Elbara : Melts The Coldest Heart

Ingin Bersama El, Bukan Reza



Ingin Bersama El, Bukan Reza

0"Lo ngapain sih bela gue? Sok deket banget."     
0

Priska mendorong kasar tubuh Reza yang menempel di lengannya, ia menatap cowok itu dengan menghembuskan napasnya dengan perlahan.     

Tentang mencari masalah dengan seseorang apalagi mengenai urusan cinta itu sudah biasa, tapi beberapa saat lalu ketika berdebat dengan Alvira karena memperebutkan Reza pun rasanya sangat seperti… entahlah, ia sendiri tidak bisa mendeskripsikannya.     

Reza yang di dorong pun mengaduh, ia menatap Priska dengan umpatan kasar di dalam hatinya. "Makasih kek gitu lo udah gue bantuin, kalau gak lo bakalan jambak-jambakan sama Alvira, akhirnya El yang turun tangan ke lo. Kayak gitu yang lo mau apa gimana?" tanyanya dengan serius, lalu meraih segelas jus yang berada di hadapannya.     

Satu sekolah heboh mengenai Reza dan Priska yang berpacaran, ingin menentang pun tidak ada gunanya. Jadi, Reza memilih untuk menyatakan secara terang-terangan hubungannya dengan cewek yang saat ini berada duduk di sampingnya.     

"Iya iya makasih." balas Priska dengan perasaan tidak ikhlas. Risih di lihat oleh para murid yang berada di kantin, Priska menghembuskan napasnya dengan perlahan. "Lo ngapain sih publikasi hubungan kita seolah-olah kita pacaran beneran?" sambungnya dengan nada bicara kesal.     

Ucapan Priska membuat Reza menaikkan sebelah alis, jangan lupakan kembali menaruh gelas ke atas meja tepat di hadapannya. Lalu, menjulurkan tangan untuk memeriksa kening Priska dengan punggung tangannya. "Sakit lo, pantesan pikun. Udah jelas-jelas kalau emang kita beneran pacaran, lo halusinasi?" balasnya, lalu kembali menarik tangan karena ingin mengambil cireng isi potongan baso pedas yang menggugah selera.     

Tunggu sebentar, kalian berpikir kalau Reza dan Priska saat ini hanya duduk berdua di bangku kantin? Perkiraan kalian salah. Karena, saat ini mereka juga duduk bersama dengan Mario, El, dan juga Moli yang memang di akui oleh mereka karena berteman dengan Nusa, jangan lupakan Bian yang memutuskan untuk berdamai sebentar dengan El.     

"So sweet ya kalian." komentar Moli yang kini di hadapannya sudah ada satu mangkuk mie ayam. Ia memakannya dengan penuh selera, apalagi saat ini di sampingnya ada Bian yang dengan sangat perhatian sibuk membersihkan ujung mulutnya ketika tersisa noda makanan.     

"Iya so sweet banget gila, jadi pengen pacaran juga." sambung Mario, ia adalah orang yang paling mendukung hubungan Reza dan juga Priska. Bahkan walaupun di meja ini hanya ia yang jomblo, ia tidak sedih dan justru sebaliknya yang terlihat sangat teramat bahagia menyaksikan penderitaan sang sahabat yang tak kasat mata.     

Reza melirik Mario dengan tajam, sehingga sahabatnya malah semakin tergelak tawa dan bukannya ketakutan. Tenang, kan ia bukan El yang dimana tidak perlu di takuti.     

El hanya menggelengkan kepala, ia bahkan tidak menoleh ke arah Priska. Sekalipun melihat cewek tersebut, itu hanya pandangannya karena menatap ekspresi Reza.     

Bian pun diam-diam saja. "Nih gue suapin nasgor, buka mulutnya." ucapnya sambil bergerak untuk menyuapi Moli, pacarnya yang sangat menggemaskan dan selalu membawa hari-hari penuh dengan kebahagiaan.     

Melihat Bian yang ingin menyuapinya, Moli membuka mulut dan membiarkan sendok berisikan satu suapan nasi goreng masuk ke dalam mulutnya. "Mmm, enak."     

Priska hanya menyaksikan. Ia lebih dominan menatap ke arah Bian dan Moli daripada menatap ke arah Reza yang bersampingan dengannya. Bukan, perasaan iri ini bukan karena ia ingin di perlakukan semanis itu oleh Reza, tapi ia ingin di perlakukan semanis itu oleh El yang berdiam diri saja di samping Mario.     

