Elbara : Melts The Coldest Heart

Jangan Sampai Telat!



Jangan Sampai Telat!

0Keesokan harinya …     
0

"Sa bangun, dah siang ini ya ampun kamu ngapain masih tidur?!"     

Seruan Rehan membuat Nusa langsung membelalakkan kedua bola matanya, tak lupa ia juga mengubah posisi tiduran menjadi duduk tegak di atas kasur dengan wajah yang dipaksakan untuk segera sadar dan meninggalkan alam mimpi.     

"Jam berapa ini, Kak?" Bukannya melihat ke arah jam dinding, ia malah bertanya dengan Rehan sambil menolehkan kepalanya.     

Rehan mengusap wajah dengan kasar. "Gila jam setengah tujuh." balasnya yang sama paniknya.     

Ini bukan tentang Rehan yang akan telat kerja karena jam kerjanya itu tepat pada pukul delapan pagi, namun ini tentang jam masuk sekolah Nusa yang pukul tujuh pagi.     

Kenapa El tidak menjemput Nusa? Itu karena kemauan cewek ini sendiri supaya cowok tersebut langsung pergi ke sekolah saja, tanpa harus menjemputnya dan mereka telah membuat perjanjian itu malam tadi.     

Nusa membelalakkan kedua bola matanya, lalu segera beranjak dari tempat tidur, melesat mengambil handuk yang berada di gantungan. "Kenapa Kak Rehan gak bangunin aku ih? Ini kan hari Senin, upacara, pasti aku telat deh."     

Menghembuskan napasnya, Nusa tidak mendengarkan jawaban Rehan. Ia melesat masuk ke dalam kamar mandi lalu menutup pintunya, ia kilai bersih-bersih tubuh secara cepat karena tidak memiliki banyak waktu.     

Mandi cepat bukan berarti tidak bersih, hanya saja mempersingkat waktu.     

Beberapa menit kemudian …     

Nusa sudah memakai calana pendek dan tanktop, ia berjalan keluar kamar mandi dengan rambut yang di kuncir kuda karena habis mandi. Ia memakai seragam hari Senin yang ternyata sudah di siapkan oleh Rehan, dan meletakannya di ujung kasur supaya mempermudah dirinya.     

Sungguh, ia tidak pernah telat tanpa alasan yang jelas —bangun kesiangan itu bukan alasan terlambat— di sepanjang ia sekolah.     

Tentu saja panik, malah kini berkeringat.     

Sudah berseragam, tak lupa Nusa langsung mengambil tas. Di dalam tas untungnya sudah tersusun rapi semua buku yang harus di bawa pada hari ini karena ia menyiapkan keperluan sekolah pada malam hari.     

Memoles wajahnya hanya dengan bedak padat, lipbalm yang tidak berwarna, di akhiri dengan sedikit memakai maskara di bulu matanya yang memang sudah lentik sejak lahir.     

Setelah merasa wajahnya terlihat sedikit fresh, Nusa melesat keluar kamar dengan berlari kecil. Ia memakai jam di pergelangan tangan kiri, lalu melihat kalau ini sudah jam 07.40.     

Ia sampai di lantai dasar, melihat Rehan yang sudah siap menutup kotak bekal untuknya.     

"Ayo gc keluar, Kakak udah buatin kamu bekel. Kakak anter pake motor biar bisa ngebut, pasti macet juga." ucap Rehan yang ikutan panik juga menjadi melakukan segala hal dengan cepat.     

Nusa melihat penampilan Rehan, kakaknya itu belum mandi. "Kakak gak masalah nganterin aku pakai celana pendek gitu?" tanyanya, ingin tertawa namun ia mengurungkan niatnya.     

Rehan menganggukkan kepala, berjalan ke arah belakang Nusa dan meletakkan bekal tersebut di dalam tas sang adik. Setelah itu, ia segera menarik tangan Nusa untuk berjalan cepat keluar rumah.     

Mengunci pintu, lalu memasukkannya ke dalam saku celana.     

"Ayo cepetan jangan banyak tanya, masalah apa enggaknya juga Kakak gak peduli. Nanti kamu letak loh, yo jalan."     

Genggaman tangan mereka di lepas oleh Rehan, cowok tersebut langsung menaiki motor besar yang memang sudah di siapkan sedari Nusa mandi tadi. Ia memakai helm, lalu menjulurkan helm berwarna pink milik sang adik agar segera di pakai. "Nih pake, biar lo aman."     

