Elbara : Melts The Coldest Heart

Satu Pusing, Dua Apalagi!



Satu Pusing, Dua Apalagi!

"Bian hati-hati di jalan, ya! Makasih banget buat hari ini, aku seneng banget. Sampai jumpa dua hari kedepan, hari Senin."     

Setelah itu, Bian melihat Moli yang melambaikan tangan ke arahnya. Membuat ia melakukan gerakan serupa dengan cewek satu itu sambil mengulas senyuman yang tertampil sangat jelas di permukaan wajahnya.     

Melihat Moli yang sudah lenyap di balik gerbang, Bian pun menurunkan senyumannya. Hari ini memang agak lelah, perasaannya pun juga terasa agak aneh.     

Ia bahkan membuat perbandingan saat tadi pergi dengan Nusa, dan di saat pergi dengan Moli barusan. Benar, mereka berdua sama-sama menyenangkan bahkan mampu membuat Bian terhanyut dalam pembicaraan. Namun, terbesit di otaknya kalau saat bersama Nusa jauh terasa lebih baik jika dibandingkan dengan bersama dengan Moli yang jelas-jelas barusan mereka jalan berdua.     

Menepis pemikiran yang seperti itu, akhirnya Bian memutuskan untuk menaikkan kembali standar motor yang penjadi penahan. Lalu, segera melajukan motor keluar dari pekarangan perumahan Moli.     

Suara deru motor besarnya terdengar sangat jelas, mulai memasuki jalan raya.     

Siapa yang mengatakan kalau ia benar-benar ingin beristirahat dan tertidur? Tidak, ia hanya berbohong pada Moli. Cewek itu terlalu kaku, padahal dari ceritanya, Moli termasuk cewek yang broken home alias orang tuanya tidak peduli kalau dia ingin pulang malam atau bagaimana.     

Yang di khawatirkan oleh Moli hanyalah tentang hobi belajarnya yang sangat di nomorsatukan.     

Berbelok ke arah cafe, lagi. Ya, memang ingin kemana lagi? Di jam-jam segini, ingin ke rumah salah satu temannya pun terasa malas. Lalu, ia memarkirkan motor dan langsung saja melepas helm dan berjalan masuk ke dalam cafe.     

Memesan hot latte dan roti bakar isi selai coklat, setelah memesan pun langsung melangkahkan kaki ke tempat duduk untuk mendaratkan bokongnya di kursi.     

Merasa tidak memiliki teman mengobrol di kala ia sambil menunggu pesanan, Bian langsung mengeluarkan ponsel dan bermain benda pipih tersebut. Hal pertama, sudah pasti membuka sosial media terlebih dulu.     

Melihat kalau Nusa membuat status Instagram, Bian segera menekannya. Ia tentu saja penasaran karena cewek itu jarang sekali menggugah sesuatu.     

Dan ternyata, itu adalah foto Nusa bersama dengan El yang tengah berada di…     

"Bianglala?" tebak Bian.     

Ternyata, ia iri ketika melihat El dan Nusa yang terlihat sangat manis. Entahlah, rasanya ia juga ingij merasakam kebahagiaan yangs serupa. Namun sepertinya, Moli terlalu sulit untuk diajak pergi. Apalagi, saat melihat lokasi yang di tag oleh Nusa, tentu saja cukup memakan waktu. Mana mungkin Moli ingin di ajak jauh yang dalam artian akan mengikus waktu belajarnya, iya kan?     

"Dapet yang baik, ternyat pikiran gue yang gak baik anjir. Pusing gue juga. Udah serius mau deketin, tapi ternyata gak se-tipe."     

Mnghembuskan napas napas, ia memilih untuk membuka aplikasi untuk bertukar pesan. Disana sudah ada pesan yang diluncurkan Moli untuk dirinya.     

| ruang pesan |     

Moli     

Bian hati-hati di jalan, ya!     

Moli     

Sekali lagi, makasih banyak buat jalan-jalannya walaupun gak bisa lama-lama. Aku harap, kamu gak kapok ngajak jalan aku lagi.     

Moli     

Kamu udah di rumah? Oh, atau udah tidur kah? Kayak apa yang kamu bilang tadi.     

Bian tau, semua perhatian Moli sangat di dambakan bagi beberapa cowok, termasuk ia, sebelumnya. Namun entah mengapa, Moli bukan cewek yang mudah untuk di ajak jalan-jalan bareng layaknya Alvira.     

Ya, terkadang memang tidak pantas untuk membanding-bandingkan orang. Namun, memangnya siapa yang sangka kalau secara tidak langsung, pasti perbandingan itu selalu hadir di dalam benak seseorang.     

