Elbara : Melts The Coldest Heart

Hubungan Spesial



Hubungan Spesial

0Keesokan paginya …     
0

Kicauan burung terdengar masuk ke dalam indra pendengaran seorang cewek yang kini masih menutup mata, semburat cahaya mentari yang perlahan masuk melalui celah jendela pun mulai tampak.     

"Sa, bangun. Sarapan."     

Mendengar namanya di panggil-panggil, membuat cewek tersebut dengan terpaksa membuka kelopak mata sambil merenggangkan otot tubuh yang terasa kebas. Perlahan, ia menyesuaikan penglihatannya dengan cahaya mentari yang menusuk mata.     

"Hmmmm, iya!" serunya yang belum sepenuhnya tersadar. Rasa kantuk pun sangat tinggi, namun ia tau kalau hari sudah beranjak pagi.     

Dengan malas, Nusa menyibakkan selimut yang menutupi tubuhnya, lalu beranjak dari kasur dengan telapak kaki telanjang.     

"Aku mandi dulu!"     

Entah Rehan mendengarnya atau tidak, ia berjalan untuk memasuki kamar mandi. Tidak sadar karena dirinya sudah berada di kamar, namun ia tau kalau kemungkinan dirinya ketiduran di mobil El tadi malam saat masih berada di perjalanan pulang.     

"Ih lupa balikin uang El." gumam Nusa sambil menepuk kening.     

Ia mulai melucuti pakaian yang melekat di tubuh. Masuk ke dalam bilik kamar mandi, ia memilih untuk mandi cepat dengan shower daripada berendam di bathtub.     

Dinginnya air di pagi hari langsung menyapa permukaan kulit Nusa, menjadikan tubuh cewek itu menggigil namun terasa segar di saat yang bersamaan.     

Bulir-bulir air sudah menyadarkan Nusa sepenuhnya. Yang tadinya kantuk masih menyerang, namun kini sudah tak lagi dan dirinya tengah menggosokkan sabun cair khas aromanya ke tubuh.     

Ia juga mengguyur air ke kepala, sampoan karena menurutnya kini rambutnya sudah terasa lepek dan lengket.     

Mandi sekitar beberapa saat, lalu selesai dan melingkarkan handuk di tubuhnya. Tak lupa membungkus rambutnya yang basah dengan handuk kecil. Lalu, ia keluar kamar mandi.     

Memilih baju santai seperti kaos dan hotpants, ia memakainya. Setelah itu berjalan ke balkon, ia meletakkan handuk ke jemuran khusus hanya untuk dirinya saja.     

Selesai berpakaian, tentu Nusa segera keluar kamar dengan handuk yang masih membelit rambutnya. Menuruni satu persatu anak tangga, berpapasan dengan ruang TV pun ia melihat jam dinding.     

"Ih masih jam tujuh? Aku kira udah jam sepuluh,"     

Pantas saja Rehan masih di rumah, toh memang masih pagi dan sang kakak masih memiliki waktu untuk mengurus adik kecilnya.     

"Selamat pagi Kak Rehan yang udah ganteng banget," sapa Nusa yang sudah sampai di ruang makan setelah mendaratkan bokongnya di kursi makan.     

Rehan yang mendengar itu pun menganggukkan kepala, memberikan senyuman hangat di pagi hari. "Selamat pagi juga bidadari tidur!" sapanya balik.     

Nusa terkekeh dengan panggilan Rehan, setelah itu melihat menu makan pagi ini. "Wah… nasi goreng? Telur setengah matang, ada baso, sosis, udang, lengkap banget." ucapnya dengan mata yang terlihat berbinar. Perutnya tiba-tiba merasa lapar, bahkan berbunyi.     

"Iya dong lengkap, kan biar adik kesayangan si Rehan ini kenyang. Kakak juga udah ninggalin lauk di dapur, Kakak tutupin pakai tutup saji." balasnya. Ia yang tadinya tengah melihat ke arah ponsel yang menampilkan tontonan para pemain bola itu pun menaruh benda pipih tersebut di atas meja.     

Nusa menganggukkan kepala, lalu memberikan Rehan satu ibu jari pertanda kalau cowok tersebut sangat terbaik. "Oke, Kak!"     

"Kamu tumben gak keringin rambut dulu? Masih pakai handuk gitu, awas nanti ikatannya lepas terus handuknya jatuh ke makanan." ucap Rehan yang bertanya sambil memperingatkan karena terkadang Nusa itu bisa saja ceroboh. Makanya, sebelum kejadian lebih baik di bilangin terlebih dulu.     

