Elbara : Melts The Coldest Heart

Niat Membahas Permasalahan



Niat Membahas Permasalahan

0| ruang pesan |     
0

Mario     

Eh ada apaan nih masih pagi rame bener kayaknya.     

Reza     

Ada yang bikin ulah, Rio. Btw kemana aja lo baru on? Gue udah pembukaan sama El, mungkin lo baru bangun tidur kali ya.     

Mario     

Gue baru banget kelar nyuci anjir, tapi boong.     

El     

Fokus fokus!     

Mario     

Bentar ya, gue agak manjat chatan-nya dulu. Mau tau apa yang terjadi.     

Ya, setelah mendapatkan informasi yang sangat teramat berharga dari Disty menjadikan El langsung membuka rapat dadakan di grup LINE mereka.     

Mario memang baru muncul, dan cowok itu bergegas menyimak pembahasan El beberapa menit lalu bersama dengan Reza.     

Mario     

HAH?! APA-APAAN DAH? INI SERIUS? WAH BENER-BENER BANGET NIH YA BIAN NGAJAKIN GELUD, SI NENEK LAMPIR JUGA SOK BANGET PAKE BUAT PERJANJIAN SEGALA!     

Reza     

Wah kalem bos, gue tau lo emosi.     

El     

Perlu di apain lagi sih tuh bocah? Gue bingung dah sama Priska, lama-lama kayak gila.     

Reza     

Mending kita ketemuan yuk, jangan di rumah lo deh El. Mendingan kita ke tempat yang bebas buat ngomongin beginian sambil marah-marah juga biar gak ganggu orang.     

Mario     

Bener tuh, kalau perlu kita omongin langsung di depan muka Bian, biar sekalian tonjok tuh anak.     

El     

Ya udah buruan lo pada siap-siap, gue tunggu di depan komplek rumah gue. Gak pake lama, paling lama 15 menit sampai rumah gue.     

Reza     

5 menit juga gue bisa     

Mario     

^2     

Reza     

Lo gak usah bawa mobil El, kebanyakan kendaraan. Nanti lo di bonceng gue aja kalau gak Mario, cukup tunggu di teras rumah lo.     

Read     

| ruang pesan berakhir |     

Kemungkinan besar, El akan membicarakan masalah ini kepada kedua sahabatnya. Ia tentu saja tidak bisa membiarkan Priska yang tergila-gila padanya, yang malah takutnya malah memiliki keinginan lebih agar tidak ada satupun orang yang dekat dengannya.     

Takut terlampau jauh sifat cewek itu, El langsung mengambil tindakan cepat dan mengajak teman-temannya untuk berduskusi.     

Segera menyambar jaket yang tergantung di gantungan baju belakang pintu kamar, ia memakai dan mengeratkannya pada tubuh.     

Sudah mengemasi barang-barang kecil yang ingin di bawa seperti korek api dan rokok, ia tak melupakan memasukkan ponsel ke weist bag miliknya. Ia mulai memakai tas tersebut, menyilangkannya di tubuh.     

Setelah siap, butuh sedikit semprotan parfum dan sempurna. El melangkahkan kaki keluar dari kamar, setelah itu menutupnya kembali dengan rapat.     

"Kak Bara."     

"Astaga, Vira."     

Karena seruan Alvira yang tiba-tiba, membuat tubuh El terperanjat. Ia menatap sang adik yang dengan wajah polos sudah berada tepat di hadapannya, jangan lupakan senyuman yang terlihat sangat manis.     

Alvira pun memperhatikan setiap inci tubuh El, mengernyitkan alis ketika mendapati sang kakak yang terlihat rapi dengan jaket bomber yang melekat di tubuh atletis itu.     

"Mau kemana nih? Jalan-jalan ya? Alvira ikut dong, mumpung ini hari Minggu yang dalam artian sisa libur hanya haru ini doang."     

"Gak usah deh, lo di rumah aja."     

"Emangnya kenapa? Kakak mau jalan sama Kak Nusa apa gimana?"     

"Gak, dia lagi sunmori sama Rehan. Gue mau keluar sama Reza dan Mario, itu juga gue di bonceng mereka."     

"Nah pas, Kak Bara sama Kak Reza boncengan. Nah nanti aku sama Kak Mario,"     

El menggelengkan kepala. Ia bukannya pelit dan memilih untuk tidak ingin mengajak Alvira keluar, namun bayangkan saja adiknya tau siapa yang membuatnya celaka? Pasti, ini sudah dapat di pastikan kalau Alvira akan membuat masalah yang seakan membongkar segalanya.     

