Elbara : Melts The Coldest Heart

Keromantisan yang Meningkat



Keromantisan yang Meningkat

0"Gue pamit dulu, lo jaga kesehatan. Di rumah Alvira juga sendirian, gue gak enak juga ninggalin dia."     
0

Nusa menatap sosok cowok yang ada di hadapannya, ia menganggukkan kepala mengerti seperti anak kecil yang tengah di beritahu.     

"Iya, El. Kamu hati-hati di jalan. Maafin bilang ke Alvira, gara-gara aku kamu jadi disini kelamaan dan ninggalin dia sendirian gitu aja."     

Mendengar ucapan Nusa yang juga cewek tersebut mengatakan pesan tersirat untuknya, El menaikkan sebelah alis. "Ngapain minta maaf? Gak perlu, biar gue aja yang minta maaf ke dia. Ya udah sekarang lo duduk lagi aja, nunggu Rehan. Palingan dia bakalan pulang bentar lagi," ucapnya sambil menuntun Nusa untul kembali duduk di atas sofa ruang televisi.     

Mendengar El yang pamit, tentu saja menjadikan Reza dan Mario saling menatap satu sama lain.     

"Lah, ini gimana dah maksudnya? Terus gue sama Reza pulang naik apa nih? Odong-odong?" tanya Mario dengan bingung sambil menatap Nusa dan El secara bergantian karena dirinya benar-benar membutuhkan jawaban untuk saat ini.     

Mendengar itu, Reza tertawa. "Naek odong-odong mah gak bakalan nyampe, anjir." ucapnya yang memang tertawa untuk menyenangkan hati yang terasa terlibat oleh benang kusut.     

Mario mengerling ke arah Mario yang kini memakai topi koboi milik Nusa, ia menampar bagian depan topi tersebut. "Ketawa lo, sialan. Ini nasib kita pulang naik apa kalau El balik?" ucapnya yang berusaha agar membuat cowok di sampingnya mendukung perkataannya.     

"Ya udah, kalian ikut El pulang aja. Lagian juga kata El kan bentar lagi Kak Rehan pulang, jadi gak kenapa-napa kalau mau pulang." ucap Nusa sambil menatap Reza dan Mario dengan senyuman, ia tidak pernah menahan seseorang untuk menetap menjaganya seperti ini.     

El yang mendapati perkataan Nusa seperti itu pun, kembali menaikkan sebelah alisnya. "Lo berdua tetep disini aja, Za, Rio. Nanti gue kasih ongkos balik, gausah kebanyakan ngeluh."     

Ya dikarenakan Reza dan Mario kesini satu mobil dengan El, dan El ternyata mau pulang duluan. Otomatis, mereka tidak memiliki kendaraan.     

Mendengar di kasih ongkos membuat Reza dan Mario saling mengembangkan senyuman di permukaan wajahnya.     

"Nah gitu dong El daritadi, kan kalau ada jatah uangnya, kita berdua bisa duduk anteng jagain Nusa tanpa keluhan." ucap Mario, dengan senang hati kembali mendaratkan bokongnya di sofa dengan tangan yang di rentangkan.     

Reza ikutan, ia kini juga duduk tepat di sebelah Mario. "Kan kalau begini sama-sama enak. Lo terbantu, kita juga terbantu. Lumayan baliknya buat nongki," ucapnya sambil menaruh kedua tangannya di belakang kepala seperti tengah menyanggah.     

Mendengar itu, El memutar kedua bola matanya. Sebelum pulang, ia merogoh saku celana untuk mengambil uang. Setelah itu, meraih dua lembar uang berwarna merah dan di berikan ke kedua sahabatnya itu. "Dah ya gue balik, jangan ngeluh lagi lo berdua."     

Reza dan Mario dengan kompak menganggukkan kepala karena merasa senang dengan hal ini. "Oke, hati-hati, El!"     

Nusa terkekeh dengan tingkah Reza dan Mario. "Ayo aku anter ke depan." ucapnya dengan senyuman, menautkan jemarinya pada jemari milik El yang pas sekali dengan genggaman tangannya.     

Akhirnya, mereka berdua jalan beriringan keluar rumah dengan Reza dan Mario yang kembali fokus menatap ke layar televisi, menikmati tontonan.     

