Elbara : Melts The Coldest Heart

Rasa Bahagia yang Sangat



Rasa Bahagia yang Sangat

0"Udah puas belum main di pasar malam-nya?"     
0

Nusa menolehkan kepala ke arah El. Ia melihat cowoknya itu yang telah melepaskan perban di tangannya.     

Ternyata, bukan patah tulang yang terlalu parah sehingga membutuhkan waktu untuk berbulan-bulan sembuh. Perban di lepas atas kemauan El, katanya supaya tangannya kembali terbiasa bergerak agar tidak kebas.     

Tapi, tangan kirinya belum bisa dilakukan untuk banyak aktivitas yang berat-berat.     

Nusa tentu saja menganggukkan kepala dengan penuh semangat. "Seneng banget! Apalagi tadi hantu-nya serem-serem kayak mau makan aku." balasnya yang bercerita dengan sangat lucu seperti anak kecil yang menceritakan bagaimana hari-harinya.     

El terkekeh kecil, ia menoleh sekilas ke Nusa dan terlihat jelas pancaran bola mata bahagia pada cewek tersebut. "Lo seneng, gue seneng." ucapnya.     

Mereka dalam perjalanan pulang, tepat pada jam sebelas malam. Ternyata, semakin menyentuh larut malam, pasar malam semakin ramai. Dan berhubung El yang bertanya apakah Nusa sudah puas pun menutuskan untuk membawa cewek tersebut pulang ke rumah.     

Perjalan mereka memang sangat lancar, tidak seperti saat berangkat yang di beberapa titik membuat mereka terjebak macat. Dikarenakan ini sudah hampir menyentuh larut malam, jadi kendaraan sudah jarang melintas.     

Lantunan musik pun menyala, menemani pembicaraan ringan mereka seputar pasar malam yang dimana El kali pertama membawa cewek lain kesana. Kalau dulu dan beberapa bulan lalu sebelum kedatangan Nusa di sekolah-nya, ia sering kali membawa Alvira kesana dan reaksi adik kandungnya itu pun sama dengan reaksi Nusa yang sekarang.     

"Lo laper gak? Kalau laper, gue cariin tempat makan." ucap El yang perhatian dengan Nusa, takut ceweknya itu merasa lapar.     

Mendengar pertanyaan El, menjadikan Nusa menggelengkan kepala dengan perlahan. Ia tersenyum kala menangkap perilaku cowok di sampingnya ini dengan perhatian yang sangat manis. "Enggak, tadikan di sana juga udah jajan banyak. Gulali, telur gulung, kebab, burger, sate seafood, sama odeng." balasnya, lalu menepuk-nepuk dengan perlahan. "Kenyang." sambungnya sambil terkekeh kecil.     

Melihat itu, El tertawa. Ia sebelumnya tidak menyangka kalau porsi makan Nusa banyak. Biasanya, ada orang yang hanya makan satu porsi burger sudah merasa kenyang, namun kini ia tau kalau sang pacar bisa menampung banyak makan. "Ya lah kenyang, lo makan banyak gitu." ucapnya sambil tetap menyetir lurus ke jalan raya.     

"Iya bener, nanti uangnya Nusa ganti ya kalau udah di rumah. Kamu nanti mampir dulu sebentar terus izin pulang sama Kak Rehan,"     

"Gak perlu di ganti uangnya, gue bukan rentenir."     

"Ya tetep aja aku gak enak, itu kan uang kamu. Aku jajan banyak banget, gak tau tuh kamu abis berapa, iya kan?"     

El tidak peduli kalau urusan uang, bahkan ia juga tidak merasa uangnya berkurang walaupun kenyataannya uang di dalam dompet habis. "Iya." Akhirnya, daripada mem-perdebatkan uang, lebih baik ia meng-iyakan apa yang dikatan oleh Nusa yang pasti nanti tidak akan ia terima.     

"Emang El laper, atau gimana?" tanya Nusa sambil mengerjapkan kedua bola matanya. Ia menyenderkan tubuh di kepala jok, berusaha untuk memposisikan tubuh supaya lebih rileks.     

El peka kalau Nusa mengantuk. "Gue gak laper, cuma nawarin lo."     

Setelah itu, ia tidak mendengar lagi balasan dari cewek yang ada di sampingnya membuat ia menolehkan kepala sekilas ke arah pacarnya. Ternyata, Nusa sudah menutup kedua matanya dengan napas yang terdengar sangat halus.     

