Elbara : Melts The Coldest Heart

Mengobati Rasa Kangen



Mengobati Rasa Kangen

0Sudah memoles wajah dengan bedak dan lipbalm, wajah Nusa saat ini terlihat lebih fresh daripada sebelumnya saat ia bangun tidur.     
0

Menatap pantulan wajahnya di cermin, Nusa tersenyum puas karena muka bantal sehabis bangun tidur sudah terhempas.     

Menepuk-nepik pipinya dengan perlahan, setelah itu ia mengambil ponsel yang tergeletak di meja rias. Bersiap untuk keluar kamar dengan senyuman manis yang membingkai di permukaan wajah.     

Perlahan tapi pasti, Nusa mulai menuruni satu persatu anak tangga. Dan ya, ia sangat senang mengenai kedatangan El yang dimana membuat suasana hatinya membaik.     

Rasa rindu akan terobati, terasa indah sekali.     

Ia menginjakkan kaki di lantai dasar, menatap ke arah ruang televisi dan di sana melihat dua orang cowok yang dikenali sedang mengobrol dengan terlihat sangat akrab.     

Nusa melangkahkan kaki buru-buru ke arah El, lalu begitu sampai di dekat mereka, ia langsung mendekati El dan memeluknya dari belakang. "Hai pacarnya Nusa." sapanya dengan senyuman yang mengembang.     

Mendengar itu, El dan Rehan dengan serempak menolehkan kepala ke sumber suara. Melihat seorang cewek cantik yang sudah berada di belakang El, wajahnya tersenyum berseri.     

"Eh cantiknya Rehan," ucap Rehan menyadari kalau mereka butuh waktu untuk berdua. Yang tadinya tengah asik membahas mengenai sepak bola, ia pun memutuskan untuk beranjak dari duduk. "Ya udah ya lo berdua gue tinggal dulu, gue mau ke kamar." sambungnya.     

El menganggukkan kepala. "Kapan-kapan kita lanjut lagi ngobrolnya." ucapnya.     

Rehan memberikan ibu jari untuk El, setelah itu melangkahkan kaki menjauh dari sepasang kekasih yang dimabuk asmara. Hei, daripada ia terlihat jomblo di antara sang adik dengan keponakan dari bos-nya, lebih baik ia meninggalkan mereka berdua.     

El mendongakkan kepala, kedua matanya langsung bertabrakan dengan manik mata milik Nusa yang sangat indah. Melihat cewek itu yang tersenyum lebar, membuat dirinya juga menampilkan senyuman ketulusan.     

"Hai pacarnya El yang cantik, mau kemana sih cantik banget?"     

"Emang Nusa cantik? Padahal cuma pakai baju over size sama celana pendek, penampilan aku buruk."     

"Kata siapa? Di mata gue, lo tetep terlihat cantik."     

Mendengar El yang memuji dirinya, membuat Nusa tersipu malu dengan kedua pipi yang tampak memerah bak kepiting rebus. "Bisa aja." ucapnya.     

Setelah itu, Nusa melepaskan pelukannya dari tubuh atletis El. Ia melangkahkan kaki, memutari sofa dan memutuskan untuk duduk bersebelahan dengan cowok tersebut. "Kelamaan nunggu aku, ya? Sampai berapa menit yang lalu?" tanyanya, merasa bersalah.     

El melihat ke arah jam dinding, lalu mengangkat bahunya. "Kalau di tambah lo siap-siap, mungkin dua puluh menit yang lalu." jawabnya, kembali mengunci tatapan pada cewek yang berada di sebelahnya.     

Ya namanya juga cewek, kalau bersiap-siap ingin bertemu dengan kekasih pasti menbutuhkan waktu yang sangat lama.     

Jawaban El membuat Nusa merasa bersalah, kedua alisnya tampak menurun pertanda kalau dirinya menyesal sudah memilih untuk tidur setelah pulang jalan-jalan bersama Rehan —tentunya ia sudah bersih-bersih tubuh sebelum tertidur—.     

"Maaf ya." Nusa mengatakan dengan nada bicara rendah, menyesal. Saat ini, ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Buat kamu nunggu lama, ya habisnya Nusa jelek banget baru bangun tidur." sambungnya sambil mendengus.     

El tertawa, lalu menggelengkan kepalanya. "Mau lo baru bangun tidur, mau lo abis kecebur, atau apapun itu, gue tetep anggep lo cantik." balasnya. Seperti biasa, ia menjulurkan tangan untuk mengelus-elus kepala Nusa dengan sangat lembut.     

