Elbara : Melts The Coldest Heart

Terbuktinya Kebersamaan



Terbuktinya Kebersamaan

Setelah kepulangan Alvira, Nusa mulai membersihkan tubuh sebelum kedatangan El. Ia juga mengatakan pada pacarnya kalau sudah sampai mohon di tunggu di ruang tamu, namun ia tidak bilang dirinya sedang apa. Tak lupa mengunci secara double pintu kamar dan pintu kamar mandi yang memang di jadikan satu tempat.     

Ia meningkatkan keamanan seperti ini karena ia adalah seorang cewek, dalam artian harus bisa menjaga diri dari siapapun walaupun El pacarnya dan Reza juga Mario yang merupakan temannya.     

Kini, Nusa sudah merasa tubuhnya kembali segar. Ia menghirup udara, setelah itu menghembuskan dengan perlahan.     

"Huh seger juga ya mandi habis selesai beres-beres rumah, adem."     

Setelah merasa kalau penampilannya sudah kembali cantik dengan pakaian casual seperti kaos oversize dan celana selutut, ia juga sudah mengeringkan rambut yang basah. Jadi, sekarang memutuskan untuk keluar kamar mandi dan memutar kuncinya agar terbuka.     

Menghirup udara kamar yang memang menggunakkan AC, setelah itu ia berjalan ke arah pintu kamar dan meraih ponsel yang berada di atas nakas. Ia memutar kunci, dan pintu kamarnya terbuka.     

"Ya lu lagian tadi bukannya beli stok makanan buat di rumah Alvira, salah lo sendiri lah sialan."     

"Ya gue kan gak tau kalau bakalan laper lagi, emang siapa yang tau?"     

"Iya emang gak ada yang tau, tapi seharusnya sebagai antisipasi lo juga mikir lah ogeb."     

"Gila Za, gue salah mulu di mata lo. Gue tampol ya lo, mumpung belum ada Nusa."     

Mendengar percakapan Reza dan Mario yang berasal di lantai bawah pun membuat Nusa terkekeh kecil. Ia merasa terhibur dengan kedua cowok itu yang memang ada saja percakapan yang di bahas, padahal tidak penting.     

"Ekhem."     

Mendengar deheman itu membuat Nusa mengalihkan perhatian ke sumber suara, memutar tubuhnya. Ia terkejut saat melihat El yang sudah berada di hadapannya. "Astaga El, kaget tau."     

Kekehan kecil terlihat di permukaan wajah El, terlihat sangat tampan, seperti biasa. "Maaf, tapi gue bawain makanan lo, Putri kecil." ucapnya sambil mengubah kekehannya menjadi senyuman kecil. Ternyata Reza dan Mario di gunakkan sebagai pengalih perhatian agar Nusa tak menyadari kalau sedaritadi dirinya berada di dekat pintu kamar cewek tersebut.     

Nusa menatap paper bag kecil yang berada di genggaman tangan El, kini terjulur ke arahnya. Ia mengambil, lalu langsung melihat isinya. "Kok banyak banget di beliin tiga porsi kebab?" tanyanya sambil menaikkan sebelah alis, mengembalikan pandangan untuk menatap cowok di hadapannya.     

El menggaruk tengkuk yang tak gatal. "Gue gak tau lo suka yang mana, itu tiga menu kebab yang recommended. Jadi, gue harap lo suka." jawabnya tanpa merasa kalau ia telah membuang-buang uang untuk Nusa. Sudah di bilangi, kalau dirinya tidak keberatan.     

"Ih tapi kebanyakan loh, satu aja udah cukup karena aku pasti suka apa yang kamu beliin. Kan kalau begini utang aku nambah terus,"     

"Utang apaan si? Gue cubit ya lo, gemes gue."     

"Ya utang gara-gara udah jajan banyak pakai uang kamu, El."     

"Lo kaku banget si, minta gue cium?"     

Nusa deg-degan kala El mulai melangkahkan kaki untuk mengikis jarak di antara mereka, dan ia secara spontan berjalan mundur sampai terasa punggungnya menyentuh dinding. Ia mengumpat kecil dalam hati. Menatap El dengan penuh cemas karena saat ini kedua tangan cowok itu sudah berada di samping kanan dan kiri kepalanya.     

