Elbara : Melts The Coldest Heart

Perasaan Bahagia



Perasaan Bahagia

0Setelah menemani untuk periksa kondisi tangannya El, Nusa kini duduk manis itu kursi mobil samping pengemudi dengan senyuman yang mengembang. Pasalnya, ia akan di ajak berjalan-jalan ke pasar malam, banyak sekali wahana dan pastinya ramai akan pengunjung.     
0

Terlihat El yang juga merasa senang kala melihat senyuman Nusa yang tak pernah pudar. Baginya, senyuman cewek itu adalah kebahagiaan tersendiri untuknya dan menjadikan merasa menjadi cowok yang baik.     

"Kali ini, udah pernah pergi ke pasar malam atau belum, Sa? Nanti kita coba naik bianglala ya, mau gak?"     

Ucapan yang terdengar dari mulut El pun membuat Nusa menolehkan kepala ke sumber suara, melihat cowok ganteng yang kini sudah resmi jadi pacarnya. Ia tentu saja menganggukkan kepala dengan semangat mendengar ajakan El yang mengajaknya naik bianglala.     

"Udah pernah dong, terakhir sama Kak Rehan. Ya udah lama sih, sebelum aku pindah ke sekolah kamu." jawabnya.     

Ia juga ingat bagaimana saat Rehan yang menggenggam tangannta dengan erat karena disana terlalu ramai, seperti lautan manusia. Jadi, sebagai kakak yang over protective kepadanya, Rehan memilih untuk tidak pernah melepaskan tautan tangan mereka.     

"Nah kalau begitu, ayo sama gue." ucap El, arah pandangnya tetap menatap jalanan di hadapannya yang menjadi rute perjalanan. "Perjalanannya agak lama ya karena juga lumayan jauh," sambungnya.     

Nusa tidak akan pernah masalah dengan seberapa jauh perjalanan mereka, yang terpenting berbuah hasil, yaitu nanti mereka sampai di tempat yang sangat menyenangkan.     

"Gak apa, nanti kalau emang kelamaan, kan Nusa bisa tidur dulu. Lagian juga aku gak bakalan ngeluh, di ajak ke pasar malam aja udah seneng."     

Benar, kebahagiaan Nusa memang sesederhana itu. Belum tentu banyak cewek yang mampu sederhana karena terlau mengikuti perkembangan jaman yang dari hari ke hari semakin tinggi pemikirannya, hanya mau pergi ke tempat mahal demi menurunkan gengsi.     

El menolehkan kepala sekilas ke arah Nusa. "Lo seneng banget, gak seseneng pas gue ajak makan steak, padahal kan mahal." ucapnya yang keheranan. Karena pada dasarnya, cewek itu paling senang jika di ajak ke tempat yang mewah dan tentu saja romantis.     

Memikirkan jawabannya, Nusa sendiri pun tidak paham dengan dirinya sendiri.     

"Gak tau sih ya, tapi aku ngerasa seneng. Tapi gimana ya.. kan kalau ke pasar malam itu kita bisa jalan-jalan, ngobrol bebas, ketawa bareng, seru aja gitu diliatnya. Kan kalau makan steak di restoran mewah lebih di harus sopan, feminim, pembahasan bicaranya juga gak bisa sembarangan."     

Nah, ada banyak cewek di muka bumi ini yang memiliki beragam karakteristik. Seperti contohnya Nusa yang lebih suka tempat terbuka daripada di dalam ruangan, karena menurutnya lebih bebas.     

El tersenyum. Ia merasa memiliki cewek yang sempurna, luar fisik, dalam hati. Segalanya terlihat sempurna dengan apa yang dimiliki oleh Nusa.     

Di sepanjang perjalanan, dari berangkat sampai kini masih berada di dalam mobil. Musik terkenal yang dinyanyikan oleh para artis yang sama terkenalnya itu berdendang memenuhi ruang mobil. Tak ayal, mulut Nusa juga ikut bergerak melantunkan setiap lirik yang dirasanya hafal.     

"Lo udah pernah jalan-jalan sama cowok siapa aja?" Pertanyaan ini dengan tiba-tiba keluar dari dalam mulut El karena ia ingin tau dengan kehidupan Nusa sebelum bersamanya.     

Mendengar itu, Nusa yang tadinya sibuk menatap pemandangan di luar mobil pun langsung saja menolehkan kepala ke arah El dengan raut wajah bingung. "Maksudnya? Ya sama Kak Rehan doang, emangnya sama siapa?" balasnya yang malah balik bertanya.     

