Elbara : Melts The Coldest Heart

Menjemput Nusa ke Sekolah



Menjemput Nusa ke Sekolah

0Nusa merasa kepalanya semakin pusing, dan pada akhirnya Rehan memutuskan untuk menjemput sang adik ke sekolah berhubung ini adalah jam istirahat Nusa di sekolah.     
0

Ia sudah mendapatkan izin dari guru piker dan juga beberapa guru mata pelajaran serta wali kelas Nusa, dan kini ia melangkahkan kakinya untuk menuju ke kelas sang adik.     

Banyak tatapan mata yang menuju ke arahnya, bahkan ada beberapa yang memuji secara terang-terangan membuat Rehan merasa sedikit risih.     

Bukan, bukannya berarti Rehan sombong karena tidak ingin mendapatkan pujian. Mungkin lebih tepatnya ia kurang nyaman saja karena menjadi pusat perhatian. Tentu saja kini ia menjadi pusat perhatian karena bajunya yang berbeda dari yang lain, penampilannya juga seperti om-om muda yang sedang berada di puncak kejayaan.     

Berjalan melewati mading yang cukup ramai dengan murid, sehingga mau tidak mau ia memperlambat langkah kaki karena harus permisi dengan kumpulan siswa.     

"Permisi." ucapnya kepada beberapa murid yang menghalangi jalan koridor, ingin berjalan di tepian pun tidak bisa karena ramai.     

Karena Rehan memberikan kesopanan permisi menjadikan dirinya langsung mendapatkan akses jalan walaupun tidak terlalu luas.     

Pelan-pelan, Rehan sudah keluar dari kerumunan cewek-cewek dan para cowok yang ikutan kepo dengan apa yang terpajang di mading, dan dirinya juga tidak tertarik dengan apa yang di pajang sampai membuat kehebohan.     

"Reza sama Priska? Yang bener lo?"     

"Beneran, itu brosurnya di mading dibuat sama Mario, ada tanda paraf dia soalnya."     

"Masa sih? Gempar banget, perasaan gak keliatan tanda-tanda kapan deketnya, ya kan? Tapi tiba-tiba jadian gitu aja."     

"Mungkin benci berubah jadi cinta, bisa jadi gak sih kalau kayak gitu?"     

"Gue juga mikirnya gitu sih, apalagi sejauh ini yang satu sekolah tau Priska sama El juga Reza Mario saling musuhan."     

Mendengar desas desus gosip yang dikatakan anak cewek pun membuat Reza bisa mengambil kesimpulan. Ternyata ini masalah Reza yang berpacaran dengan seseorang bernama Priska.     

Tunggu sebentar, bukannya Priska itu nama yang pernah di beritahu oleh sang adik mengenai segala perlakuan bully yang tertuju kepada Nusa?     

Berusaja untuk tidak memikirkan hal ini terlebih dulu, ia menghembuskan napas karena berpikir kalau masa SMA masih bisa seheboh ini karena memang masa-masa mencari jati diri dan mengenal kedewasaan lebih lanjut.     

Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh guru piket, ia menemukan kelas Nusa.     

Segera, Rehan menginjakkan kaki masuk ke kelas. "Permisi semuanya," ucapnya yang kini malah terlihat seperti dosen tampan yang ingin mengajar mahasiswa/i-nya.     

Satu kelas terdiam, berganti dengan bisik-bisik sambil menatap kedatangan cowok ganteng ke kelas mereka, terlebih saat ini menghampiri Nusa.     

"Bang, tuh ade lo badannya panas banget. Mau kita-kita yang anterin udah pasti gak di bolehin sama pihak sekolah." ucap Mario yang seperti anak kecil tengah mengadu dengan orang dewasa.     

Setelah ucapan Mario terdengar satu kelas bahwa Rehan adalah abangnya Nusa, menjadikan satu kelas kembali dengan aktivitasnya masing-masing, namun ada juga yang masih bertahan menatap Rehan dan memuji kegantengannya.     

Rehan menganggukkan kepala. "Iya, gue malah makasih banget sama lo." ucapnya pada Reza, Mario, dan El menatap mereka bertiga satu persatu.     

"Nusa udah makan dua kali, tapi bekel dari lo di icip doang katanya mulutnya pahit, terus tadi gue udah suruh Reza dan Mario beliin bubur dan untungnya habis walaupun sisa seperempat mangkuk." ucap El yang memberitahukan hal ini, ia ingin Rehan mengetahui sampai di mana Nusa sudah mengganjal perutnya.     

