Elbara : Melts The Coldest Heart

Menemukan Solusinya



Menemukan Solusinya

0El meletakkan ponselnya di atas meja, tentu ia tidak menyalakan data seluler agar tidak ada notifikasi yang mengganggu. Namun sebelumnya, ia juga sudah memberitahu Nusa kalau dirinya akan off beberapa saat untuk alasan yang nanti dirinya beri tahu. Jangan merusak liburan sang pacar bersama kakaknya, itu pasti tidak bagus.     
0

Reza dan Mario juga melakukan hal serupa dengan El, meletakkan ponsel mereka di atas meja.     

Perundingan pun di mulai.     

"Lo inget gak sih pas yang kita jadi detektif kaleng-kaleng? Yang mau ke ruang CCTV buat bongkar siapa yang ngunciin Nusa di area kolam renang." ucap Mario yang mengawali percakapan, pertama pembahasan mereka adalah apa yang dirinya katakan ini.     

El dan Reza pun menganggukkan kepala, mengiyakan apa yang dikatakan oleh Mario. "Inget." balas mereka berdua.     

Bagaimana bisa lupa? Untuk mendapatkan bukti CCTV itu perlu effort yang tinggi, ternyata sampai tempat sudah ada yang mencuri lebih dulu daripada mereka, siapa yang bisa melupakannya?     

Mario menjentikkan tangan, seolah-olah dirinya adalah sumber pemikiran yang utama. "Nah ini gue bukannya mau nuduh apa gimana ya. Tapi lo berdua pasti udah punya firasat kuat kan kalau Priska yang ngelakuin ini juga? Tapi buat yang kasus pertama ini, mereka masih di bantu sama Disty dan Nika." ucapnya.     

"Kalau Priska aja bisa ngelukain El yang notabenenya orang yang dia sayang, gimana Nusa? Pasti sih gue yakin ini ulah mereka juga," sambung Mario menganggukkan kepalanya dengan pasti.     

Reza mengelus-elus dagunya yang bersih dari jenggot, ia memikirkan apa yang dikatakan Mario. "Ya bisa jadi sih, sumpah. Kita kan dulu juga punya pikiran ke dia kan? Karna Nusa gak mau ambil pusing, jadinya kita berusaha lupain."     

"Nah bener, tapi makin kesini Priska makin kayak nenek lampir sih bener kan ucapan gue." sambar Mario yang setengah kesal, buktinya sekarang ia mendengus.     

El menyimak lebih dulu. Ia adalah bagian penyaring disaat kedua sahabatnya memberikan pendapat, nanti ia yang memutuskan apa yang akan di lakukan setelah menarik benang merah.     

Reza menggeleng-gelengkan kepala. Ini adalah alasannya yang selalu bersikap sedikit kasar kepada Priska, ya karena cewek itu sangat tidak pantas untuk di kasihani apalagi di baiki. "Tapi lo pernah gak sih mikir kalau Nusa sebenernya maafin Priska? Dia kan perasaannya lemah lembut banget, walaupun udah di jahatin, pasti dia lebih milih maafin daripada dendam."     

Mario menganggukkan kepala, setuju. "Eh tapi nih ya." ucapnya menggantung, lalu menyipitkan kedua mata dengan intens ke arah El seolah-olah penasaran. "Lo gak di kasih tau apa-apa sama Nusa? Maksud gue, dia gak pernah nyenggol pembahasan itu sama lo, El?" sambungnya, bertanya pada cowok yang saat ini tengah diam-diam menyimak.     

Mendengar pertanyaan Mario, tentu saja El menggelengkan kepala dengan perlahan. "Gak lah, gue gak mau bawa topik pembicaraan yang buka luka di hati dia. Lo tau sendiri kalau gue pernah ngecewain dia perihal semua omongan Alvira yang gak ngenakin, kayak gak ada pembahasan lain." balasnya.     

Benar juga. Selama El resmi menjadi milik Nusa, cewek itu tidak pernah sekali-kali membahas bagaimana ketakutannya kala berada di loker cewek dengan ruangan kosong —hanya ada dirinya seorang di dalam loker—, yang tentu menghadirkan suasana mengerikan. Juga tidak pernah mengungkit kembali saat cewek itu pulang sendirian dan kabarnya di jambret namun paginya pulanh bersama Bian, dalam artian cowok itu menyelamatkan Nusa.     

