Elbara : Melts The Coldest Heart

Selamat Bersenang-senang!



Selamat Bersenang-senang!

0Nusa menatap El dengan senyuman yang mengembang, saat ini tangannya sedang menggenggam gulali yang besarnya melebihi besar kepalanya.     
0

"Sa!"     

Cekrek     

Berkat cahaya blitz dari ponsel milik El, Nusa langsung mengerjapkan kedua bola matanya berkali-kali. Ia menatap cowok yang duduk di sampingnya dengan sorot bertanya-tanya, ia tidak tau apa yang dilakukan cowok itu.     

"Ih kamu ngapain, tuh?" tanyanya, ia menarik gumpalan lembut gulali lalu memakannya yang tak perlu di kunyah pun sudah melebur di rongga mulut.     

El menaikkan bahu, lalu menaruh ponsel di saku. "Foto lo, jelek banget lagi mukanya." ucapnya tanpa rasa bersalah. Ia mengambil box kecil yang tadi ia letakkan di kursi sebagai pemisah duduk antara dirinya dengan Nusa, ia membeli takoyaki. Minumannya jangan lupa, es boba brown sugar.     

Mendengar itu, kedua alis Nusa menyatu karena merasa kesal dengan apa yang dikatakan oleh El. "Hapus, gak! Masa udah tau aku jelek, bukannya foto ulang? Kan aku bisa gaya, biar lebih cantik."     

"Telat ngomong, udah gue post di Instagram." balas El, lalu memasukkan satu bulat takoyaki ke dalam mulutnya.     

"Ish! Kalau Nusa lagi gak megang gulali, El udah aku cubit yang kenceng karena menyebalkan!"     

"Gak takut gue mah, cubit aja. Paling kerasa kayak di gigit semut doang,"     

Cemberut, lalu Nusa memilih untuk memakan gulali-nya dengan nikmat, tak lupa pandangannya tetap menatap wajah El yang sangat memabukkan.     

"Kalau makan jangan liat gue," ucap El. Ia meraih minuman, lalu meneguk dengan perlahan.     

Nusa menaikkan sebelah alisnya. "Emang kenapa? Gak boleh? Kan pacar sendiri, kecuali yang aku liatin itu cowok lain, kamu boleh tegur." balasnya yang tidak paham.     

Mendengar itu, tentu saja El mendengus. Ia tidak suka di bagian saat Nusa mengatakan 'Kecuali yang aku liatin itu cowok lain, kamu boleh tegur'. Namun, ia segera menetralisirkan perasaan tidak suka kepada cewek tersebut.     

"Ya kalau cowok lain mah emang udah jelas gak boleh, tapi ini serius."     

"Serius kenapa gak boleh liatin kamu sambil makan?"     

"Iya, apalagi lo makan gulali yang pasti sama-sama manisnya kayak gue. Takut lo diabetes,"     

Nusa tertawa kala mendengar ucapan El, ia sedikit mencubit pinggang cowok itu namun tidak sampai benar-benar kena cubitan. "Bisa aja kamu, mah." ucapnya malu-malu. "Pasti di ajarin gombal sama Mario, udah ketebak." sambungnya.     

Menganggukkan kepala, ucapan Nusa 100% memiliki kandungan kebenaran. "Iya, dia yang ngajarin sampe gue kayak gini. Ternyata, care sama orang yang di sayang gak buruk juga."     

Nusa tersenyum manis. "Secara gak langsung, kamu bilang kalau kamu sayang aku?"     

"Iya, Sa." balas El sambil menganggukkan kepala.     

Dalam diam, mereka saling pandang namun dengan tangan yang tak pernah absen untuk memasukkan masing-masing jajanan ke dalam mulut.     

Hambusan angin yang membuat udara terasa dingin pun langsung menerpa kulit. Malam ini memang sedikit mendung, namun sangat jauh dari tanda-tanda akan turun hujan.     

El peka, lalu menaruh tempat takoyaki yang tadinya berada di tangan menjadi diletakkan di kursi seperti sebelumnya. Ia melepaskan jaket dari tubuhnya karena tau Nusa hanya memakai kaos crop yang menampilkan perut ratanya.     

"Lain kali kalau jalan sama gue, bajunya jangan kebuka gini. Gak deh, mau sama gue atau siapapun harus tertutup pakaiannya."     

