Elbara : Melts The Coldest Heart

Menanti Kehadiran Nusa



Menanti Kehadiran Nusa

0Sekitar sepuluh menit lagi bel pertanda murid-murid di haruskan untuk mengikuti upacara berbunyi, menjadikan El menatap jam di pergelangan tangannya dengan cemas.     
0

Pasalnya, Nusa belum juga datang. Dan pasti, di setiap Senin pagi ada guru piket dan para OSIS yang menyebalkan.     

"El, Nusa kemana dah? Lo berdua berantem apa gimana?" Pertanyaan itu muncul dari Reza, ia masih duduk di tempatnya, memutar tubuh agar bisa menghadap ke El yang tampak sekali memasang raut wajah gelisah.     

Mario menganggukkan kepala. "Iya tuh, kemana cewek lo? Masa baru banget ketemu udah marahan, jangan gitu." ucapnya yang seolah menyambung perkataan Reza.     

Mendengar tuduhan yang 100% tidak benar itu pun membuat El menghembuskan napasnya. Sungguh, ia tidak mendapatkan kabar apapun dari Nusa. Kalau memang cewek itu terlambat, apa alasannya sampai tidak bisa memberikan kabar untuknya?     

"Ratu lo kecebur got kali!" celetuk Priska yang berseru, menjadikan beberapa pasang mata menolehkan kepala ke arahnya. Biasa, tukang cari perhatian mau ambil muka.     

Mendengar itu, Mario terlihat kesal dengan Priska yang asal menyahut saja. "Muka lo tuh kayak got." celetuknya, membalas perkataan cewek yang tidak akan pernah berdamai dengannya sampai kapanpun itu.     

Reza tertawa mendengar perkataan Mario, ketahuan sekali kalau cowok itu menyemprot Priska dengan kata-kata. "Lebih cocok lo yang masuk got sih, Ka. Liat dulu tuh muka lo jadi warna abu-abu, mirip kayak habis kecebur got."     

Priska and the genk perilakunya bisa setajam silet, namun El and the genk perkataannya bisa setajam pisau daging.     

Priska yang mendengar itu tentu saja panik. Bagaimana kalau perkataan Reza benar mengenai warna kulitnya yang menjadi abu-abu? Karena benar pagi ini ia memakai fondation 1 shade lebih terang daripada warna kulit aslinya.     

Ia segera mengambil cermin kecil yang selalu berada di saku bajunya, lalu mematut wajah buru-buru karena saat ini ia tidak memiliki pembelaan. Disty dan Nika sedang ke toilet, katanya ingin buang air besar yang jelas saja dirinya tak mau ikut.     

"Liat tuh calon cewek lo berdua." ucap El yang melirik sekilas ke arah Priska, si cewek yang saat ini tengah heboh dengan kegiatannya sendiri.     

Reza dan Mario dengan setempak bergidik ngeri. Membayangkan kalau Priska yang di samping mereka, setelah itu memanggil dengan nama panggilan 'sayang' yang terdengat menjijikan.     

"Huek!" Serempak mereka bertingkah seolah-olah mual, baru membayangkannya saja membuat seisi perut terasa terombang-ambing.     

Priska yang tidak menemukan ada yang salah dengan wajahnya —apalagi perkataan Reza dan Mario yang mengatakan wajahnya abu-abu—, langsung menolehkan kepala ke arah kedua cowok itu. "Mana? Gue masih cantik gini." ucapnya.     

El mendengus, memutar kedua bola matanya. Perasaan tenang tidak ia dapatkan, malah mendengarkan ocehan Priska yang tiada henti. "Ka mending lo cabut keluar kelas." ucapnya dengan dingin. Kalau berbicara dengan orang lain mah ia tetap menjadi El yang dulu, apalagi kalau berbicara dengan Priska yang memiliki banyak salah padanya.     

Mendengar El yang mulai mengusirnya membuat Priska mendengus, ia tau kalau cowok itu sudah mulai berbicara dan tampak tidak suka kepadanya, di saat itu juga ia harus sadar diri dan beralih pergi dari pijakannya yang satu udara dengan cowok itu.     

Tanpa banyak basa basi lagi, Priska pergi dengan raut wajah yang sebal karena Reza dan Mario berhasil membuat suasana hatinya memburuk.     

