Elbara : Melts The Coldest Heart

El Nusa Pemeran Utama



El Nusa Pemeran Utama

0Mario menatap kebab yang berada di tangan Nusa, perutnya tiba-tiba keroncongan namun yang ia dapati adalah tatapan tajam El. Tadi, saat di perjalanan membeli makanan untuk Nusa, ia dengan sok jual mahal menolak tawaran El.     
0

Eh tau-taunya, perutnya sekarang lapar. Sungguh, penyesalan memang selalu di akhir. Rasanya Mario ingin keluar rumah Nusa dan mencari tukang makanan, tapi ia malas.     

"El, pesen pizza dong." ucapnya, mengambil jalan tengah karena jangan sampai ia malah tergiur dengan kebab yang berada di tangan Nusa.     

Mendengar itu, El menganggukkan kepala. Lebih baik seperti itu daripada perut karet Mario menjadi menginginkan makanan yang berada di tangan pacarnya saat ini. "Ya udah, pake hp gue aja sekalian transfer."     

Ya, Reza dan Mario tau pin ATM El, begitu juga sebaliknya. Menurut mereka, akan jauh lebih mudah untuk mengetahui pin masing-masing seperti saat ini apalagi El yang malas gerak menjadikan harus mengandalkan orang lain saja yang melakukannya.     

Lagipula, apa yang harus di waspadai dari mereka bertiga? Materi keungan sama-sama mencukupi, jadi tidak ada pikiran yang macam-macam.     

Mario seperti meloncat kegirangan, setelah itu beranjak dari duduknya untuk meraih ponsel milik El. "Woy Za, lo mau pizza yang kayak apa?" tanyanya sambil menyenggol Reza yang tadinya berdiam diri karena tengah bermain game online di ponselnya dengan serius.     

Reza melirik sekilas. "Pizza yang lagi viral aja tuh, yang harganya dua ratus ribu."     

"Oh yang dua meter?" tanya Mario, kembali memastikan.     

Reza menganggukkan kepala, merasa perkataan yang diulangi oleh Mario itu benar adanya. "Nah iya itu, pizza yang itu. Eh tapi kebanyakan gak?"     

Nusa yang mendengar itu menggelengkan kepala. "Jangan yang itu, kebanyakan, nanti mubazir. Beli aja yang paket, kan dapet banyak macem." ucapnya yang memberikan saran. Lagipula, siapa yang ingin menghabiskan menu pizza yang banyak seperti itu? Tidak ada. Ia pun yang baru melihatnya langsung merasa kekenyangan, sungguh.     

Menjentikkan jemari, Mario memberikan kecupan udara untuk Nusa sambil berkedip manja. "Makasih sayang, ya udah kita pesan yang itu aja." ucapnya dengan nada bicara yang tidak bergetar karena saat ini El menatapnya dengan sorot mata yang seolah-olah ingin menerkam bak singa.     

Nusa terkekeh, begitu juga dengan Reza. Sedangkan El? Ya menjulurkan tangan untuk meraih pinggang Nusa agar duduknya semakin dekat dengannya.     

"Singa ngamuk, awas pulang-pulang gak bernyawa." ucap Reza sambil menatap ke arah Mario. "Rawr." sambungnya, seperti mengaum.     

Mario menampilkan sorot wajah pura-pura ketakutan dengan ilustrasi singa yang digambarkan pada El. "Aduh aku atut, tolong dede, selamatkan dunia dari amukan singa." Setelah itu, ia tertawa terbahak-bahak.     

"Mati beneran lo, Rio." ucap Reza sambil tertawa kecil, tak habis pikir dengan apa yang dikatakan oleh sahabatnya yang memiliki keberanian baja.     

Nusa ikutan terkekeh, lalu menggenggam tangan El dengan penuh kasih sayang. "Jangan serem-serem ah, toh kan Mario cuma bercanda." ucapnya yang menenangkan cowok di sampingnya.     

El mendengus, lalu hatinya merasa jauh lebih baik ketika tangan mungil Nusa mulai menyentuhnya. "Iya, sayang." balasnya.     

"Utu utu utu… singa punta pawang langsung kayak hamster gitu ih jadi gemes," goda Mario yang belum puas seperti tiada henti.     

Mendengar itu, El meraih bantal sofa lalu di lempar tepat pada wajah Mario. "Mampus lo," sensi.     

