Elbara : Melts The Coldest Heart

Mario Biro Jodoh



Mario Biro Jodoh

0"Eh eh, mampus lo, tuh Alvira lagi sama cowok di status Instagram-nya."     
0

Mendengar itu, tentu saja Rea tertarik. Menjadikan dirinya langsung saja bergeser mendekat di arah Mario, yang sebelumnya ia malah duduk tepat di ujung sofa supaya tidak berdekatan dengan sahabatnya itu.     

Mario menatap Reza, ia ingin menjadi kompor yamg memanas-manasi keadaan. Dengan hembusan napas, ia menggelengkan kepala. "Wah gak bener nih, pantesan dia jauhin lo, ternyata ada yang lain."     

Reza merebut ponsel Mario yang sebelumnya berada genggaman sang pemilik, ia menatap apa yang berada di layar ponsel. Ada potret yang memoto club sandwich dan kopi, setelah itu ada sosok di hadapan Alvira yang sudah jelas cowok namun nge-blur.     

Ia mendengus, merasa tidak terima kalau cewek yang diincarnya ternyata tengah jalan dengan cowok lain.     

"Punya saingan lo, Za. Gimana kalau dia lebih gantang dari lo? Lebih tajir? Lebih pengertian? Pokonya lebih keren di segala sudut deh, mampus lo kedepak." ucap Mario sambil menakut-nakuti sahabatnya.     

Reza diam, lalu mengembalikan ponsel itu kepada Mario. Suasana hatinya menjadi memburuk, ia tidak mood lagi menonton film action di televisi layar lebar yang berada di hadapannya.     

Mario sebenarnya masih ingin menggoda Reza dengan berbagai macam ucapan, namun melihat sahabatnya yang seperti itu juga dirinya merasa kasihan.     

"Makanya kalau deketin cewek itu, sebelum naro rasa, lo teliti dulu tuh masa lalu si cewek. Udah bisa lepas dari yang dulu, atau belum. Ya kalau semisalnya udah ketebak belum bisa lepas dari yang dulu ya lo seharusnya berhenti disitu juga."     

"Gak usah ceramah, Mario. Gue gak butuh—"     

"Lo butuh." Mario langsung memotong perkataan Reza sebelum cowok itu berkata lebih lanjut lagi.     

Reza menatap lekat Mario, setelah itu menghembuskan napasnya. "Gue jijik deket-deket lo, tapi gue juga butuh lo Mario. Butuh buat jadiin samak tinju karena gue sekarang mau mukul apapun dan siapapun buat lampiasin amarah."     

Bagaimana Reza tidak marah? Ia baru saja ingin mendekati Alvira lagi namun cewek itu malah memilih untuk dekat dengan orang lain, tentu saja ia menjadi mengulur lagi pemikirannya.     

"Udah deh, lagian juga gue pikir itu pasti Bian kok. Emang sama siapa lagi Alvira mau jalan selain sama tuh bocah? Gak ada."     

"Iya juga si ya, gak mungkin Alvira yang dari dulu di kenal tergila-gila sama Bian, tiba-tiba punya gacoan selain cowok itu."     

Mario menatap Reza, mungkin ini adalah percakapam seribu kali mereka tentang Alvira. Ya anggap saja seperti ini, intinya pembicaraan setelah yang kesekian kalinya.     

Reza memutar otak, ia seperti tengah berdiskusi dengan hati dan pikiran. Entah apa yang dirinya rasakan saat ini, yang pasti adalah perasaan bimbang yang kembali hadir. "Bantuin gue move on." ucapnya pada akhirnya.     

Mendengar perkataan Reza yang menyuruh dirinya membantu untuk move on dari Alvira tentu saja membuat Mario menggelengkan kepala. "Eits, gak bisa kayak gitu dong. Urusan lo move on ya sama hati lo sendiri, gue gak bisa ikut campur. Soalnya kan gue gak ada andil buat bikin perasaan lo belok." balasnya dengan serius.     

Soal menasehati mungkin Mario bisa, bahkan ia bersemangat. Namun kalau urusan membantu seseorang keluar dari perasaannya, ia benar-benar tidak bisa.     