"Cowok lain, Sa. Bukan Kakak lo,"     

"Ya gak ada, ini baru pertama kali jalan-jalan selain sama Kak Rehan."     

"Boong kali lo,"     

El tidak percaya. Baginya, pasti banyak cowok yang mengajak Nusa pergi bersama karena cewek itu sangat menggemaskan dan setiap cowok tidak pernah tahan tidak berkenalan dengannya.     

Sedangkan Nusa? Ia terkekeh kecil begitu mendengar kalimat El yang seolah-olah tidak paham dengan apa yang dikatakan oleh cowok tersebut.     

"Loh emangnya aku bohong gimana? Pacaran sama kamu aja baru sekali. Kalau cowok deketin aku mah ada, tapi aku gak pernah tanggepin."     

"Kenapa?"     

"Ya gak suka aja. Lagian juga temen-temen cowok aku pada takut sama Kak Rehan, jadi setiap ada yang ngajak aku serius pacaran, di suruh menghadap Kak Rehan dulu. Alhasil, pada gak mau."     

El tidak bisa membayangkan bagaimana Rehan yang dulu, karena dari apa yang di ceritakan oleh Nusa, cowok satu itu memang lebih over yang masa dulu.     

Kalau Nusa pribadi sih tidak pernah masalah dengan tingkah Rehan yang seperti itu. Ia tidak pernah mengeluh karena segalanya di atur ini dan itu oleh Rehan, bahkan sebaliknya, ia malah merasa memiliki Kakak yang sangat sayang kepadanya walaupun dengan cara yang agak berbeda jika di bandingkan dengan orang lain.     

"Kalau El sendiri? Gimana?" tanya Nusa sambil menatap El dengan sangat lekat. Seperti biasa, ia adalah cewek yang kepo tingkat dewa.     

El mengangkat bahu dengan perlahan. "Lo yang pertama." jawabnya dengan penuturan yang singkat.     

Mendengar itu, Nusa mengulum senyuman. "Masa sih? Bukannya banyak banget ya kamu di kejar-kejar cewek? Pengikut kamu di instagram aja banyak banget, tapi gak pernah ada yang di ikuti balik sama kamu."     

"Gak minat, cewek gue kan sekarang lo. Lo yang gue ikuti dari awal, berarti lo yang berhasil."     

"Kamu jatuh cinta sama aku, El?"     

Seperti layaknya ada jutaan kupu-kupu di rongga dada, susah payah Nusa menyembunyikan semburat merah jambu yang terlihat jelas dikedua pipinya itu.     

El? Dia dalam diam juga menyembunyikan senyuman, berdehem. "Menurut lo?" Seolah-olah enggan menjawab, makanya ia merespon dengan pertanyaan karena ingin mengetahui kesimpulan dari sang pacar.     

"Ya menurut aku, gimana ya. Kamu suka sama aku, dari awal masih jadi kulkas berjalan juga kamu keliatan kok tertarik sama aku. Katanya aku terlalu percaya diri, tapi ternyata kamu beneran sayang sama aku." balasnya dengan terkekeh kecil.     

Menganggukkan kepala, El juga merasa kalau dirinya waktu itu munafik karena tidak menyadari perasaannya sendiri dan bersembunyi.     

"Gue mau pegang tangan lo, tapi gak bisa."     

Nusa melihat tangan kiri El yang masih di perban, cowok itu juga bisa menyetir walaupun hanya dengan satu tangan. "Ya udah biar Nusa yang pegang." ucapnya, menjulurkan tangan lalu mengelus-elus tangan yang di perban tersebut dengan perlahan.     

Sedih rasanya melihat El yang terlihat seperti itu, namun cowok tersebut sama sekali tidak menunjukkan kalau dia kesulitan beraktivitas. Buktinya, masih bisa berkendara sendiri walaupun terlihat berbahaya.     

"Sekarang gue sayang sama lo," suara bariton milik El terdengar sangat memabukkan. Apalagi cowok itu menyatakan perasaannya dengan sangat jelas seperti saat ini.     

"Nusa juga sayang sama El." balas Nusa malu-malu dengan semburat merah jambu di kedua pipinya.     

Setelah melalui berbagai macam rasa sakit, akhirnya mereka berdua bisa merasakan bahagia.     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.