Nusa yang baru mengambil dan menggenggam peralatan makan seperti garpu dan sendok pun terpaksa mendongakkan kepala untuk menatap Rehan. "Emangnya kenapa, Kak? Aku buru-buru, takutnya gak bisa sarapan bareng Kakak." ucapnya. "Enggak bakalan lepas kok handuknya, aku pakaiin jepitan rambut."     

"Oh ya Kak, semalem El mampir?" tanyanya sebelum Rehan menjawab perkataan yang sebelumnya. Ia ingin mengubah topik pembicaraan.     

Rehan menganggukkan kepala, ia menelan kunyahannya. "Iya, mampir. Kakak yang suruh masuk buat minum dulu, abis mgabrol singkat, dia pamit pulang."     

"Nusa kan ngutang Kak sama El, lupa bayar." ucap Nusa dengan jujur sambil menepuk kening pertanda merutuki kebodohannya karena malah ketiduran di mobil sehingga lupa ingin mengganti uang cowok tersebut.     

Rehan menaikkan sebelah alisnya, menatap Nusa dengan bingung. "Utang? Utang gimana sih?" tanyanya.     

"Iya, kan tadi malem aku di ajak ke pasar malem gitu deh naik banyak wahana. Terus, aku juga jajan banyak banget pakai uang El. Aku gak enak, mau ganti pas pulangnya eh malah ketiduran." ucap Nusa yang menjelaskan kepada Rehan yang tampak menatapnya dengan senyuman geli.     

"Kamu lucu deh. Ya itu namanya bukan utang, Nusa sayang. Itu kewajiban cowok bayarin kamu. Lagian juga El pasti nolak, dan kamu malah maksa ke dia, iya kan?"     

"Iya aku maksa, aku kebanyakan makan sampai lupa kalau itu uangnya El."     

"Lagian kamu makan mulu tapi gak gede-gede deh,"     

Rehan terkekeh kecil. Ia tau saat nafsu makan Nusa kuat, menjadikan sang adik suka sekali makan ini dan itu namun tubuhnya tetap ideal.     

Nusa menaikkan bahunya. "Mana aku tau," ucapnya. Lalu, memilih untuk menikmati makanannya.     

Mereka berdua mulai sarapan, dentingan sendok dan piring yang beradu pun terdengar.     

Nusa dengan pikirannya yang membayangkan sosok ganteng El, dan Rehan yang memikirkan kapan ia akan bertemu dengan jodohnya.     

"Kak." panggil Nusa.     

Mendongakkan kepala, Nusa menatap Rehan. "Kenapa lagi?"     

"Kakak gak masalah kalau aku pergi jalan-jalan sama El kayak tadi malem?" tanyanya dengan hati-hati takut kalau sang Kakak akan marah dengan pertanyaannya ini.     

Seperti biasa, saat Nusa mengajak berbicara, pasti Rehan akan menghentikan kunyahannya dan fokus menatap sang adik. "Gak masalah kok, tapi jangan sering-sering. Namanya juga cowok, takut punya pikiran yang aneh-aneh kalau diizinin terus."     

"Aneh-aneh gimana, Kak?" tanya Nusa yang tak paham. Ucapan Rehan barusan seperti memiliki beribu arti yang dirinya harus telaah terlebih dulu.     

Rehan mengangkat bahu. "Ya takutnya berani ngelakuin hal yang jauh sama kamu, pokoknya walaupun El pacar kamu, harus tetap harus tau batesannya dimana."     

"Ih kalau itu mah pasti, Kak! Nusa gak mau di sentuh, kecuali El nikahin Nusa." balasnya sambil terkekeh kecil.     

Mendengar itu, Rehan tertawa dan menggelengkan kepala. "Ada-ada aja kamu mah, ya semoga sih kalian bisa tetep bersama. Perjalanan masih jauh, kamu juga masih harus mikirin buat ujian kelulusan loh ya. Gak perlu jadi yang terbaik, kalau nilai kamu udah baik dengan kemampuan sendiri, Kakak lebih bangga sama kamu."     

Nusa terharu dengan apa yang dikatakan oleh Rehan, bahkan kedua matanya terlihat berkabut. "Ih Nusa jadi sedih, mau nangis. Semoga ya kak, Nusa sayang banget sama Kakak karena udah berani support apapun yang mau aku lakuin."     

Ya, Nusa dan El memiliki hubungan erat yang terlihat sangat spesial.     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.