Reza pun sudah tau dengan jawaban Mario sebelum ia tanyakan kepada cowok itu, ia menghela napas. "Bantuin cari cewek, lo punya rekomendasi cewek yang oke buat gue kan?"     

Mario mengerjapkan kedua bola mata, lalu tersenyum lebar. "Wah gila lo tumben-tumbenan nih nanya cewek ke gue? Ya gas lah ayok, mau tipe yang kayak gimana aja gue tuh punya." ucapnya dengan semangat, seperti biro jodoh.     

Pikiran Reza melayang, ia tidak tau apakah dengan mencari cewek lain, perasaannya pada Alvira bisa hilang atau tidak. Namun, memang seakan tidak memiliki jalan lain, ia memilih untuk melakukan hal ini. "Beneran, cariin yang setia aja."     

"Kalau bukan standar kecantikan, gak masalah?"     

"Semua cewek cantik anjir, ngada-ngada lo."     

"Oh iya lupa gue, biasa nih suka nyari yang sempurna buat di jadiin calon istri."     

"Cari yang sempurna mah gak ada habisnya. Cari yang bisa bikin lo ketawa, cari yang bisa sabar ngadepin tingkah lo, cari yang bisa di ajak susah dan yang bisa di banggain pas lo udah berkecukupan. Yang sempurna mah gak ada, adanya yang bisa nerima lo apa adanya."     

"Waw, gila sih. Reza 2021."     

Reza yang merasa Mario tidak serius pun langsung melempar bantal sofa tepat di wajah cowok itu. "Dasar lo, mending pulang aja deh lo sono nyebelin banget. Kenapa juga gue punya sahabat kayak lo,"     

"Karena gue adalah solusi buat lo sama El. Gimana ya, kayak sekarang aja gitu. Lo butuh cewek, gue ada. Lo butuh hiburan, gue pelawak kelas kakap. Lo butuh makan? Gue ada buat nemenin lo makan tapi tetep yang bayar itu lo bukan gue." balas Mario sambil terkekeh kecil, ia merasa percaya diri dengan perkataannya sendiri.     

Reza merasa setuju dengan apa yang dikatakan Mario karena ada benarnya juga. "Iya juga sih, berarti lo berguna ya."     

"Udah tau pakai nanya lo, gak asik." ucap Mario. Ia mengambil potongan pizza yang masih tersisa banyak, ia hanya mengambil satu potong saja. "Ini pizza sama yang lainnya masih sisa banyak, makanin ege Za, mubazir lo kalau gak di makan." sambungnya sambil menikmati pizza setelah berceramah.     

Reza hanya menganggukkan kepalanya. "Nanti kirimin semua kontak cewek ya, gak usah sungkan."     

"Ya gua gak sungkan lah." balas Mario setelah menelan kunyahan potongan pizza di dalam mulutnya.     

Pasalnya, ini adalah kali pertama Reza meminta rekomendasi cewek kepada Mario yang dimana biasanya cowok itu menolak atau paling langsung mencarinya sendiri. Namun ini berbeda, dan tentunya ia akan mengeluarkan kenalan yang terbaik untuk sahabatnya agar kejadian Alvira tidak terulang untuk kedua kalinya.     

"Gue kayak plagboy gak sih telaah banyak cewek kayak gitu? Nanti kalau gak jadi sama gue, bisa-bisa gue di depak nih."     

"Ya gak lah, nanti gue izin dulu sama mereka gak asal kasih nomor. Terus gue bilang Reza mau deket sama mereka, tapi gua bilangnya kayak seolah-olah mau jodohin satu orang doang. Paham gak lo?"     

"Oh paham-paham, pinter juga lo walaupun jarang."     

"Udah minta tolong sama gue, nginjek-nginjek gue pula minta di tampar."     

Reza tertawa, setelah itu mengabaikan Mario. Ia beranjak dari duduknya, ingin memisahkan diri dari cowom tersebut karena saat ini ia memilih untuk tiduran di sofa panjang yang berada bersebrangan dengan Mario. "Gue mau tidur ah, bye."     

Reza memilih untuk tidur, meninggalkan berjuta pikiran yang terus menerus membingkai di otaknya.     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.