Jemari Bian menari-nari di atas layar ponsel.     

Bian     

Gue gak balik, masih nongkrong     

Read     

Loh? Cepat sekali Moli langsung membaca pesannya, terbukti dari centang yang sebelumnya berwarna abu-abu, telah berubah warna menjadi berwarna biru.     

Moli     

Oh udah gak kaget lagi sih, lagian juga aku gak percaya tadi. Nongkrong sama temen-temen kamu?     

Bian     

Gak, sendiri.     

Moli     

Gak apa-apa emangnya sendirian? Keliatan banget jones-nya, tapi mah sebenernya buaya.     

Bian     

Wkwkwkw, habisnya lo gak mau nemenin gue lebih lama buat nongkrong.     

Moli     

Maaf, ini aja aku udah mau belajar. Ya udah ya, bye!     

Read     

| ruang pesan berakhir |     

Bian hanya mendengus. Tuh kan, benar? Beberapa saat lalu dirinya mengatakan kalau Moli sudah pasti akan lebih peduli dengan kegiatan belajar daripada jalan-jalan, dan sekarang terbukti.     

Karena cukup malas, akhirnya ia memutuskan untuk mengambil napas panjang lalu menghembuskannya dengan perlahan. Ia hanya membaca chat dari Moli, sama sekali tidak memiliki niat untuk membalasnya.     

"Permisi Kak, ini pesannya."     

Mendengar itu, menjadikan Bian langsung mengalihkan pandangannya dari ponsel menjadi menatap seseorang yang mengajaknya berbicara. Ia menatap pelayan cowok, lalu menganggukkan kepalanya.     

Pelayan cafe tersebut menata pesanan kopi beserta roti bakar di hadapan Bian, setelah merasa rapi pun memberikan senyumannya. "Selamat di nikmati ya, Kak."     

Memberikan anggukkan yang menjadikan pelayan tersebut melangkahkan kaki untuk pergi dari hadapan Bian, menjadikam cowok ini menjulurkan tangan dan menyesap kopi-nya dengan perlahan karena masih terlihat mengebul.     

Ting     

Ting     

Mendengar ponselnya yang berbunyi, menjadikan Bian menyudahi minumnya dan menaruh cangkir kembali ke atas meja.     

"Siapa sih?"     

Tak ayal, Bian mengecek notifikasi tersebut. Dan perlu diketahui kalau pesan itu adalah dari Alvira, yang dalam artian untuk apa cewek tersebut masih berkeinginan bertukar pesan dengan dirinya?     

Tidak ingin membiarkan Alvira spam psan karena pesan tak kunjung Bian balas, akhirnya ia memilih untuk kembali masuk ke dalam ruangan chat yang berbeda dibandingkan dengan sebelumnya.     

| ruang chat |     

Alvira     

P     

Alvira     

Aku sakit nih, datang bulan. Gak ada niatan buat penuhin BM aku kayak dulu?     

Bian yang membacanya pun geleng-geleng kepala. Rasa ingin menyadarkan Alvira karena cewek itu sudah memiliki Reza pun sangat tinggi, bahkan ia sama sekali tidak keberatan dengan Alvira yang semisalnya menjalin hubungan bersama dengan seorang Reza.     

Alvira benar-benar kebal.     

Bian     

Apaan lagi?     

Alvira     

Ini aku datang bulan loh, biasanya kamu bawain makanan, ciki-ciki, susu, dan banyak camilan lainnya.     

Bian     

'Biasanya' yang lo maksud itu kapan ya, Ra?     

Read     

| ruang pesan berakhir |     

Seperti skakmat dengan pesannya, Alvira hanya membaca pesan darinya tanpa adanya balasan.     

"Kena mental nih ya?" tanya Bian pada diri sendiri sambil tertawa renyah, tak lupa kalau ia mendengus.     

Merasa tidak perlu meladeni Alvira, Bian pun menyudahi menatap layar ponsel dan menaruh benda itu di atas meja.     

Bian lebih memilih untuk menyantap makanan pengganjalnya. Namanya cowok, kadang sulit untuk merasa kenyang.     

Kini situasinya sangat berbeda. Bian mulai suka dan ingin berjuang untuk Moli, namun ada sifat cewek itu yang membuatnya seperti tidak ingin melanjutkan masa PDKT. Ada juga Alvira yang masih menunggu dirinya kembali, bahkan cewek itu masih bersikap seolah-olah mereka masih berpacaran.     

"Duh satu cewek aja uda pusing, ini nambah jadi dua."     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.