Rehan menghembuskan napas saat melihat wajah Nusa yang sangat pucat. "Kamu bisa jalan gak? Maksud Kakak, kuat jalan gak?" tanyanya pada Nusa yang kini menatap wajahnya dengan permukaan wajah yang terlihat memerah.     

Nusa menganggukkan kepala di saat mendapatkan pertanyaan seperti itu. "Masih kuat, Kak." ucapnya.     

Akhirnya, Rehan membantu Nusa berdiri, begitu juga dengan El yang kini menyampirkan tas nusa ke salah satu pundaknya.     

"Gue anter sampai parkiran." ucap El yang seperti nada perintah tanpa penolakan sedikitpun.     

Mendengar El yang berkata seperti itu menjadikan Reza dan Mario dengan kompak ikutan beranjak dari duduknya. "Kita juga." ucaphya serempak.     

Nusa tertawa. "Ya ampun ini Nusa cuma mau pulang ke rumah, bukan mau pindah sekolah. Yang nganterin ke parkiran banyak banget," ucapnya sambil meraih tangan besar Rehan untuk di genggamnya sebagai tumpuan kalau nanti saat berjalan tubuhnya terasa lemas, takut limbung.     

Rehan menggenggam tangan Nusa dengan erat. "Emangnya lo pada gak pelajaran? Ntar gimana kalau ada guru yang masuk?" tanyanya pada 3 orang cowok yang memang sangat dekat dengan adiknya, apalagi salah satu dari mereka yang sudah berhasil menjadi pacar adiknya.     

"Enggak, bilang aja abis dari toilet." ceplos Mario, spontan berkata seperti ini.     

"Haha klasik, masa ke toilet bertiga yang ada di curigai." jawab Rehan. "Ya udah ayo ikut, gue juga mau buru-buru dan Nusa juga butuh istirahat." sambungnya, sambil mulai melangkahkan kaki menujur depan kelas dan akhirnya keluar sambil menuntun Nusa yang menggenggam tangannya.     

Seperti keinginan ketiga cowok, El, Reza, dan Mario. Mereka mulai berjalan di koridor yang tentu menjadi pusat perhatian.     

Mungkin mereka berpikir seberapa beruntungnya menjadi seorang Nusa yang di kelilingi para cowok-cowok tampan.     

Sesampainya di parkiran …     

"Eh, ngapain lo?" tanya Rehan sambil menahan pergelangan tangan Mario yang ingin memeluk Nusa dengan refleks sebagai salam perpisahan.     

Mario hanya meringis, setelah itu menganggaruk tengkuknya. "Mau wakilin salam perpisahan dari El buat Nusa," jawabnya sambil menjauhkan tubuh dari El dan berdiri tepat di samping Reza yang seperti biasa saat ini bergantian berperan layaknya kompor yang panas.     

El menatap Mario dengan tajam, setelah itu mengembalikan raut wajahnya menjadi hangat saat menatap Nusa yang saat ini sudah menyandarkan kepala di bahu Rehan. "Lo hati-hati di jalan, apalagi Kakak lo pakai motor, pegangan yang erat jangan ketiduran. Kalau udah pulang, ganti bajunya dulu, abis itu istirahat gak usah pegang hp lagi." ucapnya, mendadak bawel.     

Reza dan Mario sih sudah tidak kaget lagi dengan El sekarang yang lebih terlihat perhatian, namun saat ini Rehan mengerjapkan kedua bola matanya karena melihat perubahan sifat El yang sudaj sejauh ini.     

Nusa menganggukkan kepala, paham dengan perintah yang dikatakan oleh El. "Siap, bos! Nusa inget kata-kata El kok, semuanya." balasnya sambil menampilkan senyuman.     

Rehan mengacak-acak puncak kepala Nusa. "Ya udah gue sama Nusa pamit dulu, lo jangan kedok boong mau nganterin Nusa kesini tau-taunya belok ke kantin."     

"Iya itu niatnya." celetuk Mario.     

"Biasa Bang, Mario tadi belum kesampean godain mbak-mbak kantin." sambar Reza.     

Nusa tertawa. "Ya udah, dadah El, Reza, Mario. Nusa pulang dulu ya mau istirahat di rumah, maaf daritadi ngerepotin terus."     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.