"Enggak-enggak, itu bukan ide yang bagus. Mendingan kamu Drakor-an aja seharian, itu lebih baik. Kakak mau ke teras dulu nunggu mereka."     

Alvira yang mendengar itu pun mengerucutkan bibirnya, lalu mendengus seakan merajuk. Namun, tak ayal kepalanya mengangguk karena tidak mungkin membantah apa yang dikagakan El. "Oke deh, Kakak hati-hati di jalan." Setelah itu, ia mendekatkan wajahnya ke El, mengecup pipi sang kakak sebagai salam perpisahan.     

Menurut mereka, ini biasa saja.     

El menganggukkan kepala, setelah itu menghembuskan napas dengan perlahan. "Lo gak apa-apa sendirian di rumah?" tanyanya.     

Ya memang beginilah El dan Alvira pada umumnya, saling pengertian. Bukan seperti akhir-akhir kemarin, yang terlihat El sangat teramat tidak peduli bahkan terbilang dingin dengan adiknya.     

Alvira menampilkan senyuman, memastikan kalau dirinya baik-baik saja dan bisa sendirian. "Gak apa-apa lah, emangnya kenapa kalau sendirian?" balasnya sambil terkekeh kecil.     

Selama El marah kepadanya, selama itu juga Alvira sendirian, masih kah kalian ingat? Ya, selama itu dirinya sendirian dan baik-baik saja.     

El menganggukkan kepala, menjulurkan tangan untuk meraih surai rambut Alvira untuk di bawa ke belakang telinga. "Oke, jaga diri lo ya walaupun di rumah aja."     

Setelah itu, El melangkahkan kaki meninggalkan Alvira yang mengulum senyuman bahagia.     

Tidak menyangka, ternyata hanya cukup meminta maaf kepada Nusa, Alvira bisa kembali merasakan kehangatan seorang El? Hei, mengapa tidak dari kemarin-kemarin saja ia mencoba untuk menurunkan tingkat keegoisannya?     

Namun pada akhirnya, Alvira memutuskan untuk mengikuti El secara diam-diam untuk menguping pembicaraan jika Reza dan Mario nantinya datang. Menurut perasaannya saat ini, mereka ingin membicarakan suatu hal yang penting. Kalau tidak penting, pasti El akan mengizinkannya untuk ikut bersama mereka.     

Alvira bersembunyi di balik jendela, menatap keluar walaupun dengan samar-samar supaya ia tidak ketahuan dari luar sana.     

El masih duduk di kursi teras sambil menatap ponsel, mungkin sedang bertukar pesan dengan Nusa? Ya memangnya siapa lagi.     

Beberapa menit kemudian, terdengar suara knalpot yang memang sudah menjadi ciri khas di genk El. Jenis knalpot mereka sama sehingga suaranya pun serupa.     

"Nah tuh dah pada dateng, tiga cogan bersatu."     

Sambil menguping, Alvira ternyata tidak mendengar apa-apa. Padahal, tentu saja rumahnya ini tidak kedap suara. Namun, mungkin jarak yang diambil dengan dimana ketiga cowok itu berpijak agak jauh.     

Hanya mendengar samar-samar seperti kemana mereka ingin menongkrong, tempat mana yang bagus sekalian bisa luapin emosi (loh?).     

"Ini mau nongkrong apa ada mau baku hantam dah?"     

Belum lagi, Mario yang ngeyel memilih tempat di dekat hutan. Namun di tolah secara keras oleh Reza yang menyentil kening Mario karena idenya yang sangat teramat buruk.     

"Oneng, bisa-bisa lo di makan serigala." Nah, kalau ngomong seperti ini saja kedengaran di telinga Alvira. Seakan takdir tidak mendukung kalau dirinya ini akan menguping pembicaraan mereka, maka yang terdengar hanya percakapan random.     

"Biarin lah, biar jadi ganteng-ganteng serigala." sahut Mario.     

Namun, tentu saja Alvira masih memilih untuk menyimak percakapan mereka.     

Lalu selanjutnya terdengar suara El yang benar-benar perkataannya membuat Alvira terkejut.     

"Ya udah ayo berangkat, kita bicarain dulu masalah ini. Bian udah bikin gue kecelakaan, Priska yang nyuruh tuh cowok buat jatohin gue."     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.