"Reza gak peka banget najis, gue aja yang jomblo peka." celetuk Mario sambil menggelengkan kepala penuh keprihatinan.     

Reza yang merasa namanya selalu di sebut-sebut Mario pun menaikkan sebelah alisnya. "Apaan sih? Apaannya lagi yang bikin gue gak peka, hah?" balasnya, lalu setelah itu menghembuskan napas dengan perlahan. Baru kali ini ia malah serba salah dengan berbagai macam hal.     

Mario menunjuk ke arah Bian dan Moli, lalu menunjuk Priska setelahnya. "Lo gak liat tuh kalau cewek lo juga mau di perlakuin kayak Bian nyuapin Moli? Jadi cowok kok gak gesit,"     

"Ya udah nih mending lo aja deh yang pacaran sama Priska, kok lo yang ngatur." balas Reza yang kepalang kesal, apalagi hatinya kini kerasa harus kebal menanggapi ucapan Mario yang malah membuat situasi dirinya terlihat seperti sangatlah miris.     

Mario menggelengkan kepala dengan kuat. "Gak, makasih banyak loh. Gue mendingan jomblo seumur hidup kalau pilihan ceweknya cuma Priska,"     

Priska yang mendengar itu tidak menanggapi, juga tidak mereka sakit hati. Ia memilih untuk menundukkan kepala, melihat ke arah semangkuk bakso yang tadi di pesankan Reza untuknya. Romantis? Tentu saja tidak.     

Nusa melihat Priska yang murung, namun ia enggan bersuara dan memilih untuk diam sambil memakan makanan di hadapannya.     

Moli yang menatap itu pun kasihan, namun karena ia tadinya memiliki masalah dengan Priska menjadikan ia memutuskan untuk membungkam mulut dan menikmati setiap suapan dari Bian.     

Tidak ada juga lirikan mau antara El dan juga Bian, mereka untuk kali ini berdamai satu dengan yang lainnya.     

Baru kali ini satu sekolah tercenggang dengan para penguasa sekolah yang menjalin hubungan dengan baik, tidak ada yang saling sinis atau menghujam seperti yang lalu-lalu.     

Tidak ada yang di harapkan dengan kebersamaan Priska bersama dengan Reza, ya karena ini bukanlah yang ia inginkan. Menikmati semangkuk bakso, namun tanpa perasaan minat. Lidahnya seperti mati rasa, melirik El yang juga fokus dengan hidangan di hadapan cowok tersebut.     

Priska menghembuskan napas sekali lagi, ia merasa dadanya sesak.     

"Gue mau ke kelas duluan deh," ucapnya sambil beranjak dari duduk dan tak lupa membawa semangkuk bakso. Untuk minumannya, ia tinggal saja karena di tasnya ia membawa infused water.     

Melihat itu, tentu saja Mario menjadi bertanya-tanya mengapa Priska pergi dari meja mereka. "Lah lo kenapa woy? Kan kita daritadi juga gak ada ledekin lo, malah kabur." ucapnya, namun tidak menahan.     

Begitupun dengan Reza, ia pura-pura sibuk dengan makanannya sampai Priska berlalu begitu saja dari hadapannya lalu mulai berjalan keluar kantin.     

Moli yang memang hanya angkat bicara sebentar pun mengikuti arah pandang ke Priska yang mulai meninggalkan area kantin, setelah sosok cewek itu menghilang, ia mengintimidasi para cowok-cowok yang ada di sekelilingnya. "Lah kalian bertiga gak ada yang nahan Priska?"     

"Ngapain?" tanya Reza, Mario, dan juga Bian secara bersamaan.     

Mendengar jawaban itu, membuat Moli menggelengkan kepala. Memang ya, cowok-cowok jarang peka, sungguh. "Lo kan cowoknya, Za. Kejar lah sana,"     

Reza menaikkan sebelah alisnya. "Kejar? Lo gak liat ya gue lagi makan?"     

Mungkin saking bencinya dengan Priska kali, ya? Moli menghembuskan napas, beranjak dari duduknya lalu berlalu meninggalkan cowok bertiga yang sama sekali tidak memiliki inisiatif.     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.