Lagipula, menurut El membahas masa lalu yang merupakan luka adalah hal yang salah.     

"Terus gimana nih? Bian kita mau apain? Tapi menurut gue, Nusa gak perlu tau kali ya." ucap Reza, ia bersemangat menghajar Bian karena telah berani-beraninya menyenggol.     

"Kok Nusa gak boleh tau? Kan dalam kasus ini, gue yang di rugiin sampai kecelakaan lo gak liat nih kalau tangan gue belum lancar di bawa aktivitas? Gak ada sangkut pautnya sama Nusa," jawab El yang merasa tidak setuju. Jelas ia menentang, ini adalah permasalahannya dan Nusa wajin tau apa saja yang dirinya perbuat.     

Mario menggelengkan kepala, ia paham dengan maksud Reza. "Bukan gitu maksud Reza, El. Lo tau Priska yang nyuruh Bian buat kalahin lo di area balapan, otomatis ini semua ada sangkut pautnya sama Nusa, kenapa? Ya karena, Nusa satu-satunya cewek yang bisa dapetin lo, dan Priska gak bisa. Muncul-lah perasaan kayak Nusa gak boleh dapetin lo selain dia. Tapi, alesannya dia nyuruh Bian buat lo kalah balapan sih sebenernya agak gak nyambung ya." Ia berkata, namun di akhirannya malah bingung sendiri.     

Ya, motif segala kegilaan Priska itu jarang ada yang paham. Nanti cewek itu bisa berbuat A, namun tiba-tiba hasilnya menjadi B.     

Reza dan El serempak menghembuskan napas, dan pada akhirnya mereka bertiga berdiam diri lebih dulu untuk memikirkan langkah apa yang sebaiknya di ambil.     

Beberapa menit terdiam sambil menikmati makanan dan minuman masing-masing, tentu saja mereka saling berkutat dengan pikiran di dalam otak untuk mencari jalan keluar terbaik daripada malah mengobrol dengan banyak suara yang menyalurkan pikiran.     

"Gimana kalau kita main cantik?" Akhirnya, El mengeluarkan suara.     

Mendengar itu, Mario mengerjapkan kedua matanya berkali-kali. "Main cantik itu gimana dah? Gue ganteng El, bukan cantik."     

Reza sebal, lalu mengetuk kening Mario. "Wah pantes aja El, kepala Mario kosong makanya gak nyambung." ucapnya. "Main cantik itu artinya kayak main diem-diem aja, si target ini gak usah tau kalau kita mau bales perbuatan dia. Sampai sini, udah paham belum lo?" sambungnya, menatap Mario di sebelahnya seakan menunggu jawaban cowok tersebut.     

Mario ber-oh-ria, paham dengan maksud El dan Reza. "Oh, tapi gue tetep ganteng ya gak mau cantik." ucapnya yang masih mempermasalahkan.     

El memutar kedua bola matanya, lalu mengangguk saja. "Terserah lo deh." balasnya, lalu ia kembali menjadi mode serius. "Jadi tuh gini, kan Bian sama Priska pasti lagi nyembunyiin ini erat-erat kan dan ternyata Disty bantuin kita. Gimana kalau kita jadiin Disty sebagai orang dalem buat informasi kita gitu?" sambungnya yang menyalurkan pendapat.     

"Gimana kalau dia cepu?" tanya Reza, sudah memikirkan sekaligus menanyakan konsekuensinya.     

El menaikkan sebelah alisnya. "Lo lupa ya kalau gue Adalard? Dia nolak, gue ancem. Dia terima, gue kasih keuntungan." balasnya sambil mendengus penuh kemenangan. Siapa yang mampu menolak Adalard? Pasti musuhnya sekalipun kalau di ajak berdamai namun diberikan keuntungan, mereka pasti akan menerimanya dengan senang hati kok.     

Reza dan Mario mendengus, bukannya lupa sih sebenarnya ya kan.     

"Kita susun rencana, urusan Disty bisa gue yang urus." sambung El sambil menarik senyuman miring di permukaan wajahnya.     

Ia sudah menemukan solusi permasalahan.     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.