Elbara : Melts The Coldest Heart

Mengingat Kebersamaan



Mengingat Kebersamaan

0Alvira masuk ke dalam rumah yang kosong, sepi, hampa, dan terasa tidak ada kehidupan.     
0

Tidak apa, lagi dan lagi El serta kedua sahabatnya melupakan dirinya. Padahal, ia tadi menunggu kepulangan mereka yang bermain basket di sekolah. Bahkan ia menyaksikan skor seri yang di dapatkan oleh genk El maupun genk Bara.     

Untuk yang keselian kali, Alvira kalah dengan Nusa. Ia tidak ingin mengambil permasalahan ini dan mengangkatnya menjadi perasaan penuh dengan kebencian yang terasa.     

Akhirnya, Alvira memutuskan untuk menarik napas dan menghembuskannya dengan perlahan. Ia menarik senyuman sampai terlihat jelas di permukaan wajahnya yang sangatlah cantik.     

"Emang nasib di tinggal terus."     

Bagaimana bisa Alvira sampai ke rumah untuk saat ini? Ya jawabannya adalah taxi online. Entah mengapa, tiba-tiba El meninggalkan dirinya. Ia tadi saat di sekolah di dekati oleh Bian dan ditawarkan pulang bersama, tapi apa yang dirinya katakan pada cowok itu? Ya ia menolak tanpa berbicara sedikitpun langsung melewati Bian begitu saja dengan tatapan yang sini.     

Menaiki satu persatu anak tangga, sampai pada akhirnya Alvira sudah memasuki kamarnya untuk saat ini dan menutup pintu rapat-rapat serta menguncinya.     

Melempar tas sekolah miliknya ke sembarang arah, sepatu sudah sejak tadi terlepas saat di lantai bawah dan meletakkannya di rak. Kini, yang Alvira lakukan adalah melempar tubuhnya ke atas kasur yang empuk, langsung saja pandangannya menatap ke arah langit-langit kamar.     

Mengambil napas panjang, lalu menghembuskannya dengan perlahan. Setelah itu, menampilkan wajah dengan senyuman yang menekuk.     

Mengingat bagaimana cara Reza yang membela Priska di hadapannya saat ia tadi di sekolah membawa cewek itu ke halaman belakang sekolah, menjadikan hatinya sakit.     

Apa ini adalah karma hasil dirinya yang selalu memainkan hati Reza dengan seenaknya? Apa benar begitu? Kalau iya, dirinya ingin menunjukkan penyesalan yang berganti dengan permohonan maaf. Namun melihat Reza yang seperti membela Priska begitu, ini menjadikan hatinya terasa sesak.     

Sekarang, Alvira paham kalau apa yang pergi akan terlihat jauh lebih berharga daripada sebelumnya.     

Throwback     

Kala itu, saat di taman pada waktu sore hari…     

Daun-daun kering dan menguning mulai berjatuhan dari ranting, terkadang juga jauh menyentuh lengan Alvira yang kini tengah duduk di bawahnya yang ber-alas kain seperti tengah melakukan piknik sore hari yang terlihat sangat menyenangkan.     

Di hadapannya sudah ada keranjang piknik, menjadikan beberapa makanan tertampung di sana sebagai peneman sore.     

"Gimana? Enak gak? Cuacanya juga cerah, nih. Gak mendung, gak bakalan ada yang bisa ngerusak acara piknik low budget kita."     

Mendengar suara bariton yang berbicara membuat Alvira menaikkan pandangan, dan disana terlihat sosok Reza yang menampilkan senyuman semanis mungkin, terlihat tampan.     

Alvira menganggukkan kepala. "Iya, udaranya enak banget juga, sejuk. Aku jarang banget ke taman terus kepikiran buat piknik kayak gini, ternyata seru juga, ya?" balasnya, ia mendongakkan kepala menatap langit yang berawan cerah namun saat ini cahaya matahari sudah tak lagi menyengat permukaan kulit.     

Ia sambil menyiapkan camilan berupa kripik kemasan, lalu di tuang ke dalam mangkuk yang di bawa dari rumah. Memang terlihat merepotkan, tapi siapa sangka kalau kegiatan seperti ini sangat menyenangkan apalagi adanya pembagian tugas seperti Alvira yang harus melakukan ini dan Reza yang juga harus melakukan ini.     