El menampilkan senyumannya, ia memilih untuk menepikan mobil sesaat. Setelah itu, melepaskan tangan dari stir untuk mengambil selimut yang biasa ia simpan di dalam mobil jikalau Alvira mengantuk dan takut kedinginan. Ternyata, memang selalu berguna.     

Ia menyelimuti Nusa, lalu mencodongkan tubuh untuk mengecup kecil kening cewek tersebut. "Selamat tidur, sayang." Setelah itu, ia melajukan mobilnya dan kembali masuk ke arus jalan raya.     

…     

El menekan bel rumah Nusa, ia melihat ke arah mobilnya yang terdapat cewek itu disana. Ia tidak bisa menggendong Nusa, tangannya belum cukup kuat untuk itu walaupun bobot tubuh ceweknya terbilang ringan.     

Selang beberapa detik kemudian, pintu rumah terbuka dan menampilkan Rehan dengan rambut acak-acakan dan mata yang sayup. "Eh udah balik lo, mana adik gue?" tanyanya langsung.     

El menunjuk ke arah mobil. "Tolong bawa Nusa ke kamarnya, Han. Tangan gue belum kuat," ucapnnya.     

Mendengar itu dan melihat sang adik duduk manis di dalam mobil yang terlihat tidurnya sudah nyenyak, tentu saja Rehan menganggukkan kepala. "Ya udah lo masuk dulu, jangan langsung pulang." ucapnya sambil berjalan ke arah mobil El untuk mengambil sang adik.     

Sesuai dengan perkataan Rehan, El masuk ke rumah. Ia pun sebenarnya lelah, dan terasa ingin langsung pulang. Namun, rasa tidak enak mampir ke dalam hatinya di kala Rehan dan juga pesan Nusa mengatakan untuk jangan langsung pulang.     

Akhirnya, El mendaratkan bokong tepat di sofa sambil menghembuskan napasnya.     

"Lo tunggu situ ya, nanti gue buatin minum."     

Suara bariton milik Rehan terdengar, menjadikan El menolehkan kepala ke sumber suara dan terlihat cowok tersebut sudah menggendong Nusa ala bridal style serta pintu rumah kembali tertutup rapat.     

El hanya mengangguk. "Oke."     

Melihat Rehan yang berjalan menaiki tangga dan sekiranya tidak bisa melihat ke arahnya lagi, menjadikan El menyandarkan punggung di kepala sofa guna menghempas perasaan pegal-pegal yang hinggap di tubuhnya.     

El memutuskan untuk mengeluarkan ponsel dari saku, ia belum melihat ponsel selain membuka kamera untuk berfoto-foto.     

Banyak sekali notifikasi di ponselnya, apalagi DM Instagram dari para cewek-cewek genit yang keras kepala masih saja mengejarnya. Di antara cewek-cewek itu, tentu saja Priska termasuk.     

Salah satu notifikasi dari seseorang membuat El membuka aplikasi bertukar pesan, dan membacanya.     

| ruang pesan |     

Alvira     

Kak, Kak Bara dimana?     

Alvira     

Kok gak balik-balik sih? Kakak pergi dari siang sampai malem gini loh.     

Alvira     

Kak Reza sama Kak Mario udah pulang, Kak.     

Alvira     

Aku sendirian….     

El menghembuskan napas dengan perlahan, ia juga tidak pernah meninggalkan Alvira sendirian di rumah sampai selarut malam ini.     

Namun, El gengsi dan masih belum bisa bersikap seperti dulu lagi.     

El     

Kan ada ART     

Read     

Alvira belum tertidur kah? Cepat sekali cewek itu membaca pesan yang di luncurkan oleh El.     

Alvira     

Kakak dimana? Udah jam setengah 12 loh, aku nungguin Kakak daritadi tapi gak pulang-pulang.     

El     

Otw     

| ruang pesan berakhir |     

El keluar dari ruang chat bersama Alvira, lalu ia mengulas senyuman begitu melihat satu ruang pesan yang di sematkan paling atas, di beri pin agar tidak tenggelam.     

Ya, ruang chat itu adalah ruang chat bersama Nusa.     

Iseng, El akhirnya mengirim pesan seperti 'good night' dan 'have a nice dream'. Senyuman terulas dari permukaan wajahnya, ia tidak pernah merasa sebahagia ini.     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.