"Nenek lampir bisa ngambek juga ya." ceplos Mario sambil menatap Priska dengan lekat keluar kelas, sampai pada akhirnya cewek itu sudah menghilang di balik tembok, ia mengembalikan tatapan pada si ketua genk, siapa lagi kalau bukan El?     

"Ya udah ini intinya cewek lo kemana, El?" tanya Reza yang mulai mengembalikan perbincangan awal mereka sebelum di nenek lampir ikut berbicara seolah-olah diajak.     

El rasanya ingin berbicara kasar. "Ya gue gak tau, sialan. Kalau gue tau, gue gak bakalan secemas ini." jawabnya sambil mengacak-acak rambut. Bukannya tampilannya menjadi terlihat berantakan, malah semakin terlihat tampan dengan seperti menyandang predikat bad boy.     

Mario menyenggol Reza. "Pertanyaan lo terlalu oon, sini biar gue yang nanya." ucapnya yang merendahkan sang sahabatnya, lalu mengembalikan pandangan lagi pada El. "Nih gue mau tanya El, emangnya Nusa kenapa gak kabarin lo?" tanyanya, raut wajahnya sangat serius.     

Mendengar itu, bukannya perasaan El mereda, namun bertambah kesal walaupun sedikit. "Ya itu pertanyaan lo sama aja, gila. Gak ada bedanya sama Reza, dan jawaban gue ya tetep sama, gak tau." ucapnya yang sedikit menekankan kata 'gak tau' di nada bicaranya.     

Menghembuskan napasnya, tatapan El selalu mengarah ke pintu kelas yang menaruh harapan supaya sosok yang di tunggu-tunggu datang.     

"Ayo El ke lapangan, udah lima menit lagi." ucap Reza yang sudah beranjak dari duduknya, tak lupa menyenggol Mario agar melakukan hal yang serupa dengan dirinya.     

El menghembuskan napas berat, entah sudah yang keberapa kalinya. Ia menganggukkan kepala dengan perlahan-lahan, agak ragu untuk mengiyakan ajakan Reza.     

Tapi, kalau ia menunda diri dan masih berada di kelas sedangkan yang lain sudah berbaris di lapangan, bisa-bisa ia malah terkena teguran walaupun tidak terlalu kejam.     

"Oke deh, ayo."     

Apalagi mengingat tingkah OSIS yang sok berkuasa di sekolah, tidak pernah memandang El sebagai cucu dari sang pemilik sekolah. Pasti, mereka dengan sok sangar akan menjalankan tugas mereka tanpa memandang bulu dan tanpa merasakan kasihan.     

Mereka bertiga keluar kelas yang seperti biasa menjadi pusat perhatian.     

"Eh tumben nih gak ada Nusa-nya, kemana dia?"     

"Nusa udah punya temen kali, temen cewek selain ketiga cowok itu makanya mencar duluan."     

"Tapi gue daritadi gak liat Nusa loh."     

"Gak tau deh, gue gak merhatiin se-detail itu."     

Terdengar perkataan orang-orang yang saat ini membahas tentang dimana hadirnya Nusa?     

Jangankan mereka, El yang bernotabene pacarnya saja tidak tau kemana perginya Nusa. Dengan di janjikan tidak perlu menjemput cewek itu ke rumahnya, El pikir tidak akan ada kejadian seperti ini karena Nusa selalu datang pagi-pagi buta. Namun, sepertinya keadaan agak berbelok untuk saat ini.     

Dalam hati, El memikirkan kemana perginya Nusa. Ia sampai memperhatikan setiap sudut jalan, berharap kalau dirinya akan berpas-pasan dengan sosok yang saat ini di maksud.     

"Lo sabar aja si El, positive thingking mungkin Nusa terlambat." ucap Mario sambil menepuk-nepuk pundak El sebanyak tiga kali.     

Mendengar itu, Reza menyentuil dahi Mario. "Itu bukan positive thingking, ogeb. Tapi itu negative thingking."     

El tidak merespon, ia masih menaruh harapan setidaknya Nusa jangan terlambat karena hari Senin di SMA Adalard bagaikan neraka. Bahkan, anak bandel yang susah di atur sekalipun akan dengan menurut berbaris untuk ber-upacara di lapangan saking horror-nya haru Senin disini.     

…     

Next chapter     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.