Kembali lagi pada Nusa dan El.     

Nusa melepaskan tautan tangan mereka, setelah itu memberikan pelukan hangat untuk El. Pelukannya tidak terlalu erat, namun juga tidak terlalu longgar. Posisi ternyaman yang ia pernah temukan pada orang lain yang saat ini telah menjadi pacarnya.     

El pun sama halnya dengan Nusa, ia membalas pelukan cewek tersebut. "Kenapa? Masih kangen apa gimana?" tanyanya dengan kekehan kecil,     

"Masih lah, mendingan satu atap kan biar aku gak kangen terus sama kamu."     

"Iya nanti, gue bakalan halal-in lo kok. Jadi, ya udah tunggu hari itu terjadi aja, jangan cemas."     

"Ih aku bercanda kok!" Pipi Nusa saat ini malah bersemu merah, merasa malu dengan apa yang dikatakan oleh El kepadanya.     

Melihat pipi Nusa yang memerah seperti itu, menjadikan El gemas, dan langsung menjulurkan tangan untuk mengacak-acak puncak kepala cowok tersebut. "Jadi, lo maksudnya nanti gak mau nikah sama gue? Ya udah, gue cari calok baru aja kali ya?" ucapnya, siapa sangka kalau perkataannya saat ini adalah candaan untuk meledek cewek yang masih ada di pelukannya?     

"Ih bukan gitu juga!" seru Nusa, kini melepaskan diri dari pelukan El. Setelah pelukan mereka terlepas, ia melihat wajah sang pacar yang menyebalkan karena tengah menahan tawa. "Apa? Kamu ngeledek aku ya, El?" sambungnya yang seolah-olah kesal.     

El menggelengkan kepala. "Gak kok," ucapnya yang di detik selanjutnya langsung mengubah kekehan menjadi ekspresi biasa. "Ya udah ini gue mau pulang, lo gak apa-apa kan di tinggal sama Reza dan Mario? Kalau mereka jahatin lo, abis mereka sama gue."     

"Ih mereka gak bakalan ngapa-ngapain kok, lagian juga aku tau mereka berdua."     

"Ya udah, gue juga percaya sama mereka. Gue pulang duluan gini rasanya gak enak sama lo,"     

Nusa melihat raut wajah El yang terlihat agak sendu, setelah itu mengulas senyuman yang sangatlah manis. Ia menjulurkan tangan dan sedikit berjinjit untuk menyisir rambut El dengan jemarinya yang lentik. "Gak apa-apa, El. Inget, kamu kan tetep harus adil antara aku sama Alvira. Jangan sampai kejadian yang kemarin keulang lagi, oke?" ucapnya seperti tengah memberikan kata-kata penenang.     

El ikut tersenyum di kala melihat senyuman Nusa yang sangat manis dan cantik. Ia menganggukkan kepala dengan tulus, setelah itu mengusal kedua pipi ceweknya dengan gemas. "Ih ceweknya siapa sih lo? Makin sayang gue sama lo. Bodo amat banget gue jadi bucin kayak gini asalkan hari-hari gue tetep sama lo,"     

Mendengar pernyataan El yang seperti itu menjadikan Nusa terkekeh kecil. "Hah?" ucapan refleks yang terdengar lebih dulu. "Bisa ya si es batu ini cair cuma gara-gara aku? Berarti aku spesial banget ya?"     

"Iya dong, spesial punya El, untuk El, dan gak ada seorang pun yang bisa kayak lo." balas El dengan nada bicara yang tulus.     

Nusa merasakan kesenangan seperti telah mencapai di puncak kepalanya, entahlah… rasanya ia sudah tersenyum paling mengembang saat ini karena saking senangnya dengan apa yang dikatakan oleh El kepadanya. "Aku sayang kamu, El." ucapnya, sekali lagi memeluk tubuh El sebelum cowok tersebut menyatakan perpisahan —ya walaupun hanya berpisah karena ingin pulang ke rumah saja—.     

Dari hari ke hari, mereka berdua terlihat sangat mesra. Hampir tidak memiliki celah bagi cewek yang ingin memasuki hati El, ataupun sebaliknya.     

"Gue juga sayang banget sama lo, Sa."     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.