Nusa menganggukkan kepala, menggapai helm pink miliknya dan langsung mengenakkan di kepala. Tanpa banyak bicara, ia melompat ke jok motor bagian belakang milih Rehan.     

"Let's go! Telat atau gak-nya Nusa ada di tangan Kak Rehan loh." ucapnya sambil terkekeh kecil, ia sendiri juga berusaha untuk tidak merasakan kepanikan.     

Rehan menganggukkan kepala, langsung melajukan motornya untuk keluar dari pekarangan rumah mereka.     

Mulai membelah jalan raya, masuk ke dalam jalanan yang cukup ramai dengan kendaraan lainnya yang juga memiliki tujuan serupa. Ada yang mau ke sekolah, ada yang bekerja, atau ada juga yang ingin bepergian entah kemana itu.     

Nusa melihat lurus, jalanan tidak terlalu macet dari apa yang dikatakan oleh Rehan. "Ini gak terlalu macet kok, Kak. Ayo gas, kita selip-selip."     

"Jangan gitu Sa, gimana pun kan Kakak berusaha buat gak nyalip karena berbahaya. Kakak gak mau terjadi hal-hal yang gak diinginkan."     

"Ya udah kalau gitu Nusa telat aja."     

"Halah, kayak bisa aja kamu di hukum. Berdiri hormat bendera aja di bawah sinar matahari langsung pingsan, belum lagi kulitnya jadi merah-merah semua."     

"Iya juga sih ya, tapi kalau Nusa bersihin sekolahan juga mau kok sebagai hukumannya."     

Rehan melirik sekilas ke arah Nusa lewat kaca spion-nya, lalu terkekeh kecil. Walaupun mereka mengobrol, namun tidak dapat dipungkiri kalau dirinya tetap mengendarai motor dengan teliti. "Yakin mau? Gak kayak waktu SMP kamu telat ke sekolah gara-gara kita baru pulang liburan terus kamu di hukum bersihin sekolah? Kamu langsung minta bantuan Kakak sama anak OSIS, ingat?"     

Mendengar jawaban Rehan menjadikan Nusa berpikir dua kali untuk datang terlambat dan menerima konsekuensinya karena ia tidak siap dan tidak akan pernah siap.     

Nusa menganggukkan kepala dengan perlahan, mengerucutkan bibirnya. "Iya aku inget, ya udah makanya ayo Kakak usahain biar aku gak telat ke sekolah."     

"Iya, ini Kakak juga lagi ngendarain motor."     

Mereka tidak sarapan, terlebih Nusa yang akan menunda jam makan paginya, baru nanti bisa di isi pada jam istirahat pertama pada pukul sembilan dan itu masih dua setengah jam lagi.     

Sudah dapat di pastikan kalau Nusa akan merasa lemas saat berada di barisan upacara.     

Rehan kembali melirik kaca spion dengan sekilas untuk melihat keadaan Nusa di belakang sana. Terlihat wajah sang adik yang lemas, terbukti kalau cewek itu merasa kantuk.     

"Kamu kenapa? Ngantuk?"     

"Iya nih, Kak."     

"Emangnya kenapa? Tadi kalam kan kamu tidur jam sepuluh, masa iya masih ngantuk aja?"     

"Iya masih lah, kayak belum puas tidurnya."     

Nusa terkekeh, matanya sayu namun berusaha untuk di tahan karena beberapa menit lagi sampai di sekolah dan ia harus segera beraktivitas seperti layaknya para murid yang lainnya.     

Rehan terkekeh. "Apaan si kamu? Emang dasarnya kebo mah susah deh." balasnya yang merasa kalau sang adik sungguh menggemaskan.     

Nusa berharap cemas di dalam hati kalau ia tidak akan terlambat datang ke sekolah. Seketika menyalahkan dirinya sendiri karena malam tadi tidak membiarkan El menjemputnya pada pagi ini.     

"Lagian tumben banget Kakak telat bangun juga." ucapnya.     

Tampak Rehan yang menghembuskan napas. "Kakak main game sampai jam tiga, itu aja tidur gara-gara ketiduran. Bangun-bangun ternyata Kakak masang alarm jam enam lewat lima belas."     

"Mati deh Nusa bakalan telat." gumam Nusa.     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.