Elbara : Melts The Coldest Heart

Tidak Telat, Tapi Pingsan



Tidak Telat, Tapi Pingsan

0"Dadah ya Kak Rehan, Nusa masuk dulu ya Kakak hati-hati di jalan."     
0

Setelah memenrikan helm berwarna pink ke tangan Rehan, Nusa segera melesat dengan berlari cepat di arah gerbang SMA Adalard yang beruntung masih terbuka.     

Ya, masih ada waktu dua menit sebelum upacara di hari Senin benar-benar terlaksana.     

Ia tidak mempedulikan Rehan, dan dirinya juga yakin kalau sang kakak tidak mempermasalahkan hal itu karena kondisinya saat ini tengah mengejar waktu supaya tidak telat masuk barisan.     

Napas Nusa terengah-engah karena berlari dengan kecepatan yang sangat. Sampai pada akhirnya, tubuh mungilnya sudah berada di dalam gerbang. Ia menghembuskan napas begitu mengetahui kalau dirinya tidak telat.     

"Loh Neng baru dateng?"     

Suara bariton itu mengejutkan Nusa karena memang ia sengaja berhenti terlebih dulu untuk mengatur napas, menolehkan kepala dan terlihatlah seorang security yang kini sudah berada di sampingnya.     

Nusa menganggukkan kepala. "Iya nih Pak, beruntung belum telat." ucapnya sambil mengusap peluk di dahi.     

Masih pagi, tapi tubuh Nusa sudah bandir dengan keringat. Terasa sekali saat dirinya berhenti, seluruh tubuhnya terasa panas dan membutuhkan minuman untuk menghilangkan perasaan lelah.     

"Buruan atuh Neng, tuh udah kedengeran pembukaannya. Bapak mau nutup gerbang dulu,"     

"Iya, Pak."     

Nusa melihat sang security yang berjalan ke arah gerbang. Beruntung sekali hari Senin ini yang jaga memiliki sifat baik, coba saja si security menyebalkan, pasti saat ini dirinya di tahan dan tidak boleh memasuki gerbang.     

Ia segera berlari ke arah lapangan yang sudah ramai. Dengan mengendap-endap supaya tidak terlalu kelihatan, ia sampai pada barisan paling belakanh dan berjalan dengan sedikit membungkukkan tubuhnya supaya tidak terlihat oleh guru yang sudah berada di barisan paling depan.     

Ada beberapa pasang mata murid yang melihatnya mengendap-endap seperti ini, namun lebih memilih untuk diam karena takut kalau ikut campur pasti akan berurusan dengan El yang dimana di takuti oleh seluruh siswa.     

Nusa melihat-lihat yang mana kira-kita barisan kelasnya, dan saat ini ternyata ia belum melihat satupun batang hidung teman sekelasnya. Apa emang penglihatannya yang kurang jeli, ya?     

"Psttt, sini Sa."     

Tiba-tiba, tangan Nusa di tarik oleh seseorang. Ia melihat Moli yang ternyata menarik ke barisan kelas cewek tersebut, entah mengapa anak paling pintar di sekolahan ini malah baris di barisan palinng terakhir.     

"Lah kamu ngapain disini?" tanya Nusa.     

"Kok malah nanya gitu? Baris lah, udah jelas jawabannya, Sa." balas Moli sambil terkekeh kecil. Ia menaruh jemari telunjuk di depan mulutnya seolah menyuruh Nusa untuk diam dan tidak banyak berbicata lagi.     

Dikarenakan tubuh Moli yang agak lebih tinggi jika dibandingkan dengan tubuh Nusa, menjadikan Nusa saat ini seperti tengah berlindung di balik tubuh sahabat ceweknya itu.     

"Makasih ya, Moli." bisik Nusa dengan penuh ketulusan. Kalau Moli tidak menarik tangannya untuk segera masuk ke dalam barisan, mungkin saat ini ia masih mencari-cari dimana keberasaan barisan kelasnya.     

Moli yang sudah menatap lurus ke depan dengan fokus pun terpaksa menolehkan kepala sekilas ke belakangnya. "Iya sama-sama, tapi lepas juga kali tas kamu. Atau gak gitu aja deh biarin, untung kamu pakai tas kecil."     

Ya, untungnya. Bayangkan kalau Nusa pakai tas sekolah berukuran standar, sudah gitu berwarna pink pula, pasti keberadaannya sangat mencolok.     