"Emangnya kenapa El selalu bilang Nusa cantik?" tanya Nusa yang penasaran. Padahal, menurut pandangannya juga ia masih tergolong kaum biasa saja jika di bandingkan dengan Kylie Jenner.     

El mengangkat bahu, ia memutuskan untuk mengubah posisi duduk menjadi tiduran dengan paha Nusa yang dijadikan sebagai bantal. "Ya karena menurut gue, lo itu cantik. Gak ada lagi alesan lainnya yang mendukung lebih dari itu, di mata gue lo cantik, selesai." jawabnya.     

Menatap wajah orang yang di sayang dengan lekat membuat hati El terasa seperti dipenuhi dengan jutaan kupu-kupi. Ia tersenyum begitu melihat Nusa yang juga membingkai senyuman.     

Tangan Nusa bergerak untuk mengelus-elus pipi El dengan perlahan. Tatapannya melembut, ia memang adalah cewek yang memiliki perasaan lemah lembut. "El juga ganteng, semua orang pasti udah pernah ngomong ke kamu. Tapi kali ini, kamu ganteng menurut versi Nusa."     

"Emang gue menurut versi lo gimana?" tanya El yang ternyata penasaran seperti tertarik untuk membahasnya bersama dengan Nusa.     

Nusa tampak berpikir, mengumpulkan jawaban yang sepertinya akan menjawab pertanyaan El barusan. "Ya kamu itu ganteng menurut aku karena bisa berubah menjadi sosok yang sayang banget sama aku, El. Kamu berani ninggalin sifat kamu yang kayak kulkas demi jadi matahari buat aku."     

Mendengar tuturan perkataan Nusa menjadikan El tersentuh, ia meraih tangan cewek tersebut. Menggenggamnya dengan erat, setelah itu mencium punggung tangannya dengan lembut.     

"Lo tau kenapa gue berubah buat lo tapi gak pernah berubah buat orang-orang yang udah lama ada di hidup gue, contonya nyokap, bokap, sekalipun Alvira?"     

"Gak, Nusa gak tau alesannya. Nusa kira, awalnya El mau ngebaperin Nusa doang, terus pas Nusa udah baper kamu milih ninggalin aku."     

El tertawa dengan jalan pikir Nusa yang menurutnya terlalu negatif.     

"Enggak, bukan gara-gara itu. Gue berubah ya karena lo pantes di perlakuin sebaik mungkin sama gue. Lo cewek pertama yang berhasil bikin gue terkesan, yang berhasil bikin gue sayang, yang berhasil bikin gue tergila-gila kayak sekarang."     

Nusa tersenyum. Ia menghembuskan napasnya, masih melanjutkan kegiatannya yang mengelus-elus pipi El dengan perlahan. "Makasih ya udah berubah. Nusa ngerasa lengkap kalau ada El, kan kadang Kak Rehan gak bisa selalu ada buat aku karena kerja. Kan kalau sama kamu, di sekolah pun ada yang jagain."     

"Lo udah jadi milik gue, siapa yang berani nyakitin lo, dia yang bakal kena sama gue sekalipun cewek."     

"Jangan kasar sama cewek, El. Kalau kasar, sama aja kamu nyakitin aku."     

"Emangnya lo mau di samain kayak cewek seperti Priska yang pantes buat di kasarin, hm?"     

Menimang-nimang pertanyaan El, akhirnya Nusa memilih untuk menggelengkan kepala penuh dengan ketegasan. Memangnya siapa yang ingin menjadi seperti Priska? Tidak ada.     

Cewek yang tidak memiliki hati, pasti banyak orang yang berpikir dua kali untuk menjadikannya sebagai sosok panutan.     

"Enggak, gak mau. Priska jahat, tukang bully, Nusa gak mau kayak dia." jawabnya, terdengar nada bicara yang sedikit ketakutan.     

El sadar, lalu menatap Nusa dengan dalam. "Lo mau jujur gak sama gue? Kita pacaran, jangan ada rahasia-rahasiaan."     

Nusa yang merasa tidak pernah menyembunyikan apapun langsung menganggukkan kepala. "Iya, Nusa bakalan jawab jujur."     

Sebelum bertanya, El mengambil napas terlebih dulu dan menghembuskan napasnya. "Jujur sama gue. Perihal lo kekunci di loker area renang sekolah, itu ulah Priska, kan?"     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.