Elbara : Melts The Coldest Heart

Beranggapan Memperjuangkan



Beranggapan Memperjuangkan

0"Loh kok gak di makan?"     
0

"Gak suka? Kalau gak suka sama ikan lele bilang ish dari tadi, biar gak sayang-sayang makanannya."     

"Ih di ajak ngomong jugaan kayak ajak ngomong batu."     

Mendengar itu, Bian yang bingung dengan lauk di hadapannya langsung mendongakkan kepala untuk menatap Nusa. Ia hanya menampilkan wajah senyuman tanpa dosa, lalu menggelengkan kepala dengan perlahan. "Bukannya kayak gitu, euhm… ini aman gak ya?" balasnya dengan malu-malu.     

Mungkin agak norak atau gimana, Bian pun hanya tau bentukan ikan lele tanpa pernah berniat untuk memakannya.     

Mendengar pertanyaan konyol yang dilontarkan oleh Bian membuat Nusa menaikkan sebelah alis. Apa? Kenapa berbicara aman dan tidak aman?     

"Ya aman lah, Bian. Udah jelas banget kalau ini makanan, ya masa gak aman? Kalau gak aman, gak mungkin nih aku makan." balasnya sambil mencubit daging ikan lele dan mendapatkan bagian kecil, lalu di tambah dengan sambal yang sudah di pindahkan ke atas piring bambu beralaskan kertas nasi. Setelah itu, mengambil sedikit selada lalu dahing ikah di gulung-gulung di dalamnya.     

"Nih abis begini, di makan deh." ucapnya, lalu membuka mulut dan memakan daging ikan tersebut.     

Tentu saja Bian menyimak, ia menganggukkan kepala kala paham dengan apa yang dikatakan oleh Nusa. Ia pun melakukan hal yang serupa, memastikan tidak ada duri yang ikut.     

Melihat ekspresi Nusa yang sangat menikmati makanan membuat dirinya tersenyum. Ternyata sederhana ini berada di dekat Nusa? Jangan, jangan menaruh perasaan yang tidak-tidak.     

Setelah itu, mulai memasukkannya ke dalam mulut dan di kunyah. Ternyata, rasanya lezat. Entah mengapa, Bian merasa suka dan langsung memakannya bersama dengan nasi. Tanpa sendok, ya makan langsung dari tangannya.     

Nusa memperhatikan Bian, ia terkekeh kecil. "Ini kamu kenapa? Baru pertama kali makan ikan lele atau gimana?" tanyanya yang penasaran.     

Mendengar itu, bertepatan dengan Bian yang baru menelan makanannya, membuat ia menatap Nusa dengan anggukkan di kepalanya. "Iya, sorry ya kalau keliatan norak banget. Tapi ini enak," jawabnya sambil tersenyum.     

Sebagai seorang cewek, Nusa tidak pernah banyak omong dan mengomentari apapun itu tentang para cowok. Baginya, ia oke-oke saja dengan hal itu karena kan tidak semua orang pernah mencicipi sesuatu yang bahkan seharusnya sudah familiar.     

"Iya enak, aku sering kesini sama Kak Rehan."     

"Siapa dia? Mantan gebetan lo?"     

Bian tidak tau menahu apa saja dan siapa saja yang berada di kehidupan Nusa. Jika di bandingkan dengan El, tentu saja ia ketinggalan jauh karena cowok itu sudah mengetahui hampir sebagian kehidupan Nusa. Beda dengannya, yang mungkin memang hanya sekedar tertarik saja.     

Nusa meraih gelas es teh manis-nya, di teguk dengan perlahan agar tenggorokkkannya terasa segar. Setelah itu menaruhnya kembali. "Bukan, itu Kakak kandung aku, Bian." ucapnya.     

"Oh lo punya Kakak?"     

"Iya, satu. Kamu pernah liat kok beberapa kali aku pulang sama Kak Rehan,"     

"Yang mana tuh? Gue gak tau, mungkin gak sadar juga kali ya?"     

Nusa menganggukkan kepala, menjawab pertanyaan Bian dengan anggukkan kepala saja karena ia sedang menikmati daging ikan lele di hadapannya. Pecel lele itu sangat menggugah selera.     

"Itu tahu sama tempe-nya di makan, Bian." ucap Nusa yang melihat sedaritadi bian hanya makan daging ikan dan lalapan namun meninggalkan kedua lauk yang barusan disebutkannya.     

Bian menganggukkan kepala, mulutnya terasa penuh. Memilih mengunyah terlebih dulu sampai terasa lumat, lalu menelannya dengan perlahan. "Iya, nanti. Kurang suka aja kalau tempe tahu di makan bareng nasi, enakan di makan polosan."     

