Elbara : Melts The Coldest Heart

Belum Bisa Seperti Dulu



Belum Bisa Seperti Dulu

0Menginjakkan kaki di rumah yang bagaikan istana, El membuka pintu dengan kunci cadangan yang ia punya. Setelah masuk, ia tak lupa kembali mengunci pintu rumahnya.     
0

Berjalan dengan santai tanpa melepaskan sepatu jordan mahal yang menjadi alas kakinya. Ia sampai pada ruang tamu yang memperlihatkan seorang cewek yang tengah tiduran di atas sofa dengan pandangan yang fokus menatap ke layar ponsel. Entah sedang menonton film atau bermain game, El pun tidak ingin tau.     

Mungkin mendengar suara langkah kaki yang mendekat menjadikan Alvira langsung saja menolehkan kepala ke sumber suara. Ia bergerak cepat, mengubah posisi tidurannya menjadi duduk. Senyuman mengembang di permukaan wajahnya.     

"Kak Bara udah pulang, yeay!" pekiknya yang senang, lalu meninggalkan ponselnya di atas meja, beranjak dari duduk dan berlari kecil menghampiri sosok yang di maksud.     

El tau kalau Alvira akan memeluk tubuhnya, memang selalu saja seperti itu. Ia menghembuskan napas, namun kali ini ia membiarkan cewek tersebut untuk melakukannya.     

Bruk     

Sampai pada akhirnya, tubuh mungil Alvira menabrak tubuh kekar El. Tangan milik cewek itu pun mulai melingkarkan di leher El, jeritan senang terdengar.     

Memang kalau El pulang hampir menyentuh larut malam atau lebih, pasti Alvira akan menunggu kepulangannya. Padahal, ia selalu menyuruh cewek itu untuk tidur duluan karena tidak baik begadang hanya untuk menunggu kepulangannya.     

Namun, namanya Alvira yang memiliki sifat keras kepala, susah di bilangi. Kerap kali cewek ini ketiduran di sofa karena terlalu malam dan El tak kunjung pulang, akhirnya cowok ini yang mengangkat tubuh adiknya untuk pindah ke kamar.     

El tidak membalas pelukan Alvira, namun membiarkan cewek itu memeluknya dengan perasaan yang entahlah. "Dah, gue mau istirahat." ucapnya sambil sedikit mendorong tubuh Alvira agar tidak memeluk tubuhnya lagi, ia menatap cewek tersebut dengan sorot mata yang dingin.     

Alvira mengerucutkan bibirnya, setelah itu mendengus. "Baru aja ketemu, belum ada lima menut loh Vira peluk Kakak." ucapnya dengan nada bicara seolah-olah dirinya sedih, tapi itu kenyataan.     

Malam-malam begini, tidak ada lagi suara kecuali mereka berdua. Karena ART yang memutuskan tinggal di rumah ini, pasti sudah pada tertidur dengan pulas karena besok kembali mengerjakan tugas sehari-hari mereka.     

Alvira memang berani, ia adalah cewek yang tidak parnoan —terkadang—. Sendirian di ruang tamu, dengan lampu dapur mati, lampu ruang Tv pun juga mati, pokoknya hanya ruangan ini saja yang menyala namun cewek itu sama sekali tidak merasakan takut.     

"Lo tidur juga." ucap El.     

Alvira menganggukkan kepala. "Tidur bareng Kakak, ya? Udah lama aku gak satu kasur sama Kakak, nanti jangan lupa bacain dongeng."     

"Ogah."     

Bukannya El takut memiliki hasrat kepada Alvira, karena ia tidak mungkin juga memikir perilaku senonoh pada adiknya. Ia hanya belum ingin melakukan kebiasaan mereka yang lama-kelamaan semakin hilang seperti musnah.     

Alvira menatap El dengan kedua alis yang menyatu, benar-benar bingung kenapa cowok itu menolaknya. "Karena Alvira udah gede ya Kakak gak mau tidur bareng aku?" tanyanya dengan nada bicara menurun.     

Menggelengkan kepala, sejujurnya El malas memberikan alasan pada cewek tersebut. "Enggak, lo masih kecil kayak tahun-tahun sebelumnya."     

"Terus kenapa gak mau dongengin aku?"     

"Gue masih mau mandi,"     

"Ya udah Vira tungguin kok, kan bisa."     

