Elbara : Melts The Coldest Heart

Nusa Adalah Segala-galanya



Nusa Adalah Segala-galanya

0"Kakak mau berangkat kerja?"     
0

"Iya lah, Sa. Ini masih hari Sabtu, besok Kakak libur kok kita jogging di Minggu pagi, oke?"     

Nusa menatap Rehan dengan senyuman yang di tekuk, ia sedih mengingat minim-nya waktu kebersamaan bersama dengan sang kakak yang memang menjadi tulang punggungnya. Ia merasa sangat tidak berguna, di saat Rehan bekerja namun ia malah tiduran di kamar sambil nonton Drama Korea dengan camilan.     

Rehan menjulurkan tangan, lalu mengelus puncak kepala sang adik dengan sangat lembut dan penuh kasih sayang. "Kenapa cemberut?" tanyanya.     

Mendengar itu yang jelas saja Nusa merasa kesepian karena berada sendirian di rumah, akhirnya ia menghembuskan napas dengan perlahan.     

"Enggak, gak kenapa-kenapa kok. Ya udah Kakak berangkat kerja gih, hati-hati di jalan."     

"Serius? Ya udah gih kamu jangan lupa beres-beres rumah. Makan siang udah beres Kakak buat, kalau perlu nanti Kakak suruh El ke rumah."     

Seperti biasa, Rehan adalah Kakak yang paling pengertian. Jarang sekali hubungan adik kakak terjalin mulus dan saling menjaga serta memberikan perhatian satu sama lain.     

Nusa memberikan ibu jari ke hadapan Rehan. "Oke Pak bos! Nanti Nusa mau nyuci kok, paling habis itu nonton Drama Korea. Gak usah suruh El kesini, nanti di omongin tetangga." balasnya sambil terkekeh kecil di akhir kalimat.     

Rehan pun hanya geleng-geleng kepala saja. Lalu setelah itu mengangguk. "Ya udah, gak suruh El kesini." ucapnya sambil membenarkan letak tas punggung, hari ini ia akan naik motor besar miliknya dan meliburkan mobil kesayangan lebih dulu agar beristirahat di garasi. "Kakak jalan dulu ya." sambungnya.     

Nusa menyalimi tangan Rehan, lalu mengecup pipi kanan dan kiri kakaknya dengan sayang. "Hati-hati di jalan, gak usah ngebut karena jam masuk juga masih lumayan lama."     

Bagaikan adik yang sangat teramat perhatian, Nusa mengatakan semua peringatan kepada Rehan agar bisa di cerna oleh cowok tersebut.     

"Oke, bye!"     

Setelah itu, Nusa melihat Rehan yang melangkah menjauh darinya. Menaiki motor besar yang masih sangat mulus karena baru ganti body, lalu melambaikan tangan. "Dadah, Adik jelek!"     

Nusa menjulurkan lidah, namun tak ayal melambaikan tangannya ke Rehan. "Dadah Kak Rehan yang nyebelin!"     

Mendengus, namun setelah itu tertawa. Rehan terkekeh, dan langsung melajukan motornya ke arah gerbang. Biarlah, ia bisa membuka gerbang sendiri tanpa bantuan orang lain.     

Merasa Rehan yang sudah keluar dari pekarangan rumah, Nusa membalikkan badan.     

"Mau nyuci baju males banget, padahal hari ini cerah banget."     

Lalu, melangkahkan kaki masuk ke rumah dan mengunci pintu agar tidak ada sembarang orang yang masuk.     

Berjalan ke arah kamar mandi di lantai dua yang berada di dekat tangga yang membawanya ke atap rumah untuk nanti berjemur pakaian, Nusa kini sudah berada di sana.     

Pertama yang Nusa lakukan adalah menghubungi El karena ini sudah menjadi kewajibannya agar sang pacar tidak menunggu kabar darinya.     

Tidak ingin mengirim pesan, namun Nusa langsung menghubungi El agar tidak terlalu repot dengan jemarinya yang menari-nari di atas layar ponsel.     

Dering pertama berbunyi, dan langsung di angkat.     