Nusa diam saja. Lagipula apa yang harus di katakan? Setiap orang memiliki selera untuk menikmati makanan, masa dirinya harus bertanya, sih?     

Drtt …     

Drtt …     

"Hp lo tuh geter, kayaknya El nelpon lo."     

Bian memperhatikan ponsel Nusa yang otomatis menyala dan memperlihatkan panggilan masuk. Membuat cewek itu menganggukkan kepala, dan beruntung saat tangan kirinya masih bersih. Jadi, Nusa bisa mengangkat ponsel tanpa takut benda pipih tersebut berbau amis ikan.     

Nusa menyenderkan ponsel di kotak tisu, ternyata El melakukan panggilan video saat ini. Ia tersenyum, lalu mengangkat panggilan dengan menekan tombol hijau.     

"Halooo El-ku!" panggil Nusa dengan ceria, ia tersenyum manis ke layar ponsel yang posisinya menjadikan ia lebih menyerong agar cowok di hadapannya tidak bisa melihat dengan jelas ekspresi wajahnya.     

Bian pun meneliti sampai harus menatap Nusa terus menerus. Perasaannya memang penasaran ketika berada di posisi El yang sudah pasti sangat menyenangkan. Memiliki cewek dengan karakteristik seperti Nusa sangatlah langka.     

"Oh Bian? Nih lagi sama aku. Gak usah galak gitu dong mukanya, aku lagi makan nanti habis ini pulang kok." ucap Nusa sambil mengangkat piringnya ke arah kamera, menunjukkan makanan kepada seseorang di seberang sana.     

Bian bungkam, memangnya apa yang ia lakukan selain melanjutkan kegiatan makannya dengan damai? Masa iya menggangguk Nusa yang tengah bertelepon dengan El?     

Nusa memakai AirPods, jadi percakapannya dengan El tidak akan terdengar. Ia menatap cowok yang wajahnya terlihat utuh di layar ponsel, tersenyum sambil menatapi tiada henti.     

Dan disinilah waktu Bian sadar, dan mengambil ponselnya supaya makan dan tenggelam di sana. Ia bermain ponsel dengan tangan kirinya, karena tangan kanan sedang di gunakkan untuk makan.     

Ting     

Denting pesan masuk ke dalam nomornya, itu adalah dari seseorang yang tidak di kenal. Tanpa banyak basa basi karena Bian adalah orang yang suka sekali membalas pesan dengan cepat, ia langsung saja membuka aplikasi tersebut.     

Ting     

Pesan masuk lagi.     

Dan ya, kini Bian sudah berada di ruang chatan.     

| ruang chat |     

+62 8976350624     

Hai     

+62 8976350624     

Ini aku, Moli.     

Membaca pesan ini, dan Bian langsung tersenyum simpul. Tangannya bergerak untuk menambahkan nomor ini ke kontak baru. Setelah sudah save nomor Moli, ia pun kembali ke ruang chat.     

Bian     

Oke, udah gue save.     

Bian     

Btw, ngapain lo chat gue? Maksudnya, bukannya tadi di sekolah lo gak mau ya gua mintain nomornya? Privasi katanya.     

Moli     

Hehe maaf, soalnya aku mikir.. gak apa kali ya dave nomor orang? Kan udah mau lulus, biar bisa komunikasi aja.     

Perihal seseorang yang menganggap nomor telepon itu adalah sebuah privasi, itu sama sekali tidak terdengar aneh, kok. Karena batas privasi seseorang itu tentu saja beraneka ragam.     

Bian     

Nah kenapa gak dari dulu aja lo ada mikir kayak gitu?     

Moli     

Enggak, takut ganggu belajar aku. Kan chatan sama orang cuma buat fokus kita kebagi-bagi.     

Memang dasar orang pintar, mau bagaimapun ternyata tetap menomorsatukan pembelajaran.     

Bian     

Oalah bagus, gue sih juga udah prediksi lo bakalan jadi murid dengan nilai terbaik seangkatan.     

Moli     

Terimakasih banyak ya, Bian. Oh ya, kamu lagi dimana?     

Haruskah Bian berbohong? Atau bagaimana? Ia mengangkat kepala untuk menatap Nusa, lalu terlihat-lah cewek tersebut yang masih senyum-senyum menatap kamera.     

Bian     

Gue lagi di rumah nih, nonton TV.     

Di saat itu juga, Bian mulai beranggapan kalau dirinya harus memperjuangkan Moli. Jadi, tidak jujur untuk saat ini karena tengah makan dengan seorang Nusa.     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.