"E-eh? El mau ngapain?" tanyanya dengan panik dan penuh kehati-hatian. Ia mengambil napas, lalu menghembuskannya dengan perlahan.     

El tersenyum, melekatkan pandangan pada wajah Nusa yang sangat cantik. Tangannya terjulur, setelah itu mengelus rahang tirus tersebut dengan penuh kelembutan. "Cantik banget lo." pujinya, lalu mendekatkan wajah dan mengendus aroma stroberi yang menyeruak dari tubuh ceweknya.     

Nusa merasa gugup yang sangat, setelah itu mencoba untuk menatap ke lain arah. "Euhm, makasih."     

El semakin mendekat, mengikis jarak di antara mereka sampai pada akhirnya hidung mancung mereka saling bersentuhan, seperti dapat mendengar napas masing-masing.     

Rasanya, berada di posisi ini mampu membuat degup jantung berhenti, pasokan udara menipis, dan yang paling parah lagi kini mungkin wajah Nusa mirip dengan kepiting rebus.     

"Tatap gue Sa, gue di depan lo." ucap El yang mungkin merasa tak nyaman karena orang yang diajak mengobrol malah berpaling.     

Mendengar itu, Nusa mau tak mau mengembalikan pandangannya ke arah El. Dan di saat itu juga tatapan mata mereka bertabrakan. Melihat cowok itu yang beralih menatap bibirnya, membuat ia terasa ingin melayang saat ini juga namun tak mampu. Ia diam membisu, menunggu apa yang akan terjadi sambil memejamkan mata.     

Cup     

Merasakan kehangatan kecupan El membuat Nusa membuka matanya, ternyata sang pacar mencium keningnya dengan lembut, bukan bibir.     

El menaikkam sebelah alis, kini ia kembali berjarak dengan Nusa yang sepertinya sudah merasa sesak. "Lo kenapa? Mikirin yang aneh-aneh ya lo sampai merem segala? Makanya masih kecil jangan nonton film percintaan dewasa," ucapnya sambil mengulum senyuman karena ekspresi cewek di hadapannya ini sangat menggemaskan.     

Nusa mengerjapkan kedua bola mata, merasa malu dengan pemikirannya kalau El akan mencium bibirnya seperti di film-film kebanyakan. "Eh eng-enggak!!" serunya, namun kedua pipinya terlihat bersemu semakin merah.     

Mendengar itu, El tertawa. "Ya udah, yuk ke bawah. Makan di bawah aja. Gak usah tawarin Reza atau Mario, dia berdua udah makan banyak banget di cafe." Bukannya pelit atau apa. Tapi selagi barang itu di belikan untuk Nusa, tandanya tidak akan seorang pun bisa menyentuh.     

Seolah paham, Nusa menganggukkan kepala. Ia takut menjadi tidak fokus karena kejadian barusan, sungguh. Dadanya pun masih berdegup tidak karuan, seperti habis lari marathon.     

Sebelum ke lantai dasar, Nusa menatap El dengan lekat. Kehadiran cowok itu menjadi sangat berarti untuknya yang minta di temani karena merasa kesepian. Senyuman pun hadir di permukaan wajahnya, lalu dengan perlahan mendekatkan tubuh pasa El. "Boleh peluk?" izinnya terlebih dulu.     

El tentu saja menganggukkan kepala, lalu merentangkan kedua tangannya lebar-lebar. "Boleh dong, sayang. Come here, peluk sesuka lo." balasnya.     

Akhirnya, Nusa memeluk El. Masuk kedalam pelukan sang pacar, merasakan kenyamanan yang menjalar sampai terasa di seluruh tubuhnya. Entah sejak kapan rasa sayang itu hadir, yang pasti perasaanya masih sama dan malah bertambah sayang.     

Begitupun dengan El, cowok ini juga memiliki perasaan yang serupa. Ia memeluk balik tubuh Nusa dengan segenap hati, lalu tersenyum dalam diam karena ia bisa menjadi alasan seseorang untuk merasa bahagia.     

Tidak ada yang tau kalau si kulkas berjalan dengan si cewek kepo ini akan bersatu, tapi itulah kenyataannya. Sekarang, terbukti sudah kebersamaan mereka.     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.