"Ra, lo kalau mau tidur, ya tidur aja deh."     

El sudah kehilangan mood menghadapi Alvira yang selalu seperti ini. Mungkin kalau pertengkaran diantara mereka tidak terjadi, ia masih mengiyakan segala ucapan yang diinginkan oleh cewek tersebut. Namun kali ini kan sudah tidak bisa menyamai dengan yang kemarin-kemarin.     

Alvira mendengus, ia menatap El dengan sebal. Sebenarnya sih dalam hati ingin menangis dan meminta bahkan kalau perlu memohon-mohon agar sang kakak kembali padanya, namun ia masih memilih untuk stay cool.     

"Ya udah deh, tapi boleh ke kamar Kak Bara, kan?" tanyanya yang seperti tiada kata menyerah.     

El berdecak. "Lo gak denger? Gue.mau.mandi." ucapnya yang menekankan kata lebih kuat agar sosok dihadapannya paham.     

Setelah itu, tanpa mendengar respon Alvira, El melanjutkan langkahnya dan menaiki setiap anak tangga dengan terburu-buru. Ia masuk ke kamar, lalu mengunci pintunya.     

Seperti biasa, kamarnya ini tidak boleh sembarangan orang masuk kecuali memiliki izin darinya. Kecuali Reza dan Mario ya, mereka memang agak biadab karena tanpa izin pun sudah mampu membuat kamar El seperti gudang yang terlihat berserakan.     

Tapi, dulu Alvira pernah masuk ke dalam kamarnya tanpa izin. Namun anehnya saat itu ia tak marah, mungkin beda dengan yang sekarang karena rasa harus melepaskan Alvira membuat dirinya bisa bertingkah selayaknya dirinya yang biasanya. Tidak memandang cewek tersebut sebagai adik sepenuhnya seperti dulu.     

Throwback off     

"Lah ini kamar gue kebuka?"     

El baru saja mengantar kedua sahabatnya yang manja ke teras rumah karena mereka mau pulang. Saat mengantar mereka, pintu kamarnya masih tertutup rapat, namun entah mengapa saat ini malah terlihat terbuka dengan jelas.     

Dengan pelan, El berjalan masuk ke kamarnya. Ia melihat ada Alvira yang sudah bergelung di dalam selimut milknya, tak lupa memainkan ponselnya dan membuat status spam di akun instagramnya.     

"Lo ngapain?" tanya El dengan wajah datar, berdiri di depan pintu sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada.     

Mendengar suara bariton yang memang cukup mengejutkan membuat Alvira tersentak, lalu mengelus dadanya dengan perlahan sambil menoleh ke sumber suara. "Ih mumpung temen-temen Kakak udah pada pulang, ya aku mau main sama Kakak. Yuk bacain aku dongeng snow white."     

"Lo liat aja sendiri di YT."     

El malas. Alvira memang banyak mengoleksi buku dongeng layaknya anak kecil, bahkan di rak-nya dominan cerita dongeng daripada novel seperti beberapa banyak para remaja cewek yang lain.     

Mendengar itu, Alvira menggelengkan kepalanya. "Gak mau, nonton film-nya sama di bacain dongeng kan beda, Kak." tolaknya.     

"Ya udah,"     

"Kok Kakak gak nolak?"     

"Lo maunya gimana?"     

"Ya Vira sih maunya Kak Bara bacain dongeng, itu maunya aku."     

"Ya udah."     

"Yeay!"     

Alvira tampak berguling agar selimut yang membelit tubuhnya terlepas, mengubah posisi menjadi tidur yang nyaman namun tetap selimut menutupi sebagian tubuhnya. "Ini Kak bukunya udah ada di samping aku, gak perlu di ambil lagi ke kamar aku."     

El menghembuskan napas. Mau tidak mau menuruti sang adik, bisa saja besok Alvira mengadu pada Mommy-nya dan ia malah diberikan ceramah mengenai kesimpulan tidak bisa menjadi Kakak yang baik untuk adiknya.     

Throwback off     

El menggelengkan kepala untuk menghempas kenangan masa lalu, ia melepaskan sepatu beserta kaos kaki. Melepaskan jaket dan kaos sampai bagian atas tubuhnya bertelanjang dada dan memperlihatkan dadanya yang terbentuk.     

"Mending mandi."     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.