Elbara : Melts The Coldest Heart

Kebahagiaan yang Menghangatkan



Kebahagiaan yang Menghangatkan

0Setelah perjalanan yang cukup jauh, sampailah Nusa dan Rehan di tempat wisata yang memang gencar di datangi para remaja yang memilih untuk hangout bersama teman-teman, kekasih, dan juga tidak sedikit yang bersama dengan keluarga.     
0

Nusa menatap Rehan yang tengah melepaskan helm, lalu beralih untuk melepaskan helm miliknya.     

Tradisi sederhana seperti ini menjadikan pandangan orang terheran-heran dan mungkin mengira pada Nusa juga Rehan kalau mereka adalah pasangan serasi yang romantis. Padahal mah mereka sama sekali tidak tau kalau kedua orang ini adalah adik dan kakak kandung.     

"Ramai ya, Kak."     

Nusa menatap sekelilingnya, dan cukup banyak pengunjung yang memiliki tujuan sama dengannya. Liburan, refreshing untuk melepaskan penat yang terasa di tubuh.     

Rehan menganggukkan kepala, setuju dengan apa yang dikatakan oleh Nusa mengenai banyaknya pengunjung. "Iya, juga ini kan hari Minggu. Yang dimana beberapa orang yang bekerja, libur di hari ini secara serempak." balasnya.     

Tak lupa, Rehan mengamankan helm mahal-nya. Ia memilih untuk membawanya kemana-mana daripada nanti kehilangan helm. Tapi, untuk helm milik Nusa tetap di taruh di motornya karena kalau hilang juga tidak akan terasa nyesek dan bisa beli baru tanpa merasa kehilangan.     

Nusa mengaitkan jemari pada jemari tangan Rehan yang kekar, ia menampilkan senyuman lebar di wajahnya. "Yuk Kak, kita ke tempat makannya dulu sebelum foto-foto. Nusa mau makan, ternyata laper banget." ucapnya sambil menepuk perut.     

Merasa setuju dengan perkataan Rehan, ia pun tentu saja langsung peka dan melangkahkan kaki untuk mendekati rumah makan agar bisa mengganjal perut yang terasa lapar.     

Mereka berjalan dengan sorot mata orang-orang yang memandanginya.     

"Itu Nusa bukan sih? Pacarnya El yang di SMA Adalard? Apa gue salah orang?"     

"Enggak, lo gak salah orang. Iya, dia pacarnya El."     

"Gila, aslinya cantik banget. Mau gak ya dia gue deketin?"     

"Lo deketin, UGD yang bakalan nyambut kedatangan lo, gila."     

Terdengar percakapan para cowok-cowok yang berada lebih dulu di depan Nusa dan Rehan, mereka menatapi Nusa tiada henti. Cewek natural, sapuan make-up pun tidak terlalu tebal yang menjadikan kecantikan Nusa berbeda daripada beberapa cewek yang lainnya.     

Ingat, setiap standar kecantikan itu berbeda. Dan juga perlu di ingat, kalau setiap wanita itu sangatlah cantik!     

Rehan memutar kedua bola mata, ia merasa kalau sang adik menjadi pusat perhatian cowok-cowok mata keranjang. "Liat yang cakep aja langsung mau di deketin, kayak gak pernah liat cewek cakep aja kayak adik gue." ucapnya.     

Tentu, ucapan Rehan barusan di lontarkan dengan nada bicara kecil sehingga orang yang membicarakan tentang Nusa tidak dapat mendengar apa yang dirinya katakan.     

Nusa yang mendengar itu pun terkekeh kecil, ia memang saat ini mendongakkan kepala karena tinggi tubuhnya yang lebih pendek daripada Rehan. "Boilah sensi banget Kak Rehan, gemesin banget nih." ucapnya. Setelah itu, tangan kirinya yang bebas pun di angkat ke udara untuk mencubit pelan pipi cowok yang berada di sampingnya.     

"Ya kamu di omongin, masa Kakak diem aja?"     

"Iya lah diem aja, Kak. Emangnya Kakak mau ngapain? Kan juga mereka gak ngomongin hal negatif tentang aku. Selagi masih sopan, ya kan oke-oke aja."     

Rehan memilih untuk menganggukkan kepala untuk mengiyakan apa yang dikatakan Nusa. Ia masih menggenggam erat tangan adiknya, membuat dirinya seperti sang penunjuk jalan.     