Lalu, seperti cowok cool pada umumnya. El menyampirkan jaketnya ke punggung Nusa agar menyelimuti tubuh mungil cewek itu yang ternyata tenggelam karena kebesaran.     

Nusa menganggukkan kepala. "Tadi kan aku buru-buru, ambil baju seadanya di tumpukan paling atas aja deh jadinya. Maafin aku, ya." ucapnya dengan sangat polos, bahkan sampai meminta maaf dengan raut wajah yang menunjukkan sorot penyesalan.     

El terkekeh. "Santai kali bu bos, tegang banget lo. Gue kan gak marahin lo, cumi kasih saran."     

"Iya makasih ya gantengnya aku, El."     

Nusa menampilkan senyuman tulus, merasa bangga memiliki cowok seperti El yang mengingatkan tanpa harus mengeluarkan amarah.     

"Lo gak mau panggil gue Bara lagi?" tanyanya yang seperti kangen dengan panggilan Nusa yang dulu juga ikutan memanggil dirinya Bara. Padahal, di sekolah hanya satu orang saja yang memanggilnya dengan nama itu, yaitu Alvira. Guru-guru pun juga memanggilnya El, atau biasa dengan nama lengkap Elbara.     

Nusa yang mendengar pertanyaan yang seperti nada permintaan itu pun menatap El dengan tak enak hati. Padahal, ia masih ingin memanggil dengan panggilan yang terdengar spesial. Namun, kenangan buruk yang membuatnya mengurungkan niat untuk kembali seperti dulu.     

"Kalau gak, kamu bakalan ngerasa marah apa gimana?" tanyanya yang lebih dulu tidak menjawab.     

El menusuk takoyaki dengan garpu plastik. "Ya gak sih b aja, kan gue gak maksa." balasnya, lalu melahap takoyaki tersebut.     

Sungguh, takoyaki adalah cemilan paling enak. Apalagi, di makan saat masih hangat di waktu malam-malam dengan udara yang cukup dingin.     

"Jawabannya, aku mau manggil kamu El aja. Maaf ya, kamu bilang gak bakalan marah." ucap Nusa dengan takut-takut.     

Mendengar itu, El mah hanya mengangguk-anggukkan kepalanya saja. "It's okay, suatu saat nanti juga lo bakalan ngasih nama khusus ke gue."     

Bagi El, memiliki hubungan pacaran itu tidak perlu ribet. Jika pasangan tidak menginginkan untuk melakukan A, ya jangan di paksa. Kalau tidak mau dengan yang B, serta seterusnya mendapatkan sesuatu yang nyaman di lakukan, ya intinya sebagai seorang cowok itu jangan pernah memaksa pacarnya dalam segi apapun.     

"El punya panggilan spesial gak buat aku?" Tanpa sadar, gulali yang berada di genggaman Nusa tinggal setengah. Ia sama sekali tidak merasakan sakit gigi atau permasalahan lainnya, sangat menyukai gulali.     

Menganggukkan kepala, tentu setiap cowok punya panggilan untuk ceweknya. "Buat sementara, kadang-kadang ya gue panggil lo 'sayang'. Nanti juga kedepannya mungkin beda? Atau sama?"     

Nusa tertawa. Ia tidak masalah di panggil apapun selagi bukan panggilan yang menghina fisik seperti misalnya; Nusa kan kurus, nanti di panggil 'kerempeng', bukan seperti itu.     

Kembali, mereka menikmati makanan dalam diam. Tidak ada yang memulai pembicaraan karena lebih memilih untuk menghabiskan makan lebih dulu, setelah itu baru berbincang sesuka hati.     

"Siniin," El meraih tongkat yang menjadi sanggahan gulali pada genggaman tangan Nusa. Lalu, ia beranjak dari duduk untuk membuang sampah pada tempatnya. Kembali ke hadapan Nusa, lalu membantu cewek itu untuk beranjak dari duduknya.     

"Yuk, kita mau main apalagi?" tanya Nusa.     

"Rumah hantu, takut gak?" tantang El sambil menaik turunkan kedua alisnya.     

Agak meneguk saliva dengan kasar, namun siapa sangka kalau Nusa menganggukkan kepala walaupun dengan perlahan dan terkesan ragu? "Gak takut, aku mah berani."     

"Oke." El merangkul Nusa, ia terkekeh mengingat betapa menggemaskannya cewek yang saat ini di dekatnya. "Selamat bersenang-senang untuk kita!"     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.