Tadi malam, entah mengapa Nusa berinisiatif untuk segera mengganti tas dengan ukuran yang lebih kecil daripada yang biasanya. Sepertinya, ia memang harus berterimakasih pada diri sendiri.     

Nusa mulai mengatur napas karena saat ini dadanya yang bergemuruh belum berdetak dengan normal.     

…     

Suara agak berisik dari sisi kiri membuat Mario penasaran. Sebagai murid yang terkadang susah di atur ini, ia tetap saja penasaran dan tidak bisa membendungnya.     

Pada akhirnya, ia menolehkan kepala ke sumber suara yang walaupun samar-samar namun bisa terdengar olehnya.     

"Lo ngapain?" bisik Reza yang berada tepat di belakang Mario. Melnyaksikan tingkah sahabatnya yang menolehkan kepala, terlihat begitu kentara dan takutnya nanti di tegur guru.     

Mario mengembalikan posisi, namun kini memundurkan langkah supaya mendekati Reza agar ia tidak perlu bersusah payah kalau ingin mengobrol. "Gue rasa ada Nusa." balasnya dengan pelan.     

Bohong kalau El tidak mendengar apa yang dikatakan oleh Mario karena saat ini dirinya berada di samping kedua sahabatnya yang kalau mereka mengobrol, jelas saja ia mendengarnya. Namun, ia lebih memilih menyimak karena ucapan Mario belum tentu adanya.     

Reza menaikkan sebelah alis, lalu menolehkan kepala ke arah dimana tadi Mario melihat ke arah sana. "Yang mana sih? Gak keliatan, ketutupan yang lainnya." ucapnya sambil menatap lurus lagi seolah-olah dirinya tadi tidak menolehkan kepala.     

Mendengar ucapan Reza yang tidak becus melihat membuat Mario berdecak kesal. "Itu yang pas banget di bawah pohon, kalau gak salah sih depannya si Moli."     

"Woy lo berdua ngobrol terus, nanti di tegor loh." ucap seorang cewek dari kelas sebelah, namanya Faradya. Cewek yang terkenal menyukai Mario dengan sangat, kalau dapat di samakan ia bisa seperti Priska yang mengejar El. Oh ya, bedanya Faradya bermain lembut jika Priska yang doninan sangatlah kasar.     

Mario menjulurkan lidahnya, tidak peduli dengan teguran yang membawa-bawa ancaman akan di tegur. "Bodo."     

El akhirnya memutuskan untuk menolehkan kepala ke arah yang di maksud oleh Mario, ia sampai menyipitkan kedua bola mata karena belum menemukan sosok yang dicari.     

"Tuh El, yg samping kirinya ada cewek pakai jepitan merah." ucap Mario yang menyadarinya, langsung memberikan arahan yang lebih spesifikasi.     

El memperjelas penglihatan, sampai pada akhirnya ia menemukan sosok yang di cari. Berada di barisan paling belakang, memakasi tas berwarna pink yang berukuran lebih kecil daripada yang biasanya di pakai.     

Menghembuskan napas lega, akhirnya El dapat melihat Nusa dalam keadaan baik-baik saja. Cewek itu tidak telat, buktinya masih bisa memasuki barisan karena biasanya baginyang telat masuk akan di tahan di gerbang sekolah sampai upacara berakhir pun masih di berikan ceramah dan tidak melupakan hukuman atas keterlambatan.     

"Tuh kan bener El ada cewek lo, selamat sampai tujuan tuh dia sehat wal afiat." ucap Reza yang juga sudah menemukan keberadaan Nusa seperti apa yang dikatakan oleh Mario.     

El menganggukkan kepala, namun ia berpikir kenapa Nusa malah berbaris di kelas lain. Mungkin tidak memiliki cukup waktu untuk mencari kelasnya.     

"Dah gak usah kayak orang ditinggalin gitu dong, lo diem-diem aja karena udah ngerasain tenang nih kalau—"     

Bruk!!     

Tiba-tiba ada suara sesuatu terjatuh.     

Perhatian orang-orang langsung teralihkan ke sumber suara. Dan …     

"EL, CEWEK LO PINGSAN!"     

Mendengar pekikan tersebut yang entah di ucapkan oleh siapa, membuat El sedikit membelalakkan kedua bola mata dan langsung berlari ke arah Nusa yang tampak terjatuh menyentuh aspal lapangan.     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.