Mario meringis kecil walaupun tidak sakit sama sekali. "Cemburuan gak baik loh bos, kenapa gak baik? Ya gak tau si," ucapnya.     

Sewaras-warasnya Mario, masih lebih waras Reza yang saat ini hanya berperan sebagai penonton.     

Nusa mencubit kecil pinggang El, ia merasa kasihan dengan Mario yang dilempar dengan bantal seperti itu yang padahal bantal sofa-nya seempuk kapas. "Jangan begitu, dosa loh."     

El hanya mengangguk-anggukkan kepala. "Iya iya." balasnya dengan malas. Siapa yang tidak ngamuk ceweknya di panggil sayang walaupun sahabat sendiri yang bermaksud bercanda?     

Mario memilih untuk memusatkan perhatian ke layar ponsel, memilih paket yang pas menurut keinginannya bersama dengan Reza. Biar saja, mereka memang panitia makanan. Membiarkan El dan Nusa bermesra-mesraan.     

El menatap cewek yang berada di pelukannya dengan tatapan sangat lekat. Ia tersenyum, membelai rahang tirus cewek tersebut yang memabukkan. "Ternyata gue punya pacar yang cantik, udah gitu suka banget digodain banyak cowok." ucapnya dengan kalimat akhir yang terdengar menyindir Mario, tampak sahabatnya itu pura-pura tuli dan menatap layar ponsel dengan pandangan seolah tergiur dengan berbagai macam varian pizza.     

Nusa yang mendengar pun terkekeh kecil, lalu menaik turunkan kedua alis. "Maksudnya gimana nih ya? Cemburu?" tanyanya, ia mungkin anak buah Mario yang juga bertugas menggoda cowok ini.     

Mereka bukanlah pasangan romantis pada umumnya, juga bukanlah pasangan humoris. Mereka bisa menjadi keduanya, namun tidak bisa selaras ketika ada sesuatu yang tidak sesuai dengan kriteria masing-masing.     

El menggelengkan kepala saat mendapatkan pertanyaan seperti itu, ia menatap Nusa dengan sorot mata yang kebingungan. "Cemburu? Enggak, lah. Masa iya cemburu cuma gara-gara begitu?"     

Jawaban El seperti berkebalikan dengan kenyataan, benar-benar membuat Nusa merasa gemas karena cowoknya tengah bersembunyi dari kenyataan yang ada.     

"Kalau gak cemburu, kenapa kayak gitu sama Mario? Kan kalian sahabatan, gak mungkin juga Mario mau nikung kamu."     

"Nikung juga gak mampu, beda derajat bos."     

Mendengar itu, Mario bergantian melempar bantal ke arah wajah El. "Sembarangan lo kalau ngomong, Oppa-Oppa Korea aja kalah sama gue." ucapnya dengan penuh percaya diri sambil mengibaskan rambutnya seolah-olah memiliki rambut lembut seperti milik El.     

Satu ruangan terasa ingin mual mendengar perkataan Mario yang sangat berlebihan, sungguh.     

Reza menampar pipi Mario dengan pelan, ia merasa mual melebihi rasa mual yang sebenarnya. "Najis." ucapnya.     

Mario mendengus, setelah itu terkekeh kecil. "Percaya diri itu baik, bro."     

"Tapi kalau terlalu percaya diri itu gak baik ya, setan."     

"Lo setan, berarti gue malaikat-nya."     

"Mana ada malaikat modelan kek lo? Yang ada pada masuk neraka semua,"     

"Jangan gitu lo, gak dapet tiket gratis masuk surga baru tau rasa deh lo."     

Lagi dan lagi berdebatan tidak jelas itu muncul.     

Nusa menjulurkan tangan, meraih rahang kokoh El yang bersih tanpa rambut yang tumbuh. Ia membuat cowok tersebut menoleh ke arahnya. "Keliatan kan siapa yang cemburu, huh?" tanyanya sambil tersenyum manis.     

El menganggukkan kepala, akhirnya memilih untuk menyerah diri dengan pengakuan kalau dirinya ini cemburu, seperti apa yang Nusa katakan padanya. "Iya iya gue ngaku cemburu, puas?"     

"Aku puas banget dong El ku…" balas Nusa sambil menunjukkan tawanya lebar, benar-benar merasa puas dengan apa yang ditanyakan cewek yang kini berada di pelukannya.     

Mereka menjadi pemeran utama, dengan penghidup suasana seperti Reza dan Mario.     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.