Elbara : Melts The Coldest Heart

I Love You



I Love You

0"Kamu jangan banyak gerak Sa, nanti malah gambarnya kabur."     
0

"Masa gambar bisa kabur kayak orang, aneh."     

Nusa tertawa ketika mendengar ucapan 'gambar kabur' yang dikatakan oleh Rehan.     

Saat ini, mereka berada di tengah-tengah kebun teh yang berwarna hijau. Menyegarkan mata, memberikan ketenangan bagi siapapun yang menatapnya saat ini.     

Sudah siap dengan tripod yang di posisikan, namun saat ini kebetulan Rehan juga membawa kamera jadi niatnya ingin memotret Nusa sendiri yang berada di hamparan kebun teh.     

Sungguh, pemandangannta sangat indah. Alam memang pantas untuk di nikmati sebagai sarana untuk media melepas penat yang paling ampuh.     

"Yang bener Sa gayanya, kan Kakak mau ambil poto kamu. Kalau Kakak belum sampai pada hitungan ketiga, jangan gerak dulu tetep diem." ucap Rehan yang mengingatkan karena sang adik memang kebiasaan bergerak padahal hitungannya belum selesai.     

Nusa menggaruk pipinya yang tidak gatal. "Ribet banget ya." keluhnya, namun tetap saja memposisikan tubuh dan mengambil pose yang tidak membuatnya kelelahan karena berpose terlalu lama. "Ayo, nih aku udah bergaya lagi, Kak Rehan." sambungnya.     

Menganggukkan kepala, Rehan mulai bergerak mengambil posisi layaknya seorang fotografer yang ingin memotret sang model.     

"Oke, tahan ya." ucapnya begitu mendapatkan angel foto yang menurutnya sudah sesuai dan tentu saja bagus. "Satu, dua, tiga."     

Cekrek     

Mengecek hasil foto tersebut, dan satu potret berhasil terabadikan dengan sempurna. Rehan tersenyum, menyadari kalau wajah Nusa mirip sekli wajah Ibu mereka.     

"Kak, hasilnya oke gak?" Pertanyaan Nusa membuat Rehan memutuskan pemikiran tentang ibu mereka.     

Rehan mengangkat ibu jari ke udara. "Oke kok, aman." balasnya yang diikuti dengan senyuman yang tipis namun manis.     

Nusa memperhatikan Rehan yang sangat telaten, ia memiliki banyak sekali keterampilan. Pandai memasak, pandai mengambil foto —fotografer—, pandai menjadi barista, pokoknya pandai dalam berbagai macam bidang.     

"Ya udah sekarang ayo foto berdua Nusa pakai hp Nusa tuh yang udah ada di tripod, aku juga udah nyalain timer sepuluh detik. Ayo Kak di pencet, mumpung cahayanya bagus." ucapnya dengan bawel, bahkan sampai memeriksa kondisi matahari yang memang menyorotnya.     

"Ini mah cahaya mataharinya bukan bagus lagi, Sa. Kamu mah mau jemur diri sendiri sama Kakak, ya? Ini panas banget gila, tengah hari." balas Rehan sambil mengelap peluh di dahi dengan lengan kemejanya.     

Namun, tak ayal Rehan menuruti kemauan Nusa. Ia menganggukkan kepala, setelah itu memasang timer dan segera berlari ke arah Nusa sambil mengambil pose.     

Beberapa menit pun di habiskan untuk mereka berfoto-foto bersama. Menjadikan Nusa begitu merasa senang karena dapat mengabadikan banyak foto bersama orang kesayangannya, orang nomor satu yang ia sayangi.     

"Lagi apa gak? Butuh seribu foto atau berapa?" tanya Rehan. Ia mah selagi Nusa belum mau berhenti, di situlah ia menemani dan memutuskan untuk menuruti keinginan adik kecilnya yang manis. Saat ini, ia sudah hampir mati gaya dan pada akhirnya bertanya seperti ini.     

Nusa yang tau kalau Rehan sudah sedikit muak dengan acara foto-foto ini pun menganggukkan kepalanya sambil terkekeh kecil. "Iya maaf, abisnya suka banget aku foto-foto di alam, apalagi fotonya sama Kak Rehan." balasnya.     

Ia berjalan menuju tripod, lalu melepaskan ponselnya di di jepit pada sebuah alat. Ia tidak memeriksa hasil fotonya, namun langsung memberikan aba-aba kepada Rehan untuk menepi agar cahaya matahari tidak mengenai kulitnya.     