Sesampainya di tempat makan, mereka langsung duduk di tempat yang berkapasitas dua orang, pas dengan jumlah Rehan dan Nusa saja. Mereka sudah duduk manis, dan menatap menu yang memang tersedia di setiap mejanya.     

"Kamu mau pesen apa, Sa?" tanya Rehan sambil meluruskan pandangan untuk menatap Nusa.     

Nusa masih melihat menu, memang tiap lembar kertas menunya di laminating sehingga menghasilkan tiga buah kertas menu dengan deretan makanan dan minuman yang berbeda.     

"Aku… kayaknya ayam bakar enak ya, Kak?" balasnya yang meminta persetujuan dari Rehan, apakah menu yang di pilihnya benar-benar berada di dalam mood atau tidak.     

Sedikit menimang-nimang, namun di detik selanjutnya Rehan menganggukkan kepala. "Boleh juga tuh, tapi Kakak pesennya ikan bakar ya? Kayaknya bosen makan ayam terus." ucapnya.     

Nusa menganggukkan kepala, lalu memberikan ibu jari ke hadapan Rehan. "Oke, kayaknya enak nanti aku mau minta ikannya."     

"Iya, saling berbagi." jawab El sambil terkekeh kecil. "Minumnya mau apa? Air mineral ya Kakak juga pesen buat kamu." sambungnya.     

Nusa kalau sudah di bilang seperti itu, pasti ia tidak akan pernah bisa untuk menolaknya. Menganggukkan kepala dengan perlahan, ia menyetujui apa yang dikatakan oleh Rehan. "Ya udah pesan air mineral sama lemon tea-nya ya?"     

"Oke, kayaknya seger tuh."     

"Selamat datang Kak, Kakak-nya mau pesan apa?" Tiba-tiba, terdengar suara selain Nusa dan Rehan. Ya siapa lagi kalau bukan pelayan dari rumah makan? Dengan membawa buku nota untuk mencatat pesanan, ia tersenyum ramah ke kedua pengunjungnya.     

Rehan menyebutkan apa yang mereka pesan. "Satu porsi ayam dan ikan bakar, terus minumannya lemon tea satu sama sprite satu, oh ya sebotol air mineral juga." ucapnya.     

Sang pelayan yang mendengarkan pesanan Rehan pun sambil mencatatnya dengan cepat, lalu menganggukkan kepala dan mengulangi pesanan Rehan.     

"Bener, Mbak." balas Rehan yang mendapati pertanyaan, apakah pengulangan menu yang dikatakan sang pelayan sudah benar atau belum.     

"Ada tambahan, Kak?" tanya sang pelayan yang tak lupa juga menatap Nusa yang sedaritadi hanya diam dan duduk manis.     

Nusa menggelengkan kepala dengan sopan. "Gak ada Kak itu aja, makasih ya makanannya aku tunggu." balasnya.     

Rehan tersenyum begitu melihat cara menjawab Nusa yang menggemaskan menurutnya.     

Sang pelayan menganggukkan kepala. "Baik, mohon di tunggu ya Kak pesanannya, terimakasih." ucapnya sambil sedikit membungkukkan tubuh dengan sopan, lalu pergi dari hadapan mereka.     

Nusa tersenyum lebar. Bukan sekali atau dua kali ia makan di temani dengan pemandangan alam yang indah, namun tidak pernah membuatnya bosan. Ia masih takjub dengan keindahan alam, warna hijaunya dedaunan terlihat damai juga menenangkan.     

"Seneng banget kamu kayaknya? Apa setiap hari aja ya Kakak bawa kamu ke alam?"     

"Kalau setiap hari, ya Kakak gak bakalan bisa kerja lah, aneh-aneh aja Kakak mah."     

Rehan tertawa. Ini adalah alasannya kenapa harus memiliki one day full with Nusa, ya karena ia ingin melihat kebahagiaan yang terpancar dari wajah sang adik. Ia merasa hangat ketika mengetahui kalau ternyata dirinya masih bisa membahagiakan orang tersayang.     

"Nanti kita foto-foto di sana ya? Mau gak kamu?" ucapnya sambil menunjuk ke hamparan kebun teh yang terlihat sangat menyegarkan.     

Tentu, Nusa menganggukkan kepala dengan semangat. "Oke, Nusa juga udah persiapan bawa tripod kok buat foto-foto bareng Kak Rehan, yeay!"     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.