Elbara : Melts The Coldest Heart

Perbedaan Kisah Percintaan



Perbedaan Kisah Percintaan

0"Ngapa bini lo? Minta di samperin?"     
0

Mendengar pertanyaan Mario yang bertepatan dengan panggilan terputus Nusa pun membuat El menolehkan kepala ke sumber suara. Dalam diam, ia menganggukkan kepala setelah itu menampilkan senyuman yang simpul. "Iya nih, lo berdua ikut, ya?" balasnya.     

Mendengar ajakan yang dikatakan oleh El pun membuat Reza dan Mario serempak menaikkan sebelah alinya. Mereka bertanya-tanya dalam hati mengapa harus ikut?     

"Kok kita ikut, sih? Gue kan bukan nyamuk yang nemenin orang pacaran." ucap Mario sambil membuka jaket yang melekat di tubuh, merasa ingin mengambil pesona karena ini hanya kaos item yang membingkai tubuh bagian atasnya. "Lagian juga baru pisah lo berdua, udah mau ketemu lagi aja." sambungnya sambil terkekeh.     

Reza setuju dengan apa yang dikatakan oleh Mario mengenai masa dirinya menemai orang berpacaran? Namun ia tidak setuju dengan ucapan yang mengatakan kalau El baru pisah beberapa jam namun sudah ingin bertemu lagi.     

"Yeh bilang aja lo itu jomblo, iri. Gak ada larangan juga mau ketemu setiap detik pun sampai El bisa satu atap juga gak ada aturannya, oneng."     

Mendengar ucapan Reza pun membuat Mario menatap tajam sahabatnya itu. "Mulut tuh di jaga, gue bongkar nih rahasia lo kalau lo niat balik sama Alvira." ucapnya yang mengancam sambil menaik turunkan alis.     

El mendengus kecil, lalu saat mendengar perkataan Mario pun menatap Reza dengan penasaran. "Lo mau balik lagi sama adik gue? Kepala lo sehat kan, gak kebentur? Aneh banget, udah di sakitin malah niat balik." ucapnya. Bukannya tidak mendukung Alvira bersama Reza, namun ia tau kalau adiknya bukan yang terbaik untuk sahabatnya.     

Rasanya Reza ingin memberikan wajah Mario dengan hantaman bantal karena sangat menyebalkan. Tidak habis pikir kalau sahabatnya yang bodoh satu itu mengatakan secara terang-terangan kepada cowok yang bernitabene sebagai kakak dari cewek yang ia sukai.     

Namun, mengambil napas panjang… kuncinya sabar!     

Dengan perlahan, menganggukkan kepala. "Iya nih, El. Gua ada pikiran aja gitu kalau Alvira kali ini gak bakal permainin gue. Lagian juga gue udah jadi detektif-nya Bian kalau cowok itu lagi deket sama Moli." ucapnya.     

El yang mendengar perkataan Reza yang menurutnya bodoh itu pun hanya bisa menghela napas. Bagaimana yang menjadi keputusan sahabatnya sih ia tidak bisa ganggu gugat, memang. "Terserah lo deh ya, gue juga udah males bilanginnya." ucapnya pada akhirnya. Ia memposisikan tubuh dengan nikmat, bersandar di kepala sofa.     

Mario menganggukkan kepala, merasa ikutan lelah dengan keputusan Reza yang sebelumnya juga sudah ia perdebatkan oleh cowok satu itu yang sangatlah menyebalkan. Ia mengikuti jejak El, menyenderkan punggung ke kepala sofa. "Ngomong sama angin aja lo, Za. Gue sama El lagi nyantai nih sama pikiran kebahagiaan," ucapnya sambil mendongak seolah-olah memandai langit-langit cafe.     

Mendengar ucapan Mario memang menyebalkan, Reza mendengus. "Sok banget lo sialan, jomblo aja pakai alibi mikirin kebahagiaan." ucapnya.     

Mario memutar kedua bola mata. "Ada lah, emangnya lo gak pernah bahagia? Kebahagiaan gue ya udah jelas makanan."     

"Sialan lo." umpatnya dengan kasar.     

El geleng-geleng kepala dengan tingkah mereka berdua. Yang terpenting, ia mengulas senyuman di permukaan wajah yang membuat beberapa cewek yang menatapnya menjadi mengibaskan tangan di depan wajah karena merasa panas dan meleleh dengan senyuman yang terlihat menawan.     

Ia memikirkan tadi malam, saat di rumah hantu bersama dengan Nusa.     

Throwback     

Sebagai seorang cowok, tentu hal-hal yang berbau horror itu tidak begitu menyeramkan. Pemikiran itu juga tertanam di kepala El, ia dengan tenang sudah masuk ke rumah hantu yang berada di pasar malam. Lalu di sampingnya ada Nusa yang mulai cemas dengan raut wajah takut.     

"Kenapa lo?" tanya El sambil terkekeh kecil. Ia sadar kalau pertanyaannya sangat konyol, ia bahkan sudah tau jawabannya.     

Nusa mendongakkan kepala, menatap El dengan raut wajah kesal namun takut bahkan tubuhnya benar-benar sangat mendekat dengan cowoknya. "Kamu ngeledek aku, ya? Nyebelin banget sumpah deh, udah tau aku takut."     

"Apaan yang perlu di takutin? Setannya itu bohongan, orang yang cosplay jadi hantu. Jadi, ya gak perlu takut."     

"Kamu kan cowok, enak banget ngomong begitu. Kamu kan gak takut, beda sama aku." Sepertinya, Nusa keceplosan.     

El menaikkan sebelah alisnya, setelah itu mendengus. "Tadi kata lo sebelum masuk, lo gak takut. Ketauan banget kan boongnya?"     

Nusa hanya terkekeh, lalu menggaruk tengkuk yang tidak gatal. "Maaf, kan ceritanya berani ternyata enggak."     

Mereka semakin memasuki ruangan yang diatur dengan pencahayaan minim, lama kelamaan hawa menyeramkan pun terlihat.     

Nusa memeluk El kuat-kuat, lalu saat melihat hantu pocong yang terlihat wajahnya hitam kusam pun membuat dirinya menjerit sangat kencang. "AAAAAA MAU PULANG, UDAHAN AYO KELUAR CARI JALAN PINTAS!!!" teriaknya sambil menutup mata, ia tidak tau kalau akan se-menyeramkan ini.     

El terkekeh, ia bertatap-tatapan dengan hantu yang di maksud. Ia mendekap tubuh Nusa, namun langkah mereka masih panjut menelusuri lebih dalam.     

Suara-suara mengerikan membuat para orang yang takut dengan situasi seperti ini menjerit kencang, layaknya Nusa. Si yang kebal dengan hal beginian pun hanya berdiam diri sambil menenangkan dan terus berjalan layaknya El.     

Seperti tengah melengkapi satu sama lain.     

"EL AYO PULANG, NUSA GAK MAU KESINI LAGI!"     

El ingin tertawa, namun di satu sisi kasihan. Setelah itu, menganggukkan kepala sambil terus melindungi ceweknya.     

Throwback off     

"Dih ngapain lo senyum-senyum sendirian, El?" tanya Mario sambil menatap lekat ke arah El. Ia tidak tahan karena terlalu lama bersandar, membuat punggungnya pegal. Ia kini menikmati burger yang memang di pesan beberapa saat lalu.     

El tersadar, setelah itu menegakkan posisi sandaran menjadi duduk tegak. "Cewek gue cantik banget, lo berdua sadar gak sih?" tanyanya sambil mengulum senyuman, ia tidak kuat dengan pesona seorang Nusa yang telah membuatnya menjadi seperti ini.     

Mario hampir saja tergelak tawa, sedangkan Reza hanya menggelengkan kepalanya saja.     

"Akhirnya bos kebanggaan kita bisa bucin banget!!" ucap Mario karena bangga, menatap El dengan sorot mata yang terharu.     

Reza terkekeh, lalu menyenggol pinggang Mario. "Lo lupa ya kalau El tadi malem spam di status Instagram, huh? Jarang-jarang banget, apalagi moto Nusa lagi makan gulali."     

El tidak malu, justru bangga karena bisa bucin bersama dengan Nusa. "Ngomong sesuka lo berdua." ucapnya sambil terkekeh, setelah itu mengambil kentang goreng milik Mario yanh terlihat masih renyah.     

"Duh sabar, mau ngumpat kasar tapi lo bos gue." ucap Mario sambil menghela napas melihat kentang goreng miliknya di ambil begitu saja oleh El, yang dimana tidak bisa ia bantah.     

"Makanya mulut di jaga, kasih solatip kalau perlu." Selalu, Reza tertawa di atas penderitaan Mario.     

Kisah percintaan mereka bertiga berbeda-beda ternyata. Ada yang mulus, ada yang berantakan, ada yang terlihat santai.     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.