Akhirnya, mereka sudah berada di tepian.     

Rehan membantu Nusa untuk merapikan tripot, melipatnya kembali dan memasukkannya ke dalam tas yang di gendong punggung oleh cewek tersebut. Setelah itu, mengibaskan tangan di depan wajahnya. "Kakak beliin minum dulu ya, kamu tunggu disini aja ya jangan kemana-mana dan jangan bandel." ucapnya yang pamit.     

Nusa menganggukkan kepala, mengiyakan apa yang dikatakan oleh Rehan. Lagipula, memang tenggorokkannya kering sih karena beberapa menit lalu berdiri di bawah sinar matahari yang menaikkan suhu tubuhnya.     

"Iya Kak, beli gih Nusa juga haus. Aku mau minuman isotonik ya Kak, biar seger."     

"Oke deh, kamu nepi dulu tuh duduk di pinggiran tapi cari tempat yang bersih."     

Setelah memberikan Rehan jempol seolah mengatakan kalau dirinya baik-baik saja, Nusa melihat sang kakak yang mulai berjalan menjauh darinya untuk ke penjual minuman.     

Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Rehan, Nusa memilih untuk duduk di tepian kramik dan tentu saja yang bersih.     

Nusa menatap ponsel, lebih tepatnya kini mulai melihat-lihat beberapa foto yang terabadikan. Banyak sekali pose yang menggemaskan, apalagi ada pose Rehan yang terlihat sangat menyebalkan menyuruhnya untuk sedikit merendahkan tubuh supaya cowok itu terlihat lebih tinggi darinya.     

"Mentang-mentang Nusa pendek malah di nistain, huh dasar Kak Rehan nyebelin, tapi hasil fotonya lucu banget ih."     

Senyum-senyum sendiri saat melihat banyaknya foto, Nusa mengulum senyuman di saat slide terakhir malah memperlihatkan foto selfie-nya bersama dengan El.     

Terlihat, Nusa menjulurkan lidah ke arah kamera dan El yang tersenyum sangat manis.     

Entah dari mana perasaan rindu berasal, namun saat ini tiba-tiba Nusa merindukan El.     

Akhirnya, ia memutuskan untuk menghubungi cowok tersebut sembari menunggu Rehan yang membeli minum untuk mereka.     

Alvira memutuskan untuk melakukan panggilan video call, terdengar dering kecil yang berasal dari ponselnya pertandang tengah menghubungi seseorang yang dituju.     

Sampai pada akhirnya …     

"Kenapa sayang?"     

Suara bariton milik El terdengar jelas di indra pendengaran Nusa, membuat dirinya tersenyum lebar sambil memposisikan wajahnya sejajar dengan layar ponsel.     

Nusa melambaikan tangan ke arah kamera. "Kangen, Nusa tiba-tiba kangen banget sama El." ucapnya dengan malu-malu, bahkan semburat merah jambu terlihat jelas di permukaan wajahnya.     

Terlihat El yang tertawa. "Si manis gue tumbenan banget lo kangen sama gue, ada apaan nih?"     

"Ya elah baru banget ketemu kemaren lo berdua." Itu adalah suara Mario yang seolah meledek Nusa yang menghubungi El haya sekedar kangen.     

Nusa mendengus. "Biarin aja wle, emangnya Mario? Gak ada yang kangenin kamu, kasian." balasnya.     

Terdengar suara tawa, jelas saja mentertawakan nasib Mario yang jelas-jelas dikatai balik oleh Nusa. Memang pacarnya El yanh satu itu sangat berbeda.     

"Ya udah, lo pulang kapan? Jam berapa?" tanya El pada akhirnya yang seperti ingin mengatur jadwal.     

Nusa tampak mengerutkan kening, seperti berpikir. "Gak tau sih, tapi ini Nusa udah selesai cuma paling tinggal jalan-jalan. Ke rumah malem bisa gak kamu?" balasnya.     

"Bisa aja kok, jam tujuh gue langsung ke rumah lo ya, gimana?"     

"Oke, nanti Nusa bilang ke Kak Rehan ya."     

"Siap sayang, jangan kangen lagi nanti gue ke rumah lo kok."     

Nusa tersenyum, menganggukkan kepala dengan penuh semangat. "Makasih ya udah selalu wujudin kemauan aku, i love you El."     

"I love you too, Sa."     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.