Nusa menekan tombol speaker agar bisa berbicara dan mendengar jarak jauh tanpa harus menempeli ponsel ke daun telinga, lalu menaruh ponselnya di tempat sabun yang kosong namun bersih —karena kamar mandi ini hanya dipergunakkan untuk menyuci pakaian, jadi jarang ada yang mandi—.     

"Halo, Sa." panggil suara bariton di seberang sana. "Kok chat gue gak di bales dari kemarin?" Padahal, sapaannya belum dijawab namun El langsung saja bertanya.     

Nusa mengerjapkan kedua bola matanya, ia gelagapan. Pasalnya, tadi habis bangun langsung mandi dan sarapan sambil mengobrol-ngobrol dengan Rehan. "Maaf, El. Tadi aku gak megang hp, ini makanya langsung aku chat kamu. Nanti aku balas ya, soalnya lagi mau nyuci nih."     

Napas El terdengar berat, mungkin baru bangun tidur? "Oh ya udah sayang, gak apa-apa. Gue juga baru bangun tidur, ya udah nyucinya sambil call-an." balasnya.     

Dengan tangan yang sambil memasang selang ke kran air agar bisa menampung air di beberapa bak, ia menyalakan kran-nya. "Kamu gak sarapan? Udah jam setengah delapan loh,"     

"Ya laper sih gue, tapi nanti aja deh."     

"Kenapa emang? Kok nanti aja?"     

"Masakan Alvira gak jelas rasanya, gue nanti mau keluar aja siang sama Reza dan Mario. Lo mau ikut?"     

Nusa melihat dua keranjang baju, keranjang berwarna pink miliknya dan warna merah milik Rehan. Ia melihat dua tumpuk baju, lalu menghembuskan napasnya. "Gak usah deh, aku lagi nyuci. Belum nanti harus nyapu, nge-pel rumah, cuci piring bekas sarapan tadi."     

Sebenarnya sih kalau mau, Nusa bisa ikut dan tentu cewek ini sangat mau dan setuju. Namun apa daya, kerjaannya banyak. Rehan bekerja di luar untuk memenuhi setiap kebutuhan mereka, dan ia bekerja di dalam untuk membereskan rumah.     

Deheman El terdengar, lalu di susul dengan suara seperti sedang meneguk air mineral. "Haus gue, mana masih muka bantal." gumamnya. "Ya udah, lo mau gue bawain apa?"     

"Haus ya minum, makanya cuci muka dulu." Nusa memindahkan selang dari satu bak mandi yang sudah peduh ke bak lainnya yang masih kosong, tak lupa meraih pewangi pakaian yang terdapat di sudut kamar mandi. "Gak usah bawa apa-apa. Kak Rehan udah masakin aku makanan kok, kamu nongkrong aja sama Reza dan Mario."     

"Cuci mukanya nanti aja, masih mau denger suara lo. Saking lembutnya, bikin gue mau tidur lagi."     

"Ish bangun El! Udah siang ini, masa masih mau tidur aja sih?"     

"Galak banget lo, gue gak bakalan tidur lagi, udah puas kok."     

Nusa menganggukkan kepala, seolah-olah sosok El ada di hadapannya. Ia ingat akan suatu hal. "Oh iya, aku lupa banget nih mau balikin uang kamu." Walaupun sudah di nasehati oleh Rehan, tetap saja ia merasa tidak enak jikalau apa yang ia makan itu di bayari oleh orang lain.     

"Bawel lo, gue cium lama-lama." keluh El.     

"Ya aku beneran, tau! Gak bercanda, El."     

Terdengar kekehan kecil dari seberang sana, menjadikan Nusa menaikkan sebelah alisnya. Heran kenapa cowok itu malah terkekeh. "Kenapa kamu?" tanyanya.     

El terdengar menarik napas, lalu menghembuskan dengan perlahan. "Gue gak kenapa-napa kok. Lagian lo aneh aja, gue kan cowok lo yang dalam artian ya uang gue juga uang lo."     

Terlalu royal, mungkin?     

Nusa berdecak, tidak setuju dengan apa yang dikatakan oleh El. "Enggak, uang kamu ya uang kamu dong." ucapnya sambil menggelengkan kepala dengan tegas.     

"Gue sayang sama lo, perihal uang mah bukan segalanya, tapi lo yang segalanya bagi gue. Jadi, gak perlu di ganti ya, sayang."     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.