"Nah kan kalau kayak gini tuh enak, jangan makan di restoran mulu. Harga mah gak penting,"     

"Iya bawel, kamu udah bilang itu beratus kali deh kayaknya hari ini."     

Mereka berdua sama-sama membagi tawa, menatap satu sama lain dengan sorot mata yang menandakan kalau mereka saling berada di zona yang nyaman secara beraamaan.     

Reza yang mendengar perkataan Alvira pun hanya terkekeh. Hei, memangnya siapa yang berkata beratus-ratus kali seperti itu? Tidak ada. "Iya deh terserah lo, Vira." ucapnya, lalu menuangkan jus mangga botolan ke dalam dua gelas.     

Tidak ada rencana akan piknik sore seperti ini, tadinya niat mereka tuh ingin berjalan-jalan ke karnaval. Entah karena suatu alasan, tiba-tiba saja karnaval di tutup sampai pada Minggu depannya.     

Alvira menaruh sekotak tisu kecil di tengah-tengah, serta vas bunga kecil yang juga ada di sana. "Nah kan kalau ada vas bunganya cantik banget, keliatan kayak romantis gitu kayak orang-orang." ucapnya sambil menyengir, menatap ke arah Reza dengan senyuman mengembang tersebut sampai terlihat kedua matanya mulai menyipit.     

Reza yang melihat itu pun terkekeh, ia tidak tau kalau Alvira meletakkan vas bunga ke dalam keranjang piknik mereka. "Harus banget ya pakai vas bunga?" tanyanya sambil tertawa.     

Sore ini, di taman yang tidak jauh dari pekarangan rumah Nusa, akhirnya mereka mengadakan piknik yang menyenangkan dengan kekehan kecil yang saling membingkai di wajah mereka.     

Mereka tidak berpacaran. Tapi jika di tanya Alvira punya siapa, maka cewek tersebut akan mengatakan kalau ia memiliki Reza di sampingnya yang selalu menemani dirinya sampai kapanpun selagi cowok tersebut masih menjalin hubungan persahabatan dengan El.     

"Kak Bara lagi dimana, ya? Kok tadi Kak Reza jemput aku sendirian ke rumah?"     

"Dia lagi sama Mario, main gaplek. Terus gue bilang bosen mainan gituan terus mending ngajak lo jalan, ya udah sekarang kan gue makanya ada di sini sama lo."     

"So sweet nih ceritanya?     

Reza terkekeh renyah. Ia melihat Alvira yang sangat cantik, lalu menjulurkan tangan untuk mengelus puncak kepala cewek tersebut dengan gerakan melambat.     

Mendapatkan perlakuan seperti itu, tak ayal rona merah mulai membingkai di kedua pipi Alvira. Terlihat menyamakan kepiting rebus yang benar-benar baru di angkat.     

"Lo cantik banget, gue pengen buktiin seberapa seriusnya gue sama lo."     

"Tapi gimana kalau nantinya kamu yang pergi dari aku?"     

"Kalau gue duluan yang pergi ninggalin lo, pertanda kalau gue itu bego karena gak bersyukur punya lo, Ra."     

"Tapi kalau semisalnya nanti aku yang ninggalin kamu, gimana?"     

Reza menatap wajah Alvira selama beberapa detik sebelum ia menjawab apa yang ditanyakan oleh cewek tersebut. Di detik selanjutnya, ia mengerjapkan kedua bola mata berkali-kali. "Ya kalau lo duluan yang pergi, jawabannya gampang dan simple kok." ucapnya, lalu memberikan Alvira senyuman penuh ketulusan yang ia miliki. Tangannya menurun, mengelus pipi cewek tersebut. "Gue bakalan tetep sayang sama lo walaupun kita udah gak bisa sama-sama, tergantung posisi juga udah ada yang bisa gantiin lo buat gue atau itu sebaliknya." sambungnya, kata-katanya sangat tulus dan membuat Alvira tersentuh merasakan haru.     

Throwback off     

Mengingat perkataan kala itu menjadikan dada Alvira terasa sesak. Pasalnya, Reza mungkin masih sayang kepadanya saat ini. Namun, cowok tersebut kini sudah memiliki pengganti yang lebih dari dirinya.     

Jadi, inilah takdir Alvira yang kembali berjalan sendirian menelusuri kehidupan.     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.