Elbara : Melts The Coldest Heart

Perjalanan Sunmori



Perjalanan Sunmori

0Keesokan pagi …     
0

Cahaya mentari sudah masuk melalui celah jendela kamar, dan sang pemilik ternyata saat ini sudah berada di halaman rumah dengan pakaian casual namun masih terlihat outfit-nya keren.     

Siapa lagi kalau bukan Nusa yang memiliki wajah menawan? Rencananya sunmori bareng Rehan berjalan dengan mulus, tapi bedanya kini sudah jam 7 pagi namun mereka belum jalan karena inj adalah pintanya.     

"Nungguin apaan lagi kamu, Sa? Ada yang ketinggalan apa gimana?" tanya Rehan sambil menaikkan sebelah alis, menatap kebingungan dengan apa yang dilakukan Nusa saat ini karena sang adik kecilnya itu tengah duduk manis di teras rumah dengan arah pandang yang fokus menatap layar ponsel.     

Nusa menganggukkan kepala. "Ada Kak, aku lagi nunggu El bales pesan aku."     

Mendengar itu, Rehan menepuk keningnya lalu mengambil helm Nusa dan melangkahkan kaki ke arah cewek itu untuk memakaikan helm di kepalanya. "Ayo berangkat, tau sendiri ini hari Minggu, takut macet. Paling juga si El masih tidur, kirain gue ada apaan."     

Nusa yang mendengar perkataan Rehan pun akhirnya menganggukkan kepala, menyetujui apa yang dikatakan sang kakak. "Oke deh, yuk mendingan kita berangkat."     

"Kayaknya bakal sampe sana siang, gak apa nih panas-panasan?"     

"Ya elah Kak, selagi Nusa gak alergi sama panas matahari mah gak masalah."     

"Iya kamu emang gak alergi, tapi gak tahan sama sinar matahari kalau terlalu lama di bawahnya. Bisa-bisa kamu mah auto pingsan deh,"     

Nusa terkekeh kecil kala mendengar apa yang dikatakan oleh Rehan. Benar juga, ia menjadi teringat di kala SMP saat jam upacara yang udaranya terlalu panas dengan cahaya terik menyengat menjadikan tubuhnya limbung dan pada akhirnya pingsan menyentuh aspal.     

Setelah itu, Nusa melangkahkan kaki dan menghentikan kakinya di dekat kotor besar yang bersinar seperti bersih tiada goresan. "Oke, ayo Kak kita jalan." ucapnya sambil menganggukkan kepala, mengeratkan jaket pada tubuhnya karena hawa yang lebih terasa dingin.     

Rehan menganggukkan kepala, ia kembali mendekati Nusa dan berhenti di dekat cewek tersebut. Mengambil helm, lalu memakainya sebagai pelindung kepala.     

"Sepanjang perjalanan jangan bawel ya."     

"Emang kenapa, Kak? Gak boleh apa gimana?"     

Menggelengkan kepala, kesimpulan Nusa benar-benar salah besar. Rehan mengulum senyuman. "Soalnya kamu bawel, udah gitu gak berenti-berenti ngomong." jawabnya sambil terkekeh kecil.     

Nusa mengerucutkan bibir, lalu mendengus. "Kak Rehan mah nyebelin banget jadi orang, biarin aja aku bawel kan biar perjalanan gak sepi, wle!" serunya yang merasa sebal.     

Rehan hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. "Udah bilang El atau belum kalau kita berdua mau pergi? Nanti dia malah jemput kamu, karena kamu belum bilang apa-apa sama dia."     

"Udahan kok, katanya gak apa-apa pergi sama Kakak." balasnya sambil memberikan anggukkan kepala yang pasti.     

Rehan mengernyitkan alis, merasa aneh dengan jawaban El. "Ya emang gak apa-apa lah pergi sama Kakak, emangnya dia siapa kayak malah seolah-olah kamu izin sama dia. Kebalik, seharusnya Kakak yang bolehin atau gak dia jalan sama kamu."     

Nusa terkekeh, mendengar sang Kakak yang sangat sensian. Ia menjulurkan tangan untuk membenarkan letak kerah kemeja yang di pakai Rehan. "Iya Kakak ku yang bawel dan over protective, yuk jalan nanti kesiangan gak bisa lama-lama ada di sana."     

…     

Karena udara yang panas sekali, Nusa merengek kepada Rehan untuk menepi membeli minum. Dan jadilah saat ini mereka berada di tukang es kelapa pinggir jalan.     

Menyegarkan, satu kata yang bisa mengekpresikan mereka berdua untuk saat ini.     

Nusa yang wajahnya tadi berubah warna menjadi kemerahan, kini sudah kembali terlihat dengan warna kulit normal. "Nah gini kek dari tadi, kan Nusa gak perlu ngambek dulu di jalanan." ucapnya sambil tersenyum tanpa dosa. Bayangkan saja ia merajuk bagaikan anak kecil yang kehausan, mereka lupa membawa minum dari rumah. Jadi, mumpung tukang es kelapa bersebelaha dengan warung, mereka membeli minuman dan juga camilan yang tentu saja ini untuk Nusa.     

Beruntung, Nusa membawa ransel yang memuat banyak barang.     

"Kenapa es kelapa seger banget ya? Minuman terseger nomer dua setelah es teh manis, menurut aku." ucap Nusa sambil mengaduk-aduk minuman es kelapa-nya dengan sedotan sehingga daging kelapa yang berada di gelasnya berputar-putar.     

Rehan menaikkan kedua bahunya. "Ya gak tau sih ya, tapi menurut Kakak, es kelapa tuh cuma ngilangin haus sementara doang sih. Tapi untuk bagian ini minuman yang nyegerin, Kakak setuju banget. Tapi, minuman terseger nomor satu itu tetep air mineral yang dingin."     

Pecinta air mineral, apa ada yang seperti Rehan? Si sangat mencintai air mineral dan terkadang tidak terlalu menyukai minuman kemasan yang mengandung banyak gula.     

Nusa menganggukkan kepalanya. "Iya deh air mineral nomor satu tiada tandingan." ucapnya.     

Air mineral memang baik, bahkan sangat baik bagi kesehatan. Namun, menurut Nusa, air mineral tidak bisa di konsumsi terlalu banyak setiap harinya.     

Rehan terkekeh, ia tau kalau Nusa sedikit anti dengan air mineral.     

"Oh ya, kalau Kakak sendiri udah bilang belum sama Kak Laras? Aku belum kenalan, kapan-kapan bawa ke rumah dong." ucap Nusa yang tiba-tiba ingat kalau sang Kakak sudah memiliki seorang cewek yang menjadi incaran.     

Rehan meringis, ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Gimana mau ngenalin ke kamu kalau Kakak aja belum kenal juga sama dia? Denger ini rasanya Kakak jadi kayak orang bodoh, Sa."     

"Kenapa nyimpulin diri sendri kayak orang bodoh ih? Nusa gak suka ah."     

"Ya udah nanti kalau udah ketemu, terus ngerasa cocok juga, Kakak bakalan bawa ke kamu biar kalian saling kenalan."     

Nusa menganggukkan kepala dengan semangat. Selama ini Kakak-nya belum pernah mengenalkan cewek yang menjadi pasangan kepada dirinya, tentu saja ia merasa sangat semangat mengenai hal ini.     

"Oke, kabar-kabari." ucapnya.     

Setelah itu, Nusa menatap ke arah luar yang menampilkan terik matahari yang sangat. Untungnya, ia memakai jaket jeans oversize dan tidak melupakan kacamata hitam. Ia juga tidak lupa sebelum berangkat tadi memakai sunscreen kok, jadi tidak perlu khawatir kulitnya terbakar.     

"Udah belum minumnya? Kita lanjut jangan lama-lama, nanti kan kalau semisalnya haus di tas ransel kamu udah ada minum ada makanan juga tapi makannya nanti aja karena bahaya makan di jalanan terlebih di atas motor." ucap Rehan yang mengingatkan.     

Nusa menganggukkan kepala, menunjukkan senyuman yang sangat manis. "Oh oke deh, siap bos Nusa ngerti. Bentar lagi dong nunggu es kelapa-nya abis, lima menit lagi sambil napas." balasnya sambil mengengir.     

Mereka melakukan kegiatan bersama, layaknya adik dan kakak pada umumnya. Menghabiskan waktu bersama, terlihat kalau mereka adalah contoh adik dan kakak yang saling pengertian satu sama lain. Saling menjaga, dan tentunya saling menyayangi.     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.