukkan kepala. "By the way, jumlah pemain mau di seimbangin aja apa gimana?" sambungnya yang kembali bertanya.     

"Sabeb, lo yang atur. Lagian juga gue gak pernah mikirin menang apa gak, ini bukan lomba."     

"Oke, gue juga bakalan mikir gitu. Buat asah skill aja sambil main-main,"     

Setelah itu, antara El dan Bian saling berjabat tangan satu sama lain, lalu di akhiri dengan menganggukkan kepala dengan tegas pertanda mereka berdua menyetujui apa yang menjadi perjanjian.     

Sedangkan Reza dan Mario, mereka saling bertatapan seperti tengah melakukan komunikasi batin antara satu sama lain.     

Priska menyaksikan itu, jarang-jarang kalau El dan Bian ingin berjabat tangan sebelum di mulainya pertandingan. "Mereka berdua udah baikan apa gimana?" tanyanya, secara jujur dirinya belum pernah melihat secara langsung kalau Bian dan El bisa terlihat seakrab itu karena biasanya kalau berpas-pasan saling melempar tatapan sinis satu sama lain seolah keinginan perkelahian sudah kental terasa di hati.     

"Ya lo udah liat dan otomatis udah tau dong jawabannya." balas Reza dengan sedikit sinis, malas menanggapi Priska namun cewek itu sekarang adalah pacarnya yang dalam artian ia tidak boleh berperilaku kasar yang menjerumus ke arah toxic relationship.     

Priska bingung dengan Reza. Saat menembaknya tadi pagi di kantin, cowok itu begitu manis. Tapi setelahnya? Ia seperti berpacaran dengan musuh, ah iya tapi ini memang benar adanya.     

Mario menggelengkan kepala berkali-kali saat melihat perlakuan Reza kepada Priska. "Bro lo jangan kayak gitu sama cewek lo, nanti dia lepas lagi dari lo, lo nangis." ucapnya yang terlihat serius, padahal mah dalam hati sedang terawa terbahak-bahkan melihat raut wajah Reza yang benar-benar terlihat masam.     

"Cot." ucap Reza.     

Kembali lagi ke El dan Bian, setelah berjabat tangan dan sedikit berbincang-bincang, Bian membiarkan kepergian El yang kembali ke Reza dan Mario.     

"Sesuai perjanjian, kita main bersih. Kalau ada yang main curang hari ini, gue yang bakalan musuhin lo." ucap Bian yang menyampaikan kembali sebagai pengingat karena teman-temannya ini ikutan dendam dengan El dan memiliki keinginan untuk mengalahkan yang terlalu kuat.     

Terlihat tim-nya yang menganggukkan kepala, merasa paham dengan apa yang ia katakan.     

Ia menatap ke arah El lagi, lalu mengangkat tangan dengan jemari telunjuk dan tengah yang juga terlihat seperti intrupsi. "EL, BENTAR YA GUE MAU KE MOLI DULU!" ucapnya dengan nada bicara yang setengah berteriak.     

Mendapatkan persetujuan dari El, menjadikan Bian saat ini menghampiri sosok Moli yang duduk di tepi lapangan dengan tatapan polos yang tercetak jelas di permukaan wajahnya.     

"Hai." sapa Bian sambil mendaratkan bokong di samping Moli.     

Moli menganggukkan kepala. "Hai, ini aku bawain minum buat kamu." ucapnya sambil memberikan botol minum miliknya yang berwarna biru yang bergambar pinguin.     

Meraih botol tersebut, Bian menghadirkan senyuman. "Thanks ya." ucapnya. "Oh ya, lo gak usah liat pertandingan gue sama El. Gue minta tolong lo buat ke rumah Nusa," sambungnya.     

Mendengar permintaan Bian menjadikan Moli menaikkan sebelah alisnya. "Hah? Ngapain?" tanyanya, ia tidak memiliki persiapan untuk hal yang satu ini.     

"Kenapa kaget? Emangnya gak bisa, ya?"     

"Bukan, bukan gitu kok. Emangnya ngapain aku harus ke rumah Nusa?"     

"Dia sakit, gue ngajak El main basket yang seharusnya sekarang dia mungkin udah di rumah Nusa. Jadi sebagai gantinya, gue nawarin lo buat jagain Nusa, mau gak?"     

Sedikit menimang-nimang, jiwa rajin yang terasa ingin mengerjakan semua tugas rumah pada hari ini juga pun masih berada di hatinya.     

"Sebentar doang sampai jam tiga, lagipula kan gue juga jarang minta tolong sama lo." ucap Bian yang kembali meyakinkan.     

Mendengar itu, akhirnya Moli menghembuskan napas setelah itu menganggukkan kepala sambil tersenyum pertanda kalau dirinya setuju. "Oke, aku jadinya gak usah liat kamu tanding?"     

"Gak perlu, lagian ini juga cuma main-main kok gak ada tanding-tandingan menang atau kalau."     

"Jangan mau di modusin cewek-cewek."     

"Astaga Moli, ya enggak dong. Selama gue sama lo, emangnya lo pernah liat gue deket-deket cewek lagi, hm?"     

"Ya iya juga sih, aku kan cuma ingetin aja."     

Biam tersenyum, ia menganggukkan kepala sambil menjulurkan tangan untuk menaruh untaian rambut Moli ke belakang telinga. "Tenang aja, bawel. Dah sana hati-hati di jalan, ya. Lo pakai kendaraan apa? Kalau online, hati-hati."     

Sepertinya, terjadi perbedaan perlakuan berpacaran saat ini antara Priska Reza dan Bian Moli.     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.