Elbara : Melts The Coldest Heart

Menebus Rasa Kangen



Menebus Rasa Kangen

Rehan sedang duduk manis di sofa ruang televisi sampai pada akhirnya telinganya mendengat suara bel rumah yang terdengar sampai ke telinganya.     

"Ih siapa si malem-malem bertamu?"     

Padahal, ia sedikit mengeluh. Namun pada akhirnya, dengan terpaksa pun meninggalkan sofa empuk yang menjadi tempat duduknya, tak lupa membiarkan ponsel tergeletak di atas meja. Ia berjalan ke arah pintu utama, setelah itu sedikit mengintip dari jendela karena takut hanya orang iseng yang tidak memiliki keperluan.     

Dan voila, kini di teras rumahnya terlihat El yang berdiri di depan pintu. Karena tidak ingin membiarkan cowok itu menunggu, Rehan pun membuka pintunya lebar-lebar sampai iris mata mereka saling bertatapan.     

"Lo ngapain Tuan muda bertamu malem-malem?" tanya Rehan, menatap tubuh El dari atas sampai bawah, penampilan cowok tersebut tak cukup rapi yang dalam artian memang berniat hanya ingin ke rumahnya.     

El menaikkan bahu, ia merasa kalau Rehan sudah tau jawabannya. "Nusa kemana, Han? Tadi dia yang nyuruh gue ke sini." ucapnya yang mengatakan maksud dan tujuannya kesini.     

Kalau boleh jujur, Rehan sudah membaik dan memperlakukan El sebagaimana seharusnya. Ia tidak lagi mencoba mengingat tentang kesalahan cowok itu yang fatal, dalam artian ia sudah sepenuhnya memaafkan cowok itu,     

"Tidur, lo masuk aja nanti gue bangunin. Kan lo berdua udah janjian, kalau gue gak bangunin dia, pasti besok dia marah-marah sama gue kayak macan." ucap Rehan yang menggeser tubuhnya agar El bisa masuk ke rumahnya.     

El menganggukkan kepala. "Iya, thanks ya." balasnya. Seperti apa yang telah diizinkan oleh Rehan, ia melangkahkan kaki masuk lebih dalam yang di susul si pemilik rumah dari belakang.     

Sebelumnya, El sudah melepaskan sneakers beserta kaos kakinya di dekat rak sepatu.     

"Pasti Nusa yang nyuruh lo kesini gara-gara kangen, iya kan?" tebak Rehan. Namanya juga Kakak kandung Nusa, pasti ia sudah hapal dengan sifat dan perilaku cewek satu itu. Ia bisa menebak dan 100% tebakannya benar mengenai Nusa, ia sangat yakin kalau sang adik mengatakan sesuatu tentang kerinduan.     

El terkekeh kecil, lalu menganggukkan kepala, membenarkan tebakan Rehan. "Iya bener, ya gue sebagai cowoknya sih milih buat nurutin dia." balasnya.     

Mereka berjalan dan sampai pada ruang televisi dimana Rehan tadi berada, ponselnya pun masih tergeletak dengan layar meredup di atas meja.     

"Lo duduk dulu aja gih, biar gue panggilin Nusa di kamarnya." ucap Rehan yang mempersilakan. Sebagai tuan rumah, ya kalau ada tamu itu bukan dirinya lagi yang raja, namun tamunya adalah rajanya untuk saat ini.     

El menganggukkan kepala, akhirnya memutuskan untuk mendaratkan bokong di atas sofa yang empuk. "Iya, tapi kalau Nusa gak mau bangun mah jangan di paksa ya, Han."balasnya, lalu menyandarkan tubuh pada sandaran sofa untuk mengistirahatkan diri terlebih dulu,     

Melihat El yang sudah bersantai, Rehan mengerti kalau cowok tersebut juga terlihat tidak ingin mengganggu tidur Nusa. "Oke, sesuai permintaan lo aja deh biar kalau dia gak mau bangun, besok pagi gue punya pembelaan dari lo."     

El tertawa ringan. "Ogah, gak gue bantu kalau lo dimarahin Nusa."     

"Yeh gitu lo, saling menguntungkan lah. Mudah-mudahan aja Nusa mau bangun, masa ketemu pacarnya gak mau?"     

"Iya juga, dah sana Han nanti kelamaan."     

Rehan memberikan ibu jari untuk El seperti mengatakan 'oke', lalu ia memutuskan untuk melangkahkan kaki ke arah tangga rumah untuk menuju kamar Nusa.     

Kebiasaan sekali memang adiknya itu. Kalau memiliki janji dengan seseorang dan masih memiliki senggang waktu untuk beristirahat, maka ia akan memutuskan untuk tertidur lebih dulu.     

Sesampainya di depan pintu kamar, Rehan mengetuk pintu sebanyak tiga kali untuk permisi sebelum masuk ke kamar Nusa. "Nusa, kamu udah bangun apa belum?"     

Di tunggu sampai semenit kemudian, namun tak ada jawaban. Maka, di saat itah Rehan tau kalau Nusa sama sekali belum terbangun dari tidurnya.     

Rehan meraih gagang pintu, lalu mendorongnya. Kini, terlihat kamar Nusa yang sangar rapi, semua barang berada di tempat yang seharusnya. Ia melangkahkan kaki, sudah berada di kamar sang adik.     

"Ya ampun gak sesak apa ya tidur tapi badannya di tutupin semua pakai selimut?"     

Menghembuskan napas, Rehan menggelengkan kepalanya berkali-kali. Segera berjalan mendekati kasur king size Nusa, dan berhenti di sampingnya. Lalu, tangan terjulur untuk menarik selimut tersebut. Setidaknya, wajah Nusa terlihat supaya memudahkan untuk bernapas.     

Rehan memutuskan untuk duduk di tepi kasur, lalu tangannya berpindah untuk mengelus puncak kepala Nusa dengan perlahan dan penuh dengan kelembutan. "Sa.. bangun hei." Ia membelai rambut Nusa dengan penuh kasih sayang, berusaha untuk membangunkan sang adik dengan perlahan agar tidak kaget saat terbangun.     

"Ada El tuh nungguin kamu di ruang tv, bangun. Katanya kamu janjian ketemu El, bangun yuk."     

Bujukan Rehan sepertinya berhasil, terbukti kini kedua bola mata Nusa mulai terbuka.     

"Hmmmm, apaan si Kak? Siapa? El?" Masih setengah sadar, Nusa memaksakan diri untuk mengerti dengan situasi pada saat ini. Ia bahkan merenggangkan kedua tangan, terasa otot-otot tangannya yang pegal.     

Rehan memberikan senyuman yang sangat manis, lalu menarik kembali tangan dan berhenti mengelus puncak kepala Nusa. "Ada El tuh di bawah, bangun. Kamu mau lanjut tidur apa gimana? Katanya udah janjian sama El, nanti kalau Kakak gak kasih tau besoknya kamu ngambek."     

Mengatur napas, Nusa mengusap bola matanya dengan perlahan sambil menguap untuk mengusir kantuk yang menyerang tubuhnya.     

"El? Oh iya aku buat janji sama dia. Aku suruh ke rumah, kangen." Ia beranjak dari tidurnya, mengubah posisi menjadi duduk tegak di atas kasur.     

Rehan yang mendengar itu pun memutar kedua bola matanya. "Apaan sih lebay banget, kangen-kangenan segala. Kamu kan udah puas kemaren ke pasar malem, pulang tengah malem, masih aja kangen." ucapnya.     

Nusa terkekeh kecil, ia menggaruk lengannya. "Ya udah Nusa mau cuci muka dulu, jelek banget kayaknya bangun tidur." ucapnya sambil membenarkan rambutnya yang terasa acak-acakan.     

Rehan menganggukkan kepala. "Lo ada janji mau keluar apa gimana? Ini udah malem, kalau mau keluar jangan jauh-jauh soalnya besok sekolah."     

"Enggak kok, Nusa sama El gak kemana-mana, di rumah doang kok."     

"Oh ya udah kalau gitu mah bagus, asli. Kakak mah cuma bilangin aja, jangan malem-malem gitu soalnya besok sekolah."     

Nusa menganggukkan kepala, ia sudah paham dengan kakaknya yang over protective. "Enggak, Nusa juga paham kali. Itu kan kemarin pulang tengah malem gara-gara aku sama El pergi lumayan jauh, abis itu seru banget naik berbagai macam wahana."     

Rehan tersenyum, ia dalam diam berterimakasih kepada El karena sudah membuat bahagia sang adik. "Ya udah, jangan buat cowok kamu nunggu. Kakak